11 perusahaan Indonesia masuk Top 200 Listed Company



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Daya saing perusahaan Indonesia di kancah global rupanya cukup kompetitif, paling tidak berdasarkan data Forbes Asia terdapat 11 perusahaan terbuka dari Indonesia yang masuk dalam jajaran 200 top performing listed companies di seluruh Asia Pasifik.

Data ini menilik capaian pendapatan perusahaan-perusahaan terbuka di Asia Pasifik dengan pendapatan di bawah US$ 1 miliar. Riset yang dirilis pada 28 Agustus 2019 lalu memasukkan 11 perusahaan Indonesia dari berbagai sektor industri mulai dari energi hingga consumer goods.

Perusahaan Indonesia seperti Bank BCA, Adaro, Bayan Resources, Chandra Asri Petrochemical, Gudang Garam, Indah Kiat Pulp & Paper, Indofood Sukses Makmur, Japfa Comfeed Indonesia, Kalbe Farma, Mayora Indah dan Sumber Alfaria Trijaya masuk dalam daftar 200 perusahaan tersebut.


Baca Juga: Ramalan-ramalan tentang kemungkinan resesi global akan terjadi di 2020

"Ini memperlihatkan kinerja perusahaan-perusahaan Indonesia itu bisa bersaing dengan perusahaan luar. Selama ini banyak masyarakat atau investor anggap kiblatnya ke luar, perusahaan luar lebih bonafit padahal perusahaan dalam negeri bisa kompetitif," ujar Reza Priyambada, Analis Senior CSA Research Institute kepada Kontan.co.id, Rabu (4/9)

Namun dirinya melihat banyak potensi perusahaan-perusahaan lokal lain untuk bisa masuk daftar tersebut. 11 perusahaan tersebut masih cukup mini bila dibandingkan total 600 perusahaan yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia.

Dirinya mengatakan bahwa dengan banyak pengelompokan indeks yang ada mulai dari LQ45 hingga Kompas100 menandakan performa perusahaan-perusahaan Indonesia yang memiliki kinerja baik.

Baca Juga: Jack Ma punya buku yang kerap ia bawa setiap hari, apa itu?

Ke depan, dirinya meyakini akan lebih banyak lagi perusahaan Indonesia yang masuk jajaran top listed company di Asia Pasifik, bahkan dunia.

Namun dirinya belum mengetahui metode apa yang digunakan Forbes Asia terkait data tersebut. Apalagi pada saat perang dagang saat ini yang menekan beberapa industri.

"Kalau sektor energi dari pertengahan tahun lalu itu kan turun, yang masih cukup stabil itu biasanya perbankan dan consumer goods itu mungkin cukup baik," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto