12 jenazah korban longsor Banjarnegara ditemukan



BANAJARNEGARA. Tim search and rescue (SAR) gabungan untuk sementara menemukan 12 jenazah korban bencana tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

"Kemungkinan masih banyak korban yang belum ditemukan dan masih tertimbun tanah longsor," kata Kepala Kepolisian Resor Banjarnegara Ajun Komisaris Besar Polisi Wika Hardianto di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Sabtu (13/12).

Dia mencontohkan, sebuah mobil tertimpa longsor saat melintas di ruas jalan Karangkobar-Banjarnegara saat bencana longsor tersebut terjadi. Pihaknya menerima informasi bahwa mobil itu ditumpangi lima orang, dua di antaranya telah dievakuasi sehingga ada tiga orang yang tertimbun longsor dan belum ditemukan.


Terkait material longsoran yang menutup ruas jalan Karangkobar-Banjarnegara, dia mengatakan bahwa material tersebut belum bisa disingkirkan karena tanah dari atas dikhawatirkan akan turun kembali. "Kondisi tanah masih labil dan terus bergerak," katanya.

Sementara itu, berdasarkan data Posko Induk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara di Kantor Koperasi Pegawai Republik Indonesia, jumlah korban meninggal dunia yang telah ditemukan sebanyak 12 orang, dengan tujuh orang di antaranya telah teridentifikasi. Sementara itu, 15 korban selamat ditemukan dalam kondisi luka-luka.

Tujuh korban meninggal dunia yang berhasil diidentifikasi adalah Ruliyah (30), warga Desa Karangkobar; Joko Adi Purnomo (18), warga Desa Gumelar, Karangkobar; Misman (25), warga Desa Gumelar; Sukirno (20), warga Desa Gumelar; Bahrun (70), warga Dusun Jemblung; Andi (30), warga Desa Grogol, Karangkobar; dan Hadi (60), warga Dusun Jemblung.

Puluhan rumah yang dihuni sekitar 300 jiwa dari 53 keluarga di Dusun Jemblung RT 05 RW 01, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, dilaporkan tertimbun tanah longsor pada Jumat (12/12/2014) sekitar pukul 17.30 WIB.

Kepala Desa Sampang Purwanto mengatakan bahwa pertolongan belum dapat dilakukan karena tanah terus bergerak dan kondisi gelap gulita. "Sebagian besar sudah menyelamatkan diri. Yang lain belum diketahui," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto