JAKARTA. Bisnis penerbangan di Tanah Air belakangan semakin menggeliat. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memperkirakan, jumlah penumpang angkutan udara untuk rute domestik maupun internasional pada 2014 mencapai 98,11 juta orang. Dengan begitu, pertumbuhan penumpang udara di Indonesia hampir mencapai 20% per tahun.Dirjen Perhubungan Udara, Herry Bakti Singayuda Gumay mengungkapkan, pertumbuhan penumpang maskapai nasional masuk 10 besar di dunia, dan tertinggi di kawasan Asia Pasifik. Jika pertumbuhan penumpang dunia hanya sekitar 6%, maka di Asia Pasifik berkisar antara 10%-15%. "Artinya di Indonesia bisa sampai 15%-20%," katanya kepada KONTAN, Senin (6/5). Khusus tahun ini Kemenhub memperkirakan, jumlah penumpang udara mencapai 64,51 juta orang. Jumlah tersebut naik dibanding tahun 2010 yang hanya 58 juta orang. Menurut Herry, meningkatnya jumlah penumpang mengindikasikan kalau pesawat udara masih menjadi moda tranportasi andalan. Jadi kalaupun ada kenaikan harga avtur, kecelakaan pesawat, ataupun sejumlah faktor lain, pertumbuhan penumpang udara nasional masih bisa 20%. Namun, tingginya laju pertumbuhan penumpang itu belum diimbangi dengan suplai pilot yang memadai. Menurut Herry, sepanjang periode 2011-2015, industri penerbangan membutuhkan pilot hingga 4.000 orang. Namun, kemampuan suplai pilot di Tanah Air hanya 320 orang per tahun, atau 1.600 orang sampai 2015. "Sehingga kita akan mengalami pilot sebanyak 2.400 orang hingga 2015 nanti," ujarnya. Sekjen Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (Indonesia National Air Carriers Association/INACA) Tengku Burhanuddin mengakui, potensi pasar penerbangan nasional masih menjanjikan. Pasalnya, menurut Tengku, jumlah penduduk Indonesia mencapai 220 juta, tapi yang bepergian atau melakukan penerbangan baru 5%. "Kondisi inilah yang harus digarap oleh maskapai penerbangan nasional,"ujarnya Selain itu, menurut Tengku, pertumbuhan ekonomi juga ikut andil dalam mengenjot penumpang. "Jika pertumbuhan ekonomi tumbuh 5%-6% per tahun, maka potensi penumpang udara dua kali lipatnya, atau minimal 14%-15% per tahun” ungkap dia.
2014, penumpang udara capai 98,11 juta
JAKARTA. Bisnis penerbangan di Tanah Air belakangan semakin menggeliat. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memperkirakan, jumlah penumpang angkutan udara untuk rute domestik maupun internasional pada 2014 mencapai 98,11 juta orang. Dengan begitu, pertumbuhan penumpang udara di Indonesia hampir mencapai 20% per tahun.Dirjen Perhubungan Udara, Herry Bakti Singayuda Gumay mengungkapkan, pertumbuhan penumpang maskapai nasional masuk 10 besar di dunia, dan tertinggi di kawasan Asia Pasifik. Jika pertumbuhan penumpang dunia hanya sekitar 6%, maka di Asia Pasifik berkisar antara 10%-15%. "Artinya di Indonesia bisa sampai 15%-20%," katanya kepada KONTAN, Senin (6/5). Khusus tahun ini Kemenhub memperkirakan, jumlah penumpang udara mencapai 64,51 juta orang. Jumlah tersebut naik dibanding tahun 2010 yang hanya 58 juta orang. Menurut Herry, meningkatnya jumlah penumpang mengindikasikan kalau pesawat udara masih menjadi moda tranportasi andalan. Jadi kalaupun ada kenaikan harga avtur, kecelakaan pesawat, ataupun sejumlah faktor lain, pertumbuhan penumpang udara nasional masih bisa 20%. Namun, tingginya laju pertumbuhan penumpang itu belum diimbangi dengan suplai pilot yang memadai. Menurut Herry, sepanjang periode 2011-2015, industri penerbangan membutuhkan pilot hingga 4.000 orang. Namun, kemampuan suplai pilot di Tanah Air hanya 320 orang per tahun, atau 1.600 orang sampai 2015. "Sehingga kita akan mengalami pilot sebanyak 2.400 orang hingga 2015 nanti," ujarnya. Sekjen Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (Indonesia National Air Carriers Association/INACA) Tengku Burhanuddin mengakui, potensi pasar penerbangan nasional masih menjanjikan. Pasalnya, menurut Tengku, jumlah penduduk Indonesia mencapai 220 juta, tapi yang bepergian atau melakukan penerbangan baru 5%. "Kondisi inilah yang harus digarap oleh maskapai penerbangan nasional,"ujarnya Selain itu, menurut Tengku, pertumbuhan ekonomi juga ikut andil dalam mengenjot penumpang. "Jika pertumbuhan ekonomi tumbuh 5%-6% per tahun, maka potensi penumpang udara dua kali lipatnya, atau minimal 14%-15% per tahun” ungkap dia.