JAKARTA. Alokasi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi untuk sektor perikanan jauh lebih kecil dari kebutuhan nelayan. Akibatnya kegiatan nelayan Indonesia mati suri, lebih sering tidak melaut karena tak ada bahan bakar. Jika pun ada, mereka terpaksa membeli di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), yang menurut ketentuan tidak diperbolehkan. Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Fadel Muhammad mengatakan sebenarnya kuota BBM bersubsidi untuk nelayan sebesar 2,5 juta kilo liter (kl) per tahun. "Namun PT Pertamina belum bisa memenuhinya. Tahun ini saja hanya 700.000 kl, itu berarti hanya sepertiga daripada kuota yang telah ditetapkan," ungkap dia, Rabu (24/8) usai mengunjungi dan berdiskusi dengan nelayan di Pasar Ikan Muara Angke. Menurut Fadel, akibat tidak terpenuhinya kuota BBM bersubsidi membuat nelayan banyak yang menganggur di berbagai daerah. Tanpa bahan bakar maka tak mungkin para nelayan bisa melaut untuk mencari ikan.
Jatah BBM subsidi nelayan berkurang
JAKARTA. Alokasi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi untuk sektor perikanan jauh lebih kecil dari kebutuhan nelayan. Akibatnya kegiatan nelayan Indonesia mati suri, lebih sering tidak melaut karena tak ada bahan bakar. Jika pun ada, mereka terpaksa membeli di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), yang menurut ketentuan tidak diperbolehkan. Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Fadel Muhammad mengatakan sebenarnya kuota BBM bersubsidi untuk nelayan sebesar 2,5 juta kilo liter (kl) per tahun. "Namun PT Pertamina belum bisa memenuhinya. Tahun ini saja hanya 700.000 kl, itu berarti hanya sepertiga daripada kuota yang telah ditetapkan," ungkap dia, Rabu (24/8) usai mengunjungi dan berdiskusi dengan nelayan di Pasar Ikan Muara Angke. Menurut Fadel, akibat tidak terpenuhinya kuota BBM bersubsidi membuat nelayan banyak yang menganggur di berbagai daerah. Tanpa bahan bakar maka tak mungkin para nelayan bisa melaut untuk mencari ikan.