Berkah Menyesap Hutan Tetap Alami, Menuai Menikmat Hasil Kopi



KONTAN.CO.ID -  Muara Bungo. BERAGAM potensi ekonomi langsung bermunculan saat hutan Bukit Panjang Rantau Bayur (Bujang Raba) masih terus lestari hingga kini. Mulai dari pariwisata hingga pengembangan komoditas perkebunan lainnya.

Di sektor pariwisata, beberapa desa di lanskap Bujang Raba mulai mempersiapkan diri untuk bisa mengembangkan destinasi wisata. Seperti di Sungai Telang yang tengah menata kawasan wisata Curug Batang Kelambu.

Menurut M Shofwan, Sekretaris Dusun Sungai Telang, pihaknya tengah mengembangkan Kelompok Sadar Wisata di wilayahnya. Para anggota yang nantinya terdiri dari kaum muda desa setempat bakal menjadi pemandu wisata bagi para pelancong yang ingin beranjangsana ke daerah wisata tersebut. Rencana itu tebersit setelah melihat potensi area wisata Curug Batang yang dikelilingi dengan fasilitas lapangan rumput nan hijau bernama Lapangan Rindu. Lantas, ada wisata mendaki Puncak Pohong, yang menjadi salah satu lanskap dari Bujang Raba.

Keinginan serupa juga tebersit di benak Ichsan, Kasie Pemerintahan Dusun Buat. Pihaknya ingin memanfaatkan keberadaan satu-satunya curug atau air terjun di wilayah Dusun Buat untuk dijadikan tempat wisata. Ini setelah melihat perkembangan wisata di wilayah Bujang Raba kembali bersemi. "Saat ini tengah dibahas seperti apa perencanaannya," kata dia kepada tim KONTAN Jelajah Ekonomi Desa.

Yang jelas, keberadaan hutan Bujang Raba sudah memberi segudang manfaat bagi warga Buat. Ichsan bilang, aliran air tanpa henti di sungai dusun tersebut menjadi napas bagi areal persawahan setempat. Maklumlah, sebagian besar mata pencaharian warga Buat adalah bertani.

Inilah yang membuat desa Buat memiliki rumah penggilingan padi. Menurut Jufri Maknum, Sekretaris Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Tiga Hulu, Sangi Letung, Buat, keberadaaan rumah giling padi tersebut mulai kembali dilirik para petani setelah pandemi berlalu.

Saat panen padi berlangsung, rumah giling padi biasanya menerima pesanan giling padi hingga 100 gantang per hari. Dengan hasil tersebut, rata-rata rumah giling padi Tiga Hulu ini bisa meraup pendapatan sekitar Rp 8 juta per minggu.

Untuk mengantisipasi panen berikutnya, pihaknya berencana untuk membeli motor angkut hasil panen jenis tiga roda. "Jenis kendaraan ini masih bisa lincah dan bisa mengangkut banyak hasil panen ketimbang kendaraan roda dua," kata dia.

Potensi lain dari bumi Bujang Raba adalah produksi kopi robusta. Ini adalah salah satu hasil hutan bukan kayu yang dikelola Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Lembaga Pengelola Hutan Desa Gunung Puhong, Sungai Telang.

Ketua KUPS Kopi Antoni mengatakan, pengembangan usaha komoditas kopi di Sungai Telang semakin menggembirakan. Produk kopi yang dikelola dengan label Kopi Kelumbuk saat ini sedang dalam proses pengurusan label halal. Harapannya supaya bisa menembus jaringan minimarket. "Kami berharap bisa segera selesai," ungkap dia.

Proses tersebut lantaran pasar Kopi Kelumbuk yang menjanjikan. Beberapa kantor dinas di Kabupaten Bungo, kata Antoni, sudah memesan Kopi Kelumbuk. Malah berapa kedai kopi di Bungo dan Jambi juga mengajak dirinya untuk menjalin kerja sama.

Untuk lebih menggencarkan pemasaran, Antoni mulai memanfaatkan pemasaran via media sosial. Hasilnya tergolong positif. Banyak mahasiswa di Bungo dan Jambi menjadi pembeli Kopi Kelumbuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Syamsul Azhar