Lampaui Target, Pupuk Kaltim Bukukan Laba Rp 9 Triliun pada Semester I 2022



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), anak usaha Pupuk Indonesia Holding Company membukukan kinerja ciamik pada semester I 2022. Produsen pupuk urea terbesar di ASEAN ini membukukan laba bersih Rp 9 triliun atau telah melampaui target tahun 2022 yang sebesar Rp 5 triliun. 

Direktur Utama PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) Rahmad Pribadi mengatakan, PKT mencatatkan laba yang cukup menggembirakan di Semester I 2022. "Kita mencapai lebih dari Rp 9 triliun laba bersih setelah pajak," ujar Rahmad kepada Tim KONTAN via zoom pada Senin (1/8).

Rahmad mengatakan, dengan kenaikan laba tersebut, maka PKT telah melebihi target yang diberikan sebesar Rp 5 triliun. Bahkan juga sudah melebihi laba tahun 2021 yang sebesar Rp 6,17 triliun.

"Jadi ini blessing, yang harus kita syukuri, juga membuktikan kesiapan PKT sebagai organisasi yang sangat efisien. Organisasi ini siap menangkap peluang pasar," tambah Rahmad.

Rahmad menjelaskan, kenaikan laba perseroan ini tak terlepas dari peluang pasar yang berhasil direbut di tengah terjadinya konflik Rusia dan Barat. Ia menjelaskan bahwa bahan baku petrokimia adalah gas yang sekarang sedang mengalami krisis akibat perang. 

Baca Juga: Pupuk Kaltim Rancang Energi Pendamping Biomassa, Manfaatkan Limbah Sawit Anak Usaha

Jika sebelumnya banyak perusahaan asal Eropa yang bisa memproduksi bahan kebutuhan kimianya sendiri sekarang mereka kesulitan sehingga harus melepas pasarnya. Bahkan perusahaan-perusahaan Eropa tersebut berebut di pasar global untuk mendapatkan produk yang mereka butuhkan. 

Nah peluang pasar itulah yang berhasil ditangkap PKT. Rahmad bilang, PKT dan Holding berhasil meningkatkan market share di tempat-tempat yang dulunya banyak disuplai oleh perusahaan Barat.

Misalnya, PKT mencatat kenaikan pangsa pasar di Australia, termasuk di Amerika Latin. Kedua pasar ini dulunya disuplai langsung dari Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Kekurangan pasokan gas di dunia juga mengakibatkan harga komoditas naik. Maka harga amoniak dan pupuk urea naik tajam.

Menurut perhitungan Rahmat rata-rata kenaikannya mencapai dua kali lipat dari harga sebelum Covid-19 pada 2019. Sekarang harga Amoniak sudah berada di level US$ 800 an per ton dan urea di harga US$ 500 per ton.  Sebelumnya harga urea di kisaran US$ 250 per ton hingga US$ 260 per ton.

Baca Juga: Manfaatkan Limbah Batubara FABA Untuk Timbunan Tanah, Pupuk Kaltim Klaim Jadi Pionir

Rahmad menekankan bahwa kenaikan laba signifikan ini tak terlepas dari kesiapan PKT memanfaatkan peluang yang ada.

"Kalau PKT secara perusahaan tidak memiliki kesiapan tentu tidak bisa mengambil peluang itu, tapi Alhamdulillah kita berhasil menangkap peluang itu," pungkas Rahmad.

Sebelumnya, PKT mencatatkan laba  sebesar Rp 6,17 triliun sepanjang tahun 2021. Laba ini meningkat tiga kali lipat dari target laba tahun 2021.

Sementara itu, pada kuartal I 2022, PKT membukukan laba bersih sebesar Rp 3,19 triliun, melesat hampir empat kali lipat dibandingkan dengan periode sama 2021. 

Pada kesempatan tersebut, Rahmad juga mengatakan PKT mendukung penuh upaya pemerintah menuju net zero emission pada 2060 dengan melakukan sejumlah langkah konkret.

Baca Juga: Gunakan PLTS Atap, Pupuk Kaltim Bisa Hemat Hingga 30% Kebutuhan Listrik Perkantoran

Menurutnya sebagai produsen petrokimia, pihaknya menjadi salah satu yang digadang-gadang menjadi penopang komitmen Indonesia menuju pengurangan emisi. PKT sebagai perusahaan pupuk urea terbesar di Asia Tenggara harus menjadi aktor dalam transisi menuju industri hijau.

Langkah yang paling kongkret adalah PKT targetkan bisa menurunkan emisi karbon sebesar 30% pada 2030 mendatang. Sejumlah langkah telah dilakukan untuk menuju ke situ seperti penggunaan solar panel untuk memenuhi sebagian kebutuhan listriknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli