10 Penyakit yang Banyak Terjadi Di Umur 40 Tahun, Cek Gaya Hidup Agar Panjang Umur



Tips Gaya Hidup Sehat Umur 40 Tahun Agar Panjang Umur - Jakarta. Waspadai sejumlah penyakit atau gangguan kesehatan yang mungkin akan muncul saat umur 40 tahun. Simak juga gaya hidup sehat umur 40 tahun agar panjang umur.   

Diberitakan Kompas.com, beberapa penyakit saat umur 40 tahun bisa muncul karena berkaitan dengan beberapa bagian tubuh, seperti alat reproduksi, ginjal, sendi tulang, saluran pencernaan, serta kejiwaan.

Hal tersebut berkaitan dengan menurunannya kemampuan metabolisme dan daya tahan tubuh seseorang. Oleh karena itu, sebaiknya rutin mengecek kesehatan ke fasilitas kesehatan atau berkonsultasi dengan dokter agar tidak timbul penyakit-penyakit tersebut.


Lantas, apa saja penyakit yang muncul di usia 40 tahun?

Penyakit yang muncul di usia 40 tahun ke atas

Berikut penyakit yang bakal muncul pada seseorang berusia 40 tahun ke atas:

1. Kandung kemih terlalu aktif

Penyakit bernama kandung kemih terlalu aktif atau overactive bladder (OAB) mungkin bakal diderita oleh orang berusia 40 tahunan. Dikutip dari Health, OAB ini adalah kondisi ketika kandung kemih memproduksi terlalu banyak urine. Sehingga, seseorang bakal sering buang air atau frekuensi ke toilet menjadi lebih rutin dibandingkan sebelumnya. Meskipun kandung kemih terlalu aktif (OAB) dapat terjadi pada semua usia, penyakit ini paling banyak menyerang orang dewasa paruh baya.

2. Batu ginjal

Seseorang yang sudah menginjak usia 40 tahun berpotensi lebih tinggi menderita penyakit batu ginjal. Adapun batu ginjal adalah kondisi terjadinya penumpukan mineral tertentu yang kemudian terkumpul seperti batu. Penyakit batu ginjal ini lebih sering terjadi pada laki-laki, meski perempuan juga bisa mengalaminya.

3. Infeksi saluran kemih

Pria dan wanita yang sudah berada di usia 40 tahun mempunyai kemungkinan mengalami infeksi saluran kemih atau genitourinari. Pada wanita, peningkatan potensi tersebut disebabkan oleh penipisan dinding vagina dan perubahan pH vagina yang menyertai penuaan. Sementara pada pria, hal itu berkaitan dengan kondisi pembesaran prostat atau kelenjar sistem reproduksi.

4. Alergi makanan

Alergi makanan rupanya tidak hanya berkembang ketika seseorang masih berusia kanak-kanak, melainkan juga pada orang dewasa. Kerang dan kacang-kacangan merupakan beberapa dari sekian banyak penyebab alergi makanan pada orang dewasa. Hal itu terjadi karena adanya penggunaan antibiotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seiring bertambahnya usia yang dapat mengganggu saluran pencernaan.

5. Osteoartritis

Peradangan kronis pada sendi atau osteoartritis berisiko lebih tinggi dialami orang yang sudah menginjak usia 40 tahun ke atas. Nantinya, jaringan ikat yang bertindak sebagai bantalan antar sendi terkikis, sehingga timbul rasa sakit dan ketidaknyamanan. Pola makan yang sehat dan seimbang serta olahraga menahan beban dapat membantu mencegahnya.

6. Hipertensi

Seseorang yang berusia 40 tahun ke atas memiliki potensi lebih besar mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi. Jika tidak segera ditangani, hipertensi akan memicu sejumlah komplikasi yang cukup parah, seperti penyakit jantung dan stroke. Adapun hipertensi tersebut terjadi berkaitan dengan pola makan dan gaya hidup seseorang yang tidak sehat.

7. Disfungsi ereksi

Seseorang akan mengalami kesulitan untuk ereksi atau mempertahankannya dalam waktu cukup lama seiring bertambahnya usia. Seringkali hal ini disebabkan oleh kondisi medis lain, seperti obesitas, hipertensi, atau sindrom metabolik, yang semuanya dapat mengakibatkan berkurangnya aliran darah ke penis.

8. Kanker kulit

Seiring bertambahnya usia, seperti menginjak 40 tahun, daya tahan atau imunitas tubuh berkurang. Hal tersebut dapat meningkatkan sejumlah penyakit seperti kanker kulit. Kanker kulit atau melanoma ini muncul karena seseorang terlalu banyak terpapar oleh sinar Matahari. Seseorang dapat memeriksa tahi lalat untuk mengetahui adanya perubahan dan perlu mewaspadainya. Hal itu karena tahi lalat dapat menjadi faktor risiko melanoma.

9. Gejala perimenopause

Pada pertengahan usia 40 tahunan, seorang wanita akan mulai mengalami kondisi yang disebut sebagai gejala perimenopause. Meskipun perimenopause bukanlah suatu penyakit, gejalanya akan cukup mengganggu, seperti rasa panas, menstruasi tidak teratur, dan pendarahan hebat. Hal tersebut karena kadar testosteron menurun sebagai bagian dari perubahan hormonal yang terjadi pada perimenopause.

10. Depresi atau kecemasan

Seseorang yang sudah menginjak usia 40 tahun ke atas, memiliki risiko tinggi menderita depresi atau kecemasan. Dilansir dari AustralianUnity, hal tersebut berhubungan dengan kondisi hormon tubuh dan juga perjalanan hidup seseorang.

Oleh karena itu, kepedulian anak dalam menghadapi masa tua orangtuanya menjadi penting dalam mencegah masalah kesehatan mental tersebut. Membuka diri dengan berbicara kepada rekan atau teman juga dapat meredakan gejalanya. Jika perlu, mencari profesional agar permasalahan mental bisa diatasi.

Baca Juga: Cara Buat Paspor 2024 Online & Bayar, Untuk Umrah & Jalan-Jalan Ke Luar Negeri

Gaya hidup sehat umur 40 tahun

Diberitakan Kompas.com, sebuah penelitian yang dipublikasikan di Jurnal BMJ mengungkapkan bahwa menerapkan gaya hidup sehat pada usia 40 tahun dapat memperpanjang umur lima tahun.

Melansir Medical Daily pada Selasa (30/4/2024), gaya hidup ini dapat menangkal dampak gen yang memperpendek umur lebih dari 60 persen. Karena hidup sehat dikaitkan dengan umur panjang, para peneliti mengeksplorasi dampaknya terhadap individu yang secara genetik cenderung mengalami kematian dini.

Para peneliti mempelajari 353.742 orang dari UK Biobank selama rata-rata 13 tahun. Mereka menilai risiko genetik kematian dini para partisipan menggunakan skor risiko poligenik, dan mengelompokkannya ke dalam rentang hidup pendek, menengah, atau panjang.

Kualitas gaya hidup diukur dengan menggunakan enam faktor yaitu merokok, asupan alkohol, aktivitas fisik, komposisi tubuh, durasi tidur, dan kebiasaan makan. Selama masa penelitian, 24.239 peserta meninggal.

Peserta dengan risiko genetik tinggi dengan rentang hidup yang lebih pendek memiliki kemungkinan kematian dini 21 persen lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang memiliki risiko genetik rendah, apa pun gaya hidupnya.

Namun terlepas dari risiko genetiknya, seseorang memiliki kemungkinan kematian dini sebesar 78 persen lebih tinggi, jika mereka menjalani gaya hidup yang tidak sehat. Hasilnya menunjukkan bahwa kecenderungan genetik dan pilihan gaya hidup secara kolektif memengaruhi umur, sehingga menunjukkan dampak tambahan.

Peserta yang memiliki kecenderungan genetik untuk berumur lebih pendek dan gaya hidup tidak sehat akan menghadapi risiko kematian dini dua kali lipat dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki faktor risiko genetik, tetapi tetap menjalani gaya hidup sehat.

Studi ini juga menunjukkan bahwa orang-orang dengan risiko genetik yang kuat dengan rentang hidup yang lebih pendek dapat bertambah hampir 5,5 tahun dalam hidup mereka, jika mereka menerapkan gaya hidup sehat pada usia 40 tahun.

Kombinasi kebiasaan gaya hidup yang ideal, antara lain tidak merokok, rutin berolahraga, tidur cukup setiap malam, dan menjalani pola makan sehat. Karena kebiasaan sering kali diperbaiki pada usia paruh baya, para peneliti merekomendasikan perubahan gaya hidup dilakukan sejak dini untuk melawan efek kecenderungan genetik terhadap rentang hidup yang lebih pendek.

“Studi ini menjelaskan peran penting gaya hidup sehat dalam memitigasi dampak faktor genetik terhadap pengurangan umur," kata peneliti dalam jurnal penelitian tersebut.

"Kebijakan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan gaya hidup sehat akan berfungsi sebagai pelengkap yang kuat terhadap layanan kesehatan konvensional dan memitigasi pengaruh faktor genetik pada umur manusia,” tambahnya.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto