Lokasi Green Tourism Sudah Banyak Dibuka, Tetapi Perilaku Wisatawan Belum Lestari



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Konsep pariwisata berkelanjutan tidak bisa lepas dari pariwsata hijau atau yang lebih di kenal dengan istilah green tourism. Kembali ke alam dan melestarikan lingkungan saat pandemi covid-19 mempengaruhi wisatawan dalam menentukan destinasi wisata.

Meski konsep green tourism sudah banyak dalam berbagai jurnal, tetapi pemerintah sampai saat ini belum memiliki peraturan yang menaungi terbentukan green tourism secara nasional. Alhasil, banyak destinasi wisata di beberapa daerah yang masih meraba-raba untuk masuk ke dalam ekosistem green tourism.

Kita ketahui bahwa green tourism menjadi primadona tatkala pandemi covid-19 menyebar. Wisatawan mencari lokasi wisata terbuka dan menyatu ke alam. Maka itu, dengan adanya konsep green tourism ini niscaya perputaran ekonomi bisa semakin massif bagi para pengelola wisata.

Menurut Dosen Prodi Pariwisata Berkelanjutan sekaligus Pengamat Lingkungan Universitas Padjadjaran Cipta Endyana mengatakan, green tourism itu secara general adalah wisata yang melibatkan lingkungan dan mengunjungi suatu tempat wisata yang alami tanpa merusak ekosistemnya bahkan menjaga kelestariannya agar wisata tersebut sustain.

"Destinasi wisata di indonesia belum sepenuhnya green meskipun wisata alam tapi masih ada kekhawatiran bahwa wisatawan ini merusak ekosistem dari daerah wisata tersebut," kata dia kepada KONTAN.co.id, Rabu (13/7).

Kata dia, banyak tempat wisata alam atau destinasi wisata yang memiliki tema alam dan sudah dikelola dengan baik akan tetapi beberapa tempat para wisatawannya masih meninggalkan jejak-jejak yang menimbulkan masalah lingkungan.

"Contohnya sampah atau bahkan yang paling berat adalah memburu binatang atau vegetasi sehingga ekosistemnya lambat laun rusak, green tourism secara teoritis dan praktis menjaga hal-hal tersebut terjadi," ujar dia.

Cipta mencontohkan bahwa Bali termasuk green tourism karena adanya aturan dan campaign untuk menjaga budaya dan ekosistem di tempat wisata. Fasilitas dan sarana prasarananya sudah cukup baik mendukung lingkungan. "Contohnya ubud dan beberapa tempat wisata alam lainnya," ucap dia.

Kata dia, green tourism itu yang bisa menjaga lingkungan dan memiliki nilai ekonomi tinggi sebetulnya. "Saya kira memang diawali oleh perpres untuk diarahkan beberapa destinasi wisata strategis untuk menjadi green tourism," ungkap Cipta.

Tetapi, menurutnya, aturan juga tidak hanya tertulis tetapi harus diimplementasikan menjadi program dan support untuk fasilitasi wisata tersebut. "Apakah pemerintah bekerjasama dengan industri/swasta dan komunitas serta akademik," imbuh dia.

Sebab, kata dia, keberadaan green tourism menjadi primadona semenjak pandemi covid-19 "Masyarakat lebih tertarik dengan green tourism, hiking, outbond, trail running, bersepeda, dll," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini