Energi Hijau, Bikin Pebisnis dan Perbankan Semakin Terpukau



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren energi hijau merambah ke mana-mana. Termasuk industri farmasi. PT Sanghiang Perkasa, memasang dan melakuikan ujicoba Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap sejak awal tahun ini.

PLTS itu terletak di pabrik perusahaan produk nutrisi yang dikenal sebagai Kalbe Nutritionals itu. Anak usaha  PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) itu memiliki pabrik di kawasan Cikampek, Jawa Barat.  "Total kapasitas yang bisa ditampung dari PLTS Atap ini mencapai 1.603 kilowatt peak (kWp)," terang Direktur Supply Chain Management & Innovation PT Sanghiang Perkasa, I Gede Putu Eka Putra, kepada tim Jelajah Ekonomi Hijau Kontan yang bertandang ke lokasi pabrik itu, Senin (8/8) lalu. 

Beroperasi penuh sejak bulan Juli kemarin,  PLTS Atap Kalbe  Nutritionals mampu menghasilkan rata-rata energi sekitar 5.000 - 6.000 kilowatt hour (kWh) per hari. Jumlah itu setara dengan 150.000 - 180.000 kWh per bulan.

Dalam sebulan terakhir ini, energi listrik yang dihasilkan mampu menyumbang sekitar 20%-30% total energi pabrik.  Kalbe Nutritionals bisa menghemat biaya energi antara 2%-5%. 

PLTS Atap ini juga bisa menekan emisi karbon hingga 2.104,66 ton per tahun. "Bukan semata biaya, tujuan utama bagi kami bisa ikut berkontribusi memakai energi terbarukan. Ikut mengurangi emisi karbon yang menjadi tanggung jawab bersama, termasuk korporasi," kata Putu.

Kalbe Nutritionals menggarap PLTS Atap ini bersama PT Aruna Cahaya Pratama (Aruna PV) dan Bank BNI. Bank BNI memberikan dukungan pembiayaan kepada Aruna PV sebagai penyedia jasa pembangunan PLTS. Perbankan memang semakin aktif menyalurkan kredit hijau.

Menurut Putu, kerja sama strategis Kalbe Nutritionals dan Aruna PV serta dukungan pembiayaan hijau (green banking) dari BNI dalam PLTS Atap ini menjadi cerminan pilar ke-17 sustainable development goals (SDG's). Yakni: kolaborasi. 

Apalagi, energi bersih di industri bisa signifikan memberikan dampak bagi lingkungan dan operasional perusahaan. Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), Fabby Tumiwa menerangkan, dengan meningkatkan penggunaan energi terbarukan, intensitas emisi listrik untuk produksi industri bisa ditekan.

Sebagai gambaran, Fabby memiliki kalkulasi. Rata-rata intensitas emisi listrik di Jawa-Bali sekitar 0,8 ton per megawatt hour (MWh). Nah, jika PLTS memasok 30% listrik industri, intensitas emisi listrik bisa turun menjadi 0,56 ton per MWh. "Turunnya emisi ini penting bagi peningkatan daya saing industri dan efisiensi biaya," tegas Fabby.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ahmad Febrian