Kenaikan produksi lima bahan pangan jadi prioritas



JAKARTA. Kenaikan produksi lima komoditas strategis menjadi perhatian pemerintah guna menjaga ketahanan pangan nasional. Kelima komoditas itu adalah beras, jagung, gula, kedelai, dan daging sapi. Kenaikan produksi lima komoditas itu menjadi salah satu sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Armida Alisjahbana mengatakan, produksi lima komoditas ini masih rendah. Bahkan tahun lalu, produksi empat dari lima komoditas pangan utama itu di bawah target.

Target produksi padi di 2010 adalah 66,68 juta ton. Kenyataannya, produksi padi tahun lalu cuma 66,41 juta ton. Produksi jagung mencapai 18,4 juta ton, padahal targetnya 19,8 juta ton. Sedang produksi kedelai, targetnya 1,3 juta ton, namun realisasi nya hanya 0,98 juta ton. Realisasi produksi gula juga meleset, yakni 2,7 juta ton dari target 2,9 juta ton.


Satu-satunya yang melampaui target hanyalah produksi daging sapi yang jumlahnya 435.000 ton, sementara targetnya 412.000 ton.

Permasalahan lainnya adalah, produksi nasional belum mampu mencukupi kebutuhan pangan yang besar. Armida menambahkan, dari kelima komoditas itu, beras adalah satu-satunya yang sudah berstatus swasembada. "Tapi, pemerintah berupaya meningkatkan produksinya untuk mencapai status surplus 10 juta ton per tahun dalam kurun waktu 5-10 tahun mendatang," ujarnya. Di samping itu, pemerintah berniat menggenjot komoditas lainnya menuju swasembada.

Demi mencapainya, pemerintah bakal meningkatkan produksi padi, jagung, dan kedelai melalui perlindungan dan perluasan lahan sawah, melanjutkan kebijakan penyediaan input produksi dengan subsidi benih, pupuk, serta informasi kalender tanam untuk antisipasi perubahan iklim. Sedangkan untuk gula, pemerintah bakal menambah kebun rakyat skala besar dan produktivitas tebu melalui pergantian ratoon.

Khusus daging sapi, target produksinya memang sudah bisa melampaui target tahun lalu, namun laju permintaan konsumsi lebih tinggi dibandingkan produksi tersebut. Terlebih saat ini Australia menghentikan sementara pasokan sapi bakalan ke Indonesia. Dus, pemerintah perlu memanfaatkan sumber daya lokal dan penyelamatan betina produktif.

Anggota Komisi XI DPR Andi Rahmat meminta pemerintah dan Bulog menyampaikan secara jelas kebutuhan beras per tahun dan rasio angka cadangan. "Agar kita semua tahu berapa persen dikatakan stok beras kita aman. Ini terkait juga dengan impor untuk menjamin stok pangan," imbuh Andi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie