Ribuan Motor Pekerja di IMIP Dorong Usaha Bengkel di Bahodopi



KONTAN.CO.ID - MOROWALI. Kehadiran ribuan karyawan yang bekerja di kawasan industri PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) memang menjadi peluang bagi mereka yang ingin menjalankan usaha. Tak hanya usaha layanan kebutuhan pokok seperti sandang dan pangan, usaha layanan jasa pun sangat dibutuhkan di kawasan ini. 

Salah satu layanan jasa yang terlihat cukup banyak berdiri di kawasan industri tambang ini adalah bengkel sepeda motor. Lima belas tahun lalu, belum banyak yang punya motor di kawasan ini sehingga bengkel masih sangat jarang. 

Namun kehadiran ribuan karyawan di kawasan PT IMIP yang mengandalkan sepeda motor sebagai akses transportasi pada lima tahun terakhir. Tentu hal ini menjadikan usaha bengkel sangat dibutuhkan kehadirannya. Pasarnya juga sangat besar. Ada ribuan motor.

Alhasil, bengkel sepeda motor di kawasan ini pun menjamur. Jarak seratus lima puluh meter dari pintu pos 2 PT IMIP saja setidaknya ada 4 sampai 6 bengkel sepeda motor.  Bengkel-bengkel sederhana itu lokasinya saling berdekatan, bahkan ada yang saling berhadapan. "Di sini tidak ada itu saingan usaha. Soalnya konsumennya juga banyak," kata Yusril, pemilik bengkel bernama Yus Motor. 

Hal itu juga diamini oleh Muji Taba, pemilik bengkel yang baru tiga bulan lalu  mencoba peruntungan usaha bengkel di Morowali. "Kami bengkel baru saja sudah kuwahalan terima layanan. Jadi memang tidak ada persaingan," jelas bapak dua anak ini. 

Sebagai pendatang baru, Muji mengaku bersyukur karena tak butuh waktu lama usaha mendapatkan pelanggan. Dia sengaja pindah dari Mamuju, Sulawesi Barat ke Morowali karena diberitahu saudara ada peluang usaha bengkel di kawasan IMIP. 

Muji yang sudah menjalankan usaha bengkel selama 12 tahun di Mamuju itu pun tergiur masuk ke Morowali. Dia lantas membawa istri, dua anaknya, dan satu ponakannya ke Morowali. 

Sesampai di Morowali, dengan dibantu saudaranya dia lantas mencari lokasi. "Cari tempat di sini sekarang kayak cari emas, susah sekali," kata Muji seraya mengelap tangannya yang belepotan oli.

Hingga akhirnya, Muji bisa mendapatkan kios berukuran sekitar 4 meter x 8 meter tak jauh dari pintu pos 2 PT IMIP.  Untuk kios semi permanen seluas itu dia harus membayar sewa Rp 2,5 juta per bulan. Kios itu dijadikan Muji tempat usaha bengkel sekaligus tempat tinggal istri, dua anak, dan satu keponakannya.

"Mahal dan sempit sekali memang. Tapi mau bagaimana lagi," kata Muji yang membuka usaha bengkel dengan modal Rp 80 juta. 

Muji mengaku, omzet bengkelnya memang naik dua kalilipat dibandingkan usaha di tempat sebelumnya. Dulu Rp 1 juta per hari, sekarang di Morowali omzetnya Rp 2 juta per hari.

"Tapi biaya hidup di sini juga mahal, jadi saya pikir modal saya baru balik dalam setahun," katanya.

Peluang usaha bengkel di kawasan industri tambang IMIP juga diambil oleh Yusril. Lelaki berusia 25 tahun itu hijrah dari Palopo ke Morowali tiga tahun lalu untuk usaha bengkel. Kebetulan dia memang lulusan SMK jurusan teknik mesin. Setelah memiliki pengalaman kerja menjadi teknisi kapal, bermodalkan uang Rp 30 juta dia buka usaha bengkel. Lokasinya juga tak jauh dari pintu Pos 2 IMIP. 

"Jadi mekanik kapal kurang menjanjikan," kata Yusril yang menyewa kios sederhana berukuran 4 meter x 9 meter untuk usaha sekaligus tempat tinggalnya. 

Mulanya, dia hanya sendiri usaha bengkel. Sembari menjalankan usaha, Yusril melamar kerja di IMIP. Nah, setelah dia diterima kerja di IMIP sebagai operator, Yusril memanggil tiga saudaranya di Palopo untuk menjalankan usaha bengkelnya.  Dengan omzet Rp 700.000 sampai Rp 3 juta per hari, Yusril mengaku sudah balik modal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tedy Gumilar