Upaya Pupuk Kaltim Tingkatkan Produktivitas Nelayan Lokal Lewat Keramba Jaring Apung



KONTAN.CO.ID -  BONTANG. PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), produsen Urea terbesar di Indonesia, terus memperkuat komitmen untuk terus meningkatkan produktivitas masyarakat maritim di kota Bontang. 

Hal ini terwujud dalam salah satu program pengembangan ekosistem perairan yang dilakukan PKT tertuang pada program Creating Shared Value (CSV) Perusahaan, yang menaungi nelayan-nelayan Kota Bontang pada sektor budidaya Lobster dan Kerapu di Keramba Jaring Apung (KJA). 

Melalui konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle), KJA untuk nelayan binaan PKT ini dibangun dari sisa material pabrik yang dimanfaatkan ulang sebagai bahan baku, baik kayu untuk tiang penyangga serta drum bekas yang telah dinetralisir.

Program ini sudah dimulai sejak 2016 yang diinisiasi oleh PKT dengan semangat membantu mewujudkan pemberdayaan masyarakat maritim yang mandiri di kota Bontang. Program pembinaan ini berlangsung sampai 2020. Setelah itu para nelayan sudah mandiri, kendati dalam beberapa hal tetap dibantu PKT utamanya dalam pemasaran dan penjualan hasil produksi.

Baca Juga: Pertahankan Properda Emas, PKT Berkomitmen Lebih Peduli Lingkungan

PKT mencatat, sejak program CSV ini diberlakukan, telah menunjukkan peningkatan produktivitas nelayan yang signifikan pada 2021. Baik itu untuk tingkat kesejahteraan maupun kemampuan budidaya nelayan. Dari 80 orang anggota yang tergabung dalam pembinaan KJA PKT, hasil panen telah mencapai 3,5 ton kerapu dan 400 kilogram lobster siap konsumsi sepanjang 2021, hingga bulan Agustus. 

Selain itu, sebanyak 95% fasilitas yang digunakan nelayan binaan didukung penuh PKT, termasuk manajemen pemasaran yang sebelumnya merupakan kendala utama bagi nelayan budidaya di Bontang.

Muksin, 42 tahun, seorang nelayan anggota KJA PKT mengatakan, ia telah bergabung di KJA PKT sejak berdiri. Muskin mengatakan, sistem pengelolaan KJA PKT dilakukan koperasi. Dimana koperasi menjadi pembeli hasil produksi ikan nelayan dan kemudian memasarkannya.

Pada bulan Juni 2022 kemarin, KJA PKT berhasil menjual 1,5 ikan kerapu dengan harga rata-rata Rp 100.000 per kilogram. Sehingga total dana yang diperoleh sebesar Rp 150 juta.

Baca Juga: Pacu Dekarbonisasi di Industri Pupuk, PKT Targetkan Penekanan Emisi Karbon Hingga 38%

"Selain ikan kerapu, kami juga menjual lobster yang harganya ada yang mencapai Rp 800.000 hingga Rp 1 juta, per kilogram," ujar Muksin kepada Tim Jejah Ekonomi Hijau KONTAN yang berkunjung ke KJA PKT, Bontang, Kalimantan Timur, Senin (25/7).

Muksin menjelaskan, sejak KJA PKT berdiri kesejahteraan nelayan sudah semakin membaik. Pasalnya koperasi KJA PKT membeli semua ikan yang ditangkap nelayan. 

"Kalau dulu ikan-ikan kecil yang tidak laku di pasar itu, banyak yang dibuang, sekarang dibeli sama koperasi dan sebagian digunakan untuk pakan ikan di KJA dan sebagian lagi ikan yang bagus dibesarkan," tutur Muksin yang berasal dari Tanjung Limau, Bontang.

AVP Media Relations PKT, Rezha Abdillah menambahkan bahwa keberadaan KJA di lepas pantai pabrik PKT membuktikan bahwa PKT memelihara lingkungan. "Kalau misalkan pabrik membuang limbah di sini, pasti ikan tidak akan hidup di sekitar pantai ini," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli