Abdul Halim, Mantan Demonstran dan Eks Nakhoda Sukses Jadikan Sekapuk Desa Miliarder



KONTAN. CO.ID. JAKARTA. Kantor Balai Desa Sekapuk, Jumat (16/5), kedatangan 20 anggota Asosiasi (Badan Permusyawaratan Desa (BPD) se-Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali.

Wayan Suwirya, sang ketua asosiasi yang ditemui KONTAN seusai acara, mengatakan timnya datang untuk mencari tahu kiat sukses Desa Sekapuk, yang menjadi perbincangan di banyak daerah.

Wayan bilang, dari banyak cerita, Desa Sekapuk punya Pendapatan Asli Desa yang luar biasa dan banyak hal lain yang luar biasa di tempat tersebut.


Baca Juga: Mengenal Desa dengan Pergaulan Tingkat ASEAN

Tim Asosiasi pun sejak dua bulan lalu, menghubungi Kepala Desa (Kades) Sekapuk, Abdul Halim, untuk bisa berkunjung ke Sekapuk.

"Ternyata terbukti seperti apa yang kami dengar, Sekapuk memang luar biasa. Kiat Pak Kades Sekapuk sangat inovatif, kreatif dan motivatif. Semua organ menjadi hidup, semua bergerak," ujarnya.

Wayan mengapresiapasi kiat Kades Sekapuk mengawal gerakan perubahan. Kondisi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sekapuk pada masa lalu juga sama seperti kondisi BUMDes di daerah Wayan.

"Dia tidak hanya beretorika. Dia menunjukkan kepada kami apa yang dia kerjakan dan pencapaiannya. Semuanya terukur," tutur Wayan.

Itulah secuil kesan dari para aparat desa dan pemangku kebijakan desa yang berkunjung ke Sekapuk. Menurut catatan desa, tidak kurang 400 kunjungan studi banding telah berlangsung di Desa Sekapuk dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.

Baca Juga: Berhasil Keluar dari Desa Tertinggal, Ini 6 Pilar Penopang Ekonomi Desa Sekapuk

Abdul Halim, sang kades, tidak dipungkiri, merupakan sosok di balik kesuksesan Sekapuk mencetak PADes di akhir tahun 2022 sebesar Rp 7,62 miliar. Latar belakang kehidupan yang pas-pasan, membentuk karakter pria kelahiran 12 Oktober 1981 itu sebagai pekerja keras.

"Hidup pas pasan itu tidak enak," celetuknya kepada KONTAN.

Hidup bersama kakek dan neneknya sejak kecil, Abdul Halim harus berjuang untuk bisa bersekolah. Hingga saat harus menjalani ujian nakhoda di Jakarta, dia sempat menginap beberapa malam di Stasiun Pasar Senen karena tidak punya ongkos untuk pulang ke Jawa Timur.

Saat menjadi nakhoda, karakter kepemimpinannya mulai terbentuk. Tak jarang pria bejangggut panjang ini menghadapi ombak setinggi 12 meter saat berlayar ke Filipina. Menjadi tugasnya, membawa seluruh awak kapal dan penumpang selamat dalam pelayaran.

"Pemimpin harus hadir saat keruwetan, saat kegelapan. Bukan hanya hadir saat prasmanan," seloroh mantan demonstran dari kesewenangan pengusaha penambang kapur ini.

Bersikap dan berperilaku adil sudah tentu harus ada dalam jiwa kepemimpinan. Karena itu, saat awal-awal memimpin Desa Sekapuk, persoalan administrasi data yang dia bereskan.

Baca Juga: Go Digital Membawa Pariwisata Desa Sekapuk Mendunia

Dari sana, dia bisa tahu berapa banyak lansia, orang cacat, anak yatim piatu yang memerlukan bantuan. Menganggap mereka seperti keluarga dan kemudian menyantuninya dan memberikan pendidikan.

Satu hal lain yang tidak kalah penting adalah jiwa pantang putus asa. Desa Sekapuk tidak pernah dilirik saat menjadi desa tertinggal. Sekapuk tidak pernah mendapat bantuan di luar Dana Desa, kala itu. Namun bukan berarti Sekapuk tidak bisa mengubah nasib.

Kepercayaan dan dukungan masyarakat tentu pondasi yang tidak bisa dilupakan. Dana swadaya pembangunan wisata Setigi dan Kebun Pak Inggih (KPI), cukup menjadi bukti kepercayaan masyarakat terhadap sosok pemimpinnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli