10 sektor tumbang, IHSG pagi ini tak berdaya



JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali tertekan. Pada Jumat (9/9), pukul 09.12 WIB, indeks tercatat turun 0,77% menjadi 5.329,90.

Ada 120 saham yang tertekan. Sementara, jumlah saham yang naik sebanyak 52 saham dan 85 saham lainnya diam di tempat.

Volume transaksi perdagangan hari ini melibatkan 485,562 juta saham dengan nilai transaksi Rp 423,347 miliar.


Investor asing terlihat melepas saham-saham Indonesia. Investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) senilai Rp 60,6 miliar di seluruh market dan Rp 60,6 miliar di pasar reguler.

Secara sektoral, sepuluh sektor kompak memerah. Tiga sektor dengan penurunan terdalam yakni: sektor konstruksi turun 1,27%, sektor barang konsumen turun 1,11%, dan sektor industri lain-lain turun 1,02%.

Saham-saham indeks LQ 45 yang menduduki posisi top losers pagi ini antara lain: PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) turun 2,85% menjadi Rp 1.705, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) turun 2,76% menjadi Rp 2.820, dan PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) turun 2,81% menjadi Rp 1.730.

Sedangkan di posisi top gainers indeks LQ 45 terdapat saham-saham: PT Jasa Marga Tbk (JSMR) naik 1,05% menjadi Rp 4.810, PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) naik 0,67% menjadi Rp 3.020, dan PT Elnusa Tbk (ELSA) naik 0,82% menjadi Rp 494.

Asia juga negatif

Senasib dengan IHSG, bursa Asia dibuka negatif pada transaksi perdagangan akhir pekan (9/9). Mengutip data Bloomberg, pada pukul 09.20 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific turun 0,5%.

Sementara, data CNBC menunjukkan, indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,9%. Sektor finansial mencatatkan penurunan terbesar yakni 1,15%. Sedangkan sektor energi mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 0,64%.

Sedangkan indeks Nikkei 225 Stock Average Jepang naik 0,29% seiring pelemahan yen terhadap dollar AS. Sekadar informasi, pada pukul 08.13 waktu Hong Kong, nilai tukar yen berada di posisi 102,27 yen, melemah dari posisi kemarin 101.

Di Korea Selatan, indeks Kospi mencatatkan pelemahan 0,83%.

Pelemahan bursa Asia terjadi setelah investor kecewa dengan kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB). ECB mengejutkan market dengan memutuskan untuk tidak memperpanjang masa deadline dari program pembelian obligasi.

ECB juga memangkas target pertumbuhan dan prediksi inflasi untuk 2017 dan 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie