KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Sekitar 10 perusahaan asal Rusia siap melantai di bursa efek melalui penawaran saham perdana (IPO) di tahun 2019. Pihak perbankan Rusia mengatakan perusahaan yang bersiap IPO adalah perusahaan raksasa yang bergerak di sektor petrokimia, real estate dan kesehatan. Dilansir dari
Reuters, Jumat (23/11), 10 perusahaan tersebut telah mengantre di tahun ini demi melantai di bursa efek. Setidaknya dana yang dibidik melalui aksi korporasi ini adalah sebesar US$ 4 miliar. Sayangnya tahun 2018 menjadi tahun pertama dalam satu dekade karena tak satu perusahaan melantai di bursa efek. Tahun ini juga menjadi tahun terburuk di Rusia untuk penjualan ekuitas dalam satu dekade terakhir.
“Tahun ini ditandai kenaikan suku bunga Amerika Serikat yang memicu arus kas di Rusia keluar lebih besar dari negara berkembang sejak bulan Mei. Perusahaan terus masih mempelajari pasar dan bersiap IPO jika pasar membaik,” kata Kepala pasar modal ekuitas Rusia Dmitry Brodsky. Meski banyak perusahaan berniat IPO, tapi sanksi yang diberikan Amerika Serikat menjadi tantangan bagi pertumbuhan bisnis di Rusia. Ada kekhawatiran sanksi tersebut akan memberikan dampak yang lebih luas terhadap pasar yang kemudian membebani kinerja perusahaan Rusia. Di antara perusahaan yang berniat IPO tahun ini adalah Sibur, yang merupakan perusahaan petrokimia terbesar di dunia. Serta perusahaan asuransi Reso dan penyedia jasa perawatan kesehatan swasta, European Medical Center. “Tidak akan ada IPO di sisa tahun ini, saya tahu bahwa ada beberapa nama di kuartal pertama yang ingin IPO. Tapi mereka masih bersikap awas terhadap sanksi yang diberikan AS, kemudian kebijakan Brexit dan volatilitas pasar secara keseluruhan,” kata Kepala Organisasi Pasar Modal dari Sova Capital Alina Sychova. Tahun lalu perusahaan-perusahaan Rusia sukses mengumpulkan dana sebesar US$ 8 miliar dari pejualan ekuitas yang berasal dari IPO US$ 3 miliar, termasuk En + Group. Perusahaan energi dan aluminium yang dikendalikan dan dimiliki oleh Oleg Vladimirovich Deripaska. Bulan April lalu, sejumlah perusahaan termasuk bisnis Deripaska mendapatkan sanksi dari Amerika Serikat atas dugaan keterlibatan Moskow turun campur dalam pemilihan umum AS di tahun 2016. Namun pihak Moskow membantah tuduhan tersebut.
Pasar saham langsung rontok akibat pemberian sanksi tersebut. Perusahaan pengangkutan Global Truck, telah mengumpulkan dana 3,86 miliar rubel (US$ 59 juta) melalui IPO di akhir November lalu. Namun pada perdagangan Kamis lalu, menjadi 102,5 rubel per saham, atau turun 22% dari harga penawaran 132 rubel. Di samping itu perusahaan teknologi IBS terpaksa yang menunda IPO segera setelah pengumuman pemberian sanksi di bulan April. Padahal perusahaan ini berharap memperoleh dana segar US$ 100 juta di tahun ini. “Para investor dan perusahaan membutuhkan waktu untuk menyesuaikan dan menemukan keseimbangan di pasar,” kata Direktur Eksekutif bank VTB Capital Boris Kvasov. Menurutnya, banyak perusahaan melakukan tahap persiapan demi mewujudkan IPO di tahun depan. Makanya setiap penyelesaian masalah geopolitik dapat meningkatkan aktivitas pasar lebih positif.
Editor: Yudho Winarto