11 terobosan BPTJ tekan kerugian akibat macet



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan, bersama pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya telah mempersiapkan berbagai terobosan untuk menekan kerugian akibat kemacetan lalu lintas di Jabodetabek yang saat ini mencapai Rp 100 triliun per tahun.

Ada sebelas terobosan yang sudah dan akan segera dilakukan untuk menekan kerugian tersebut. Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Bambang Prihartono mengatakan, berbagai terobosan yang dipersiapkan tersebut telah dan terus dikomunikasikan oleh BPTJ dengan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta dan kepala daerah di Bodetabek.

Pertama, BPTJ dan Pemerintah Provinsi DKI yakin harus mendorong kebijakan seperti penerapan ganjil genap, pengaturan sepeda motor, ramp metering di tol, Electronic Enforcement, dan Pegaturan Angkutan Barang.


"Untuk bisa memdorong kebijakan tersebut, pull policy yang dipersiapkan yaitu menyiapkan: Lajur Khusus Angkutan Umum di Jabodetabek, Park and Ride yang memadai, menyiapkan berbagai alternatif angkutan umum seperti Shuttle, JR Connexion, dan JA Connexion." jelas Bambang dalam keterangan resminya, Minggu (3/12).

Kedua, melakukan penataan 17 titik kemacetan di Stasiun kereta yaitu stasiun Jatinegara, Sudirman, Juanda, Tanah abang, Depok Baru, Pasar Minggu, Cawang, Manggarai, Kebayoran, Cikini, Jakarta Kota, Duren Kalibata, Palmerah, Grogol, Tebet, Klender, dan Karet.

Ketiga, mengintegrasikan sistem pembayaran e-ticket atau connexion card. Connexion card adalah kartu dengan platform chip base dan dapat digunakan menjadi tiket elektronik antar moda transportasi di wilayah Jabodetabek.

Keempat, pengaturan Sepeda Motor dengan memperpanjangan lokasi pengaturan dari Bundaran HI sampai Bundaran Senayan. Pembatasan penggunaan sepeda motor di lokasi eksisting memberi penghematan biaya transportasi sebesar 296juta per hari dari 103 Millar per tahun. Kriteria penghematan yaitu waktu tempuh, biaya, operasi Kendaraan dan tingkat kecelakaan

Kelima, penyiapan Lajur Khusus Angkutan Umum (LKAU). Saat ini 2 trayek dilayani dengan Transjabodetabek premium menggunakan Lajur Khusus Angkutan Umum (LKAU) , yaitu trayek Mega City (Bekasi Barat)–Plaza Senayan (Jakarta), Botani Square (Bogor) – Plaza Senayan (Jakarta), dan Grand Dhika (Bekasi Timur)-Jakarta yang direncanakan mulai ujicoba pada 12 Desember 2017.

Keenam, Integrasi Pengaturan Lalu-Lintas melalui pemasangan Detektor Kendaraan, menyiapkan Pusat Pengendali Lalu Lintas dan Variable Message Signs. "Dalam jangka Pendek penerapan program ini dapat meningkatkan kinerja lalu-lintas, penggunaan angkutan umum, dan efisiensi biaya transportasi. Implementasi program ini ditargetkan akhir 2018." jelas Bambang.

Ketujuh, pengembangan MRT. Pengembangan fase selanjutnya Barat-Timur MRT karena demand yang cukup tinggi. Kedelapan, pembangunan TOD Dukuh Atas agar shifting ke transportasi publik dapat berhasil, fasilitas pejalan kaki harus cukup lebar, aman dan nyaman, khususnya pada titik-titik integrasi moda transport. Selain itu perlu dibuat pedestrian plaza, untuk mengakomodir volume lalu lintas pejalan kaki yang sangat besar.

Kesembilan, jalur elevated bus Transjakarta Koridor 13 diusulkan diperpanjang sampai Tangerang. Kesepuluh, penerapan Electronic Road Pricing (ERP) di perluas pada jalan/akses masuk ke DKI Jakarta. Dan terakhir, membangun elevated loopline Jakarta yang bertujuan untuk mengurangi jumlah pelintasan sebidang.

Dalam jangka menengah, terobosan tersebut dapat memberikan Aksesibilitas Bagi Pengguna Angkutan Umum, menjadi Sumber Pendapatan Baru dari Lalu-lintas (ERP), dan meningkatkan Integrasi, Pengembangan dan Penataan Wiayah (TOD) Target implentasi akhir tahun 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie