JAKARTA. Peluang pertumbuhan ekonomi RI berada di atas 5% masih terbuka lebar. Bahkan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Armida Alisjahbana menilai, peluang tersebut masih ada hingga 2030 nanti.Menurut Armida, salah satu faktor pendorongnya adalah kekuatan tenaga kerja muda produktif yang diharapkan mampu berperan dalam perkembangan pereknomian nasional. Dia menyebut, pemerintah menginginkan pola pertumbuhan ekonomi nasional yang stabil, sehingga penting melakukan pengembangan sumber daya manusia (SDM) supaya memiliki daya saing.Armida bilang, penduduk usia muda dan produktif yang berusia 15-25 tahun membuka peluang Indonesia dapat lebih tinggi lagi menggenjot tingkat pertumbuhan ekonomi. Pengembangan SDM termasuk satu dari tiga pilar yang akan dikembangkan dalam Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011 - 2025. "Berikutnya harus bagaimana meningkatkan daya saing SDM kita," tandasnya.Meskipun tingginya pertumbuhan ekonomi belum sejalan dengan tingginya penyerapan tenaga kerja, Armida optimistis jumlah penduduk berusia produktif termasuk salah satu peluang investasi Indonesia di masa depan. Untuk itu, besarnya jumlah penduduk tersebut perlu disesuaikan dengan permintaan. "SDM harus berkontribusi, maka sekarang disusun MP3EI yang memberi kesempatan kerja, dan kita sudah siapkan 20% untuk pengembangan SDM," ungkapnya.Ekonom Mandiri Sekuritas Destry Damayanti mengatakan, penduduk usia muda di Indonesia memiliki peranan yang penting dalam menggenjot pertumbuhan ekonomi hingga 2030. Hal tersebut serupa dengan yang terjadi di Jepang 50 tahun lalu.Dalam kajian Mandiri Sekuritas, Indonesia memiliki penduduk usia produktif yang bisa meningkatkan pertumbuhan hingga tahun 2025-2030 dengan asumsi tingkat kelahiran anak yang terjadi terus ada hingga 2025. "Untuk umur 0-14 tahun sekitar 28,5%, 15-59 tahun sejumlah 60,8% dan usia 60-75 tahun sebesar 10,7%, jadi masih cukup besar untuk Indonesia kedepan," ujar Destry.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Andalkan usia produktif, pertumbuhan ekonomi di atas 5% terbuka hingga 2030
JAKARTA. Peluang pertumbuhan ekonomi RI berada di atas 5% masih terbuka lebar. Bahkan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Armida Alisjahbana menilai, peluang tersebut masih ada hingga 2030 nanti.Menurut Armida, salah satu faktor pendorongnya adalah kekuatan tenaga kerja muda produktif yang diharapkan mampu berperan dalam perkembangan pereknomian nasional. Dia menyebut, pemerintah menginginkan pola pertumbuhan ekonomi nasional yang stabil, sehingga penting melakukan pengembangan sumber daya manusia (SDM) supaya memiliki daya saing.Armida bilang, penduduk usia muda dan produktif yang berusia 15-25 tahun membuka peluang Indonesia dapat lebih tinggi lagi menggenjot tingkat pertumbuhan ekonomi. Pengembangan SDM termasuk satu dari tiga pilar yang akan dikembangkan dalam Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011 - 2025. "Berikutnya harus bagaimana meningkatkan daya saing SDM kita," tandasnya.Meskipun tingginya pertumbuhan ekonomi belum sejalan dengan tingginya penyerapan tenaga kerja, Armida optimistis jumlah penduduk berusia produktif termasuk salah satu peluang investasi Indonesia di masa depan. Untuk itu, besarnya jumlah penduduk tersebut perlu disesuaikan dengan permintaan. "SDM harus berkontribusi, maka sekarang disusun MP3EI yang memberi kesempatan kerja, dan kita sudah siapkan 20% untuk pengembangan SDM," ungkapnya.Ekonom Mandiri Sekuritas Destry Damayanti mengatakan, penduduk usia muda di Indonesia memiliki peranan yang penting dalam menggenjot pertumbuhan ekonomi hingga 2030. Hal tersebut serupa dengan yang terjadi di Jepang 50 tahun lalu.Dalam kajian Mandiri Sekuritas, Indonesia memiliki penduduk usia produktif yang bisa meningkatkan pertumbuhan hingga tahun 2025-2030 dengan asumsi tingkat kelahiran anak yang terjadi terus ada hingga 2025. "Untuk umur 0-14 tahun sekitar 28,5%, 15-59 tahun sejumlah 60,8% dan usia 60-75 tahun sebesar 10,7%, jadi masih cukup besar untuk Indonesia kedepan," ujar Destry.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News