Hasil Penelitian di Skripsi Menyulap Desa Sejiram Jadi Mandiri



Internet telah berhasil mengubah banyak perusahaan rintisan menjadi raksasa dunia. Berkat internet pula, Desa Sejiram bangkit dari desa tertinggal menjadi desa mandiri. Perekonomian warga pun semakin berkembang karena internet INSANAK, inovasi anak desa.

Haryanto Arbi, petani bibit tanaman jeruk di Desa Sejiram, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, tak perlu lagi berkeliling daerah untuk menjual dagangannya. Dari teras rumahnya atau di antara bibit-bibit tanaman di sekitar tempat tinggalnya, bapak dua anak yang tenar dengan panggilan Anto ini sudah bisa meraup cuan jutaan rupiah.

Bibit tanaman jeruk hasil budidaya Anto sudah banyak terjual ke berbagai daerah di Kalimantan Barat. Tak hanya itu, lulusan SMP di Sambas juga sering melayani pembeli bibit tanaman jeruk di berbagai kota Pulau Jawa, seperti Surabaya, Semarang hingga Banyuwangi. Anto menjual berbagai macam bibit jeruk, mulai dari jeruk bali, jeruk siam, madu susu, madu Thailand, hingga jeruk nipis.


"Dulu saya keliling dengan gerobak, sepeda membawa bibit jeruk. Ya memang kurang laku karena jarak yang ditempuh juga tidak terlalu luas. Sekarang, saya hanya perlu foto bibit jeruk kemudian di-posting ke grup jual beli atau langsung dijual lewat fitur marketplace Facebook, jualan saya banyak dan saya hanya duduk santai di rumah saja," ujar Anto.

Inilah salah satu perbaikan yang muncul berkat kehadiran internet di Desa Sejiram. Kini, desa di sebelah barat Kota Sambas dengan jarak dengan Ibu Kota Kecamatan sejauh 4,5 km dan jarak dengan Ibu Kota Kabupaten Sambas sejauh 33 km ini memiliki akses internet yang menyeluruh.

Tak ada lagi lokasi di desa yang terbentuk pada 9 November 1987 ini berada di titik blankspot atau tanpa akses internet. Semua warga di desa yang berjarak 57 KM sebelah timur Kota Singkawang, Kalbar ini bisa dengan mudah mengakses internet baik menggunakan smartphone, laptop maupun komputer lain. Biaya untuk akses internet pun murah, mulai dari Rp 3.000 untuk dua jam, tanpa batasan kuota.

Baca Juga: Jelajah Ekonomi Desa: Parijoto dan Salak Motif Andalan Batik Sekar Idaman Khas Sleman

Adanya jaringan internet yang murah di desa dengan jumlah penduduk sebanyak 1.964 jiwa pada tahun 2021 berkat inovasi para pemuda desa. Sang inovator adalah putera daerah, Bambang Iswanto.

Berawal dari kebutuhan akses internet untuk mengerjakan skripsi tahun 2017, kini Desa Sejiram berhasil dikenal sebagai desa digital. Pada tahun itu, akses internet di desa yang terkenal sebagai penghasil jeruk Pontianak ini masih terbatas.

Sinyal internet dari sejumlah provider nasional memang ada, tapi sangat lambat. Jangankan mengakses video yang membutuhkan internet dengan kecepatan mumpuni, untuk membuka browser saja butuh waktu lama. Bahkan, sampai saat sejumlah rukun tetangga (RT) di desa yang berjarak 219 km dari Bandara Internasional Supadio ini adalah blankspot sinyal internet milik provider nasional.

Dari keinginan mendapatkan akses internet untuk mencari bahan skripsi, Bambang bersama pemuda desa lain berinisiatif menghadirkan akses internet untuk semua warga desa. Inisiatif lulusan Politeknik Negeri Sambas ini mendapat dukungan pemerintah desa (pemdes).

Melalui Musyawarah Desa pada 27 Juli 2017 di Aula Kantor Desa Sejiram, menyepakati pembentukan divisi internet di Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Maju Bersama. Bambang ditunjuk sebagai kepala divisi internet.

Produknya bernama Internet Pedesaan Akomodatif (INSANAK). Disebut INSANAK karena sesuai dengan kearifan lokal. INSANAK adalah bahasa Melayu Sambas yang artinya keluarga.

Pada 1 Agustus 2017 adalah instalasi pertama jaringan internet di Desa Sejiram. Saat itu, INSANAK menggunakan jaringan internet milik provider swasta. Pada tahun pertama, INSANAK sudah dapat mencukupi kebutuhan internet untuk sekolah dan Pemdes Sejiram.

Warga langsung berbondong-bondong berlangganan. Hasilnya, INSANAK mampu memberikan bagi hasil untuk Pendapatan Asli Desa Sejiram sebesar Rp 770.000 pada tahun pertama. Ini adalah Pendapatan Asli Desa (PAD) pertama kali di Desa Sejiram.

Seiring waktu, semakin banyak masyarakat yang ingin berlangganan internet INSANAK. Bahkan, warga di desa tetangga pun ingin berselancar di dunia maya menggunakan layanan INSANAK.

Namun BUMDesa Maju Bersama kesulitan ekspansi jaringan internet ke area lebih luas. "Kami mengalami keterbatasan lisensi," ungkap Bambang.

Enggan melempar handuk, Bambang bersama jajaran pemdes berusaha mencari solusi. Hingga di penghujung tahun tahun 2019, manajemen BUMDesa Maju Bersama bertemu dengan Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Sambas.

Pertemuan itu membuahkan hasil agar Bambang dkk untuk menghubungi Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) KOMINFO. Saat itu, BAKTI KOMINFO sedang memiliki program pengembangan konektivitas internet di pelosok daerah.

Gayung bersambut, BAKTI KOMINFO mempertemukan manajemen BUMDesa Maju Bersama Sejiram dengan PT Trans Hybrid Communication (THC). THC adalah perusahaan swasta penyelenggara jasa layanan akses jaringan dan penyelenggara jasa layanan internet.

Pada 20 Mei 2020, terdapat penandatanganan perjanjian kerjasama tripartit antara BAKTI KOMINFO, BUMDesa Maju Bersama dan THC. Isi perjanjian memuat tentang izin distribusi koneksi internet oleh BUMDesa Maju Bersama Sejiram, peningkatan cakupan konektivitas internet dan layanan telekomunikasi di wilayah Kabupaten Sambas, peningkatan SDM BUMDesa dalam menjalankan usaha di bidang Layananan telekomunikasi dan informasi serta percepatan pengembangan ekosistem digital untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah layanan BUMDes Maju Bersama Sejiram.

Hasilnya, kualitas layanan internet INSANAK semakin baik. Kecepatan akses internet INSANAK bisa mencapai 10 Mbps, sangat cukup untuk akses layanan internet berbasis live streaming seperti Youtube.

Internet INSANAK bisa menjangkau 193 desa di Kabupaten Sambas. Layanan ini menjadi solusi bagi 134 desa di Kabupaten Sambas yang sampai sekarang masih blankspot internet. BUMDesa lain di Kabupaten Sambas pun melakukan replikasi unit bisnis INSANAk dengan menjadi mitra BUMDesa Maju Bersama Sejiram.

Dari tertinggal menjadi mandiri

Program INSANAK tak hanya menjadi solusi bagi daerah terisolir internet di desa yang masih berada di wilayah perbatasan dengan negeri jiran, Malaysia. INSANAK pun berhasil mengantarkan Desa Sejiram sebagai desa penuh prestasi.

Tahun 2018, desa dengan luas wilayah sekitar 341,1 hektar ini masih berstatus sebagai desa tertinggal. Desa tertinggal adalah desa yang belum atau kurang optimal dalam mengelola potensi sumber daya sosial, ekonomi, dan ekologi yang dimilikinya. Desa tertinggal adalah desa yang memiliki Indeks Desa Membangun (IDM) kurang dan sama dengan 0,5989 dan lebih besar dari 0,4907.

Seiring berjalannya program INSANAK, IDM Desa Sejiram juga meningkat. Tahun 2020, status IDM Desa Sejiram melompat ke desa maju. Setahun kemudian, Desa Sejiram resmi menjadi desa mandiri, sebuah pencapaian tertinggi dalam pengukuran IDM.

IDM terdiri dari lima klasifikasi status kemajuan dan kemandirian desa. Itu terdiri dari desa mandiri atau sangat maju, desa maju, desa berkembang, desa tertinggal, dan desa sangat tertinggal.

Dengan akses internet, kami berinovasi untuk mengembangkan Desa Sejiram supaya maju dan mandiri, kata Hemdi Miji, Kepala Desa Sejiram.

Dengan internet, Pemdes Sejiram membentuk Pejabat Pengelola Informasi dan dokumentasi (PPID) sesuai amanat Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. PPID menciptakan website Desasejiram.id yang akomodatif dan mendukung layanan publik.

Selain itu, ada juga mesin Anjungan Desa Mandiri yang mendukung pelayanan administrasi Pemdes Sejiram. Dari mesin yang berada di kantor desa itu, warga bisa secara mandiri mencetak Kartu Keluarga maupun surat-surat lain.

Tak heran, Pemdes Sejiram mampu menjadi rujukan bagi pemdes lain untuk studi banding. Berbagai mahasiswa dari perguruan tinggi pun banyak yang melakukan penelitian di Desa Sejiram.

Tak hanya itu, prestasi Desa Sejiram dengan INSANAK mendapat penghargaan sebgai Desa Digital dari media nasional pada tahun 2021. Tahun 2022, INSANAK Desa Sejiram mendapat anugerah juara 1 Inovasi Kalbar.

Bersamaan pencapaian itu, perekonomian di Desa Sejiram pun berkembang. Penghasilan warga yang sebagian besar sebagai petani jeruk pun bertambah banyak. Warga yang selama ini bergantung pada komoditas jeruk pun semakin sejahtera.

Walhasil, kemiskinan di Desa Sejiram pun berkurang. Pada tahun 2022, Desa Sejiram terdiri dari 609 kepala keluarga (KK). Dari jumlah itu, sebanyak 84 KK adalah prasejahtera atau berkontribusi 5,11%. Bandingkan dengan tahun 2017 saat awal mula berdiri INSANAK, ada 145 dari 498 KK di Desa Sejiram yang masuk golongan prasejahtera atau 7,22%.

"Kini hampir semua warga memiliki kendaraan bermotor untuk menunjang kegiatan sehari-hari maupun bisnis komoditas jeruk," ungkap Rudi, Sekretaris Desa Sejiram. Berbeda dengan 6-7 tahun lalu, jumlah pemilik kendaraan bermotor masih terbatas pada keluarga tertentu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto