10 Negara Mobilisasi Dana US$ 20 Miliar Dukung Ambisi Indonesia Tekan Emisi Karbon



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Amerika Serikat dan Jepang akan menjadi promotor untuk menggandeng 7 negara maju dan Uni Eropa mewujudkan ambisi Indonesia menutup mengurangi emsisi karbon dengan menutup pembangkit listrik batubara.

Bahkan pada tahap awal mereka sudah sepakat memobilisasi dana sebesar US$ 20 miliar atau setara Rp 310 triliun untuk membangun sumber energi baru dan terbarukan sekaligus menutup PLTU.

Komitmen ini tercipta di antara pertemuan G20 yang berlangsung di Bali awal pekan ini.   Mengutip pernyataan pers dari the White House pada hari Selasa (15/11), pada acara Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global atau Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII) di KTT G20, Presiden Indonesia Joko Widodo dan para pemimpin International Partners Group (IPG) yakni negara-negara yang berpikiran sama dalam mengurangi karbon, dipimpin bersama oleh Amerika Serikat dan Jepang, bersama dengan Kanada, Denmark, Uni Eropa, Prancis, Jerman, Italia, Norwegia, dan Inggris.

Baca Juga: Ini Dampak Pemensiunan PLTU Cirebon 1 Gunakan Skema ETM

Mereka mengeluarkan pernyataan bersama, meluncurkan Kemitraan Transisi Energi Adil atau Just Energy Transition Partnership (JETP)

Program kemitraan JETP ini dikembangkan IPG bersama dengan pemerintah Indonesia selama Kepresidenan G20. 

Kemitraan ini penting untuk mengejar transisi sektor kelistrikan yang ambisius dan adil di Indonesia.

Prorgam ini untuk mendukung target mengurangi pemanasan global hingga 1,5% secara  konsisten dan tetap dalam jangkauan.   Indonesia akan bekerja, dengan dukungan dari mitra internasional, untuk mengembangkan rencana investasi yang komprehensif guna mencapai target dan kebijakan baru yang signifikan yakni untuk mengurangi efek emisi gas rumah kaca GRK dan mendukung masyarakat yang terkena dampak.

  • Pertama, puncak total emisi sektor kelistrikan diperkirakan terjadi pada tahun 2030, sehingga proyek ini diharapkan menggeser proyeksi puncak emisinya ke depan.
  • Kedua, membatasi emisi sektor listrik sebesar 290 megaton CO2 pada tahun 2030, atau angka ini turun dari nilai dasar semula sebesar 357 MT CO2.
  • Ketiga, menetapkan tujuan untuk mencapai emisi nol bersih di sektor ketenagalistrikan pada tahun 2050, memajukan target emisi nol bersih sektor ketenagalistrikan Indonesia dalam sepuluh tahun.
  • Keempat, mempercepat penerapan energi terbarukan sehingga pembangkit energi terbarukan mencakup setidaknya 34% dari seluruh pembangkit listrik pada tahun 2030.
Baca Juga: Greenpeace: KTT G20 Harus Percepat Transisi Energi dan Aksi Iklim yang Ambisius

Harapannya Indonesia bisa menggandakan total penerapan energi terbarukan selama dekade ini dibandingkan dengan rencana awal pada saat ini.

Untuk merealisasikan target ini, kemitraan jangka panjang akan memobilisasi dana sebesar US$ 20 miliar untuk tahap awal.

Pendanaan tahap awal ini berupa pembiayaan publik dan swasta selama periode tiga - lima tahun ke depan.

Pendanaan ini menggunakan skema campuran berupa hibah, pinjaman lunak, pinjaman dengan suku bunga pasar, pinjaman dengan penjaminan, dan investasi swasta. 

Kontribusi untuk JETP termasuk US$ 10 miliar dari sektor publik, dan komitmen untuk bekerja memobilisasi dan memfasilitasi US$ 10 miliar dari investasi swasta serta serangkaian pendanaan awal dari lembaga keuangan swasta yang dikoordinasikan oleh Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ).

Dalam skema ini termasuk di dalamnya adalah Bank of Amerika, Citi, Deutsche Bank, HSBC, Macquarie, MUFG, dan Standard Chartered. 

Kemitraan ini juga akan memanfaatkan keahlian, sumber daya, dan operasi bank pembangunan multilateral.

Baca Juga: Pemerintah Pasang Target Pengurangan Emisi Karbon Hingga 32% di Tahun 2030

Kemitraan yang sukses diharapkan dapat membantu menggeser tanggal puncak sektor listrik Indonesia ke depan, sekitar tujuh tahun dan menghasilkan pengurangan emisi kumulatif lebih dari 300 megaton emisi gas rumah kaca hingga tahun 2030

Selain itu pengurangan emisi karbon jauh di atas 2 gigaton hingga tahun 2060 dari rencana Indonesia saat ini.

Selama enam bulan ke depan, Para Pihak akan bekerja sama untuk mengembangkan rencana konkret untuk investasi, pembiayaan, dan bantuan teknis untuk mendukung tujuan ambisius Indonesia ini.

Presiden Indonesia Joko Widodo menyatakan bahwa Indonesia berkomitmen untuk menggunakan transisi energi untuk mencapai ekonomi hijau dan mendorong pembangunan berkelanjutan. 

"Kami berterima kasih atas kerja sama dan dukungan dari mitra internasional kami untuk mewujudkan implementasi penuh yang akan mempercepat transisi ini. Kemitraan ini akan menghasilkan pelajaran berharga bagi komunitas global dan dapat direplikasi di negara lain untuk membantu mencapai tujuan iklim bersama melalui tindakan kolaboratif yang nyata," kata Presiden Jokowi seperti dikutip laman www.whitehouse.gov

Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga menekankan pentingnya kemitraan ini.

"Indonesia telah menunjukkan kepemimpinan dan ambisi yang luar biasa selama pengembangan kemitraan ini," katanya.

Baca Juga: Genjot Investasi Hijau, Pemerintah Luncurkan Panduan Investasi Lestari

Target baru pengurangan emisi dan percepatan yang dihasilkan menunjukkan bagaimana Indonesia dapat secara dramatis mengurangi emisi dan meningkatkan energi terbarukan.

Di samping itu Indonesia terus memajukan komitmen untuk menciptakan pekerjaan berkualitas dan melindungi mata pencaharian dan masyarakat. 

Sementara Perdana Menteri Jepang Kishida Fumio dalam sambutanya menyatakan Jepang menyambut baik peluncuran Kemitraan yang mendukung komitmen Indonesia terhadap target mengurangi pemanasan global hingga 1,5 derajat. 

Jepang akan terus memimpin Kemitraan bersama Amerika Serikat dan berkoordinasi dengan negara mitra lainnya, guna mempercepat transisi energi di Indonesia yang realistis namun ambisius. Seperti kita tahu Indonesia berambisi mengurangi energi dari batu bara ke alternatif baru dan terbarukan (EBT) dengan keterlibatan sektor swasta. 

Sementara Menurut Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau pengembangan energi bersih adalah bagian sentral dalam mengatasi perubahan iklim dan beralih ke ekonomi global yang lebih aman, berkelanjutan, dan kuat. 

Ia berharap melalui kemitraan baru ini, Kanada bisa membantu Indonesia memenuhi tujuan iklim dan mendorong pembangkitan energi terbarukan, 

Tak hanya itu Indonesia juga bisa berinvestasi pada masyarakat dan pekerja, serta mengurangi emisi sekaligus meningkatkan ketahanan energi.

"Kemitraan Transisi Energi yang Adil untuk Indonesia akan memetakan peta jalan menuju masa depan yang lebih hijau dan lebih bersih di negara ini," tambah Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen.

Baca Juga: Kementerian Investasi Luncurkan panduan Investasi Lestari   Leyen menilai kebijakan ini akan menjadi  masa depan yang penuh dengan peluang bagi masyarakat Indonesia. 

Masyarakat yang akan menuai manfaat dari transformasi ekonomi, karena Indonesia menjadi pusat energi terbarukan.”

"Prancis bangga menjadi bagian dari kemitraan yang ambisius ini untuk mendukung komitmen Indonesia mencapai penikatan netralitas karbon," tambah Presiden Prancis Emmanuel Macron..

Prancis bangga menjadi bagian dari kemitraan ambisius Indonesia untuk mencapai netralitas karbon untuk mendorong penyebaran energi terbarukan. 

"Kemitraan ini akan mendukung pembangunan Indonesia dan akan menciptakan banyak peluang ekonomi dengan cara yang adil tanpa meninggalkan siapa pun,” kata Emmanuel Macron.

Sementara Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, "Pada KTT G7 di Elmau, G7 dan mitra internasional mendorong Kemitraan Transisi Energi yang Adil. 

Baca Juga: Luhut : Negara Maju Tidak Usah Mendikte Indonesia Soal Pengurangan Emisi Karbon

Menurut Scholz kemajuan bersama Indonesia merupakan sinyal kuat bahwa percepatan aksi iklim berjalan seiring dengan transisi yang adil dan kemakmuran ekonomi. 

"JETP ini adalah proyek mercusuar untuk kerja sama multilateral, transisi energi, dan investasi berkelanjutan," katanya

Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni juga merasa bangga menjadi bagian dari Kemitraan Transisi Energi yang Adil, sebuah platform ambisius yang akan menyediakan sumber daya keuangan dan bantuan teknis yang substansial untuk menggerakkan transisi energi Indonesia dari sumber energi fosil menuju energi terbarukan.”

Tak hanya itu, Jonas Gahr Støre, Perdana Menteri Norwegia menyebut Norwegia akan berkontribusi dalam kemitraan ini dan mendukung upaya Indonesia untuk mempercepat transisi energi. 

"Kami percaya ini dapat memobilisasi modal swasta yang sangat dibutuhkan untuk mempercepat penyebaran energi terbarukan dan secara efisien berkontribusi pada pengurangan emisi skala besar untuk membatasi krisis iklim,” katanya. 

Sementara Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak menilai Kemitraan Transisi Energi yang Baru dengan Pemerintah Indonesia ini akan membuka peluang dana swasta dengan nilai miliaran dollar untuk membangun infrastruktur hijau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Syamsul Azhar