JAKARTA. Kinerja saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) terus meroket. Bahkan, harga saham perusahaan yang berkantor pusat di Tanjung Enim, Sumatra Selatan, ini sempat menyentuh level tertingginya di Rp 20.250 per saham (28/9). Dus, sejak perdagangan 27 Agustus 2010 atau selama sebulan, harga saham PTBA telah menghasilkan untung 13,4%. Jika kita runut sejak harga penawaran saham perdana (IPO) sebesar Rp 575 pada 23 Desember 2002 hingga saat mencapai harga tertingginya, maka harga saham PTBA telah terbang 3.421,73%. Para analis memaparkan, harga PTBA terus mendaki karena banyak kolektor saham yang memburunya. Aksi mereka dilatarbelakangi serangkaian rencana aksi korporasi PTBA.
Kepala Riset Samuel Sekuritas Indonesia Christine Salim memaparkan, pembangunan rel kereta api angkutan batubara di lokasi tambang PTBA dan terminal batubara oleh PT Adani Global, investor asal India, menjadi salah satu pengerek saham PTBA. Christine menghitung, pembangunan rel kereta api tersebut akan menambah kapasitas produksi PTBA secara bertahap, dari 7,5 juta ton di 2014, 10 juta ton di 2015, 20 juta ton di 2016, lalu 25 juta ton di 2017, dan 35 juta ton di tahun 2018. Saat ini kapasitas produksi PTBA masih sekitar 12 juta ton per tahun. Jika perkiraan Christine terwujud, di tahun 2018 kapasitas perusahaan yang 34,9% sahamnya digenggam publik ini akan menjadi sekitar 47 juta ton. Ini melebihi kapasitas PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sekitar 45 juta ton. "Memang imbasnya terhadap kinerja baru terlihat 2014, saat proyek railway itu dikomersialkan. Tapi ini sangat positif untuk pertumbuhan jangka panjang," urai Christine. Sekretaris Perusahaan PTBA Achmad Sudarto menyebutkan, rel sepanjang 270 Km yang menghubungkan Tanjung Enim dengan Tanjung Api-Api tersebut sudah dapat dimulai 2011. "Konstruksi pembangunannya akan makan waktu dua tahun," ujarnya. Kerjasama dengan PLN Analis NISP Securities Bagus Hananto melihat, kinerja PTBA juga didukung oleh kerjasama dengan PLN. Pasalnya perusahaan yang berdiri sejak 2 Maret 1981 ini harus memasok batubara ke PLN sebanyak lebih dari 10 ton per tahun. "Hal ini akan menguatkan kinerja PTBA," jelas Bagus.
Analis JP Morgan Securities Indonesia Stevanus Juanda menilai, sejumlah rencana aksi PTBA boleh dipercaya, seperti halnya proyek rel KA. Ia menilai, mitra yang digandeng PTBA dalam proyek tersebut cukup kampiun. "Adani memiliki pengalaman dalam membangun jalur kereta api dan terminal batubara di India," ujarnya. Apalagi, Adani terkenal sebagai importir batubara terbesar di India. Christine menghitung, pendapatan PTBA akhir tahun ini akan mencapai Rp 9,48 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 2,77 triliun. Sementara, Stevanus menghitung, laba bersih perusahaan itu akan sebesar Rp 2,92 triliun. Tahun lalu pendapatan PTBA sebanyak Rp 8,94 triliun dengan laba bersih Rp 2,72 miliar. Ketiga analis sepakat merekomendasikan beli PTBA. Christine memasang target harga Rp 20.200 per saham sementara Stevanus dan Bagus sama-sama menargetkan harga Rp 22.000 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie