JAKARTA. Pilihan instrumen saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan bertambah. Sedikitnya, ada 12 perusahaan yang bakal mencatatkan saham di BEI hingga pertengahan tahun ini. Dari 12 perusahaan, sebanyak 10 perusahaan akan menawarkan saham perdana atau
initial public offering (IPO), sementara dua di antaranya akan
relisting. Hoesen, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, mencatat, empat perusahaan sudah ada di dalam daftar (
pipeline). Tiga dari empat perusahaan itu akan IPO, yakni Merdeka Copper Gold, Rumahsakit Mitra Keluarga, dan PP Properti. Adapun satu perusahaan lagi ingin
relisting, yaitu Mitra Energi Persada. Dalam waktu dekat, PP Properti akan menggelar
mini expose di depan pejabat BEI untuk mengantongi kontrak pendahuluan. Kontrak pendahuluan ini merupakan bekal bagi perusahaan untuk memproses rencana IPO lebih lanjut di kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Manajemen PP Properti dan induknya PT PP Tbk (PTPP) pernah menyatakan, mereka akan menggunakan laporan keuangan per Desember sebagai dasar valuasi IPO PP Properti. Dalam aksi IPO tersebut, PP Properti berencana menawarkan 20% hingga 23% saham baru, dengan target pendanaan mencapai Rp 1,5 triliun. Selain PP Properti, Hoesen juga menyebut, ada tujuh perusahaan lagi yang sudah menyatakan rencana untuk IPO di semester pertama tahun ini. Namun, otoritas BEI belum mau mengungkapkan identitas perusahaan yang dimaksud. Pasalnya, Hoesen belum menerima dokumen resmi, baru informasi secara lisan saja. Sebagai informasi awal, dari tujuh perusahaan tadi, sebanyak dua perusahaan bergerak di bidang konsumer, dua di sektor properti, sementara tiga perusahaan masing-masing bergerak di sektor ritel, manufaktur, dan telekomunikasi. Nilai aset calon pendatang baru di BEI beragam. Salah satu perusahaan properti yang tertarik masuk BEI memiliki aset hingga US$ 1 miliar. Target nilai IPO perusahaan itu mencapai US$ 300 juta-US$ 400 juta. "Tapi, nanti saja, kalau sudah pasti, ini kan baru pemberitahuan," tutur Hoesen, ketika ditanya identitas perusahaan yang dimaksud. Sedangkan Mitra Energi Persada berniat memakai kode saham KOPI di BEI. Kode saham ini sebelumnya milik PT Korpora Persada Investama, Tbk yang semula bernama PT Kopitime Dot Com Tbk. Mitra Energi Persada melakukan
backdoor listing melalui Korpora Persada Investama dan mengubah lini bisnis menjadi distributor gas. Awalnya, KOPI adalah perusahaan di bidang teknologi informasi. Perusahaan ini mengembangkan bisnis
software, jasa multimedia dan situs jaringan internet, serta jasa portal situs internet. Reza Nugraha, analis MNC Securities, menilai, waktu yang pas untuk IPO adalah sebelum Maret tahun ini. Sebab, mendekati kuartal kedua, pasar saham akan lebih fluktuatif karena ada rencana kenaikan suku bunga The Fed. Momentum tepat mengeksekusi saham IPO adalah saat otot Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat dan diliputi sentimen positif. Reza menambahkan, dalam memilih saham IPO pada semester pertama ini, sebaiknya, investor memilih saham dengan kapitalisasi pasar besar. Biasanya, saham berkapitalisasi besar akan diburu juga oleh investor asing dan institusi lokal. Sehingga, harganya bisa naik. Sementara, perusahaan menjual saham dalam jumlah minimal kurang diminati.
Selain itu, fundamental perusahaan tetap harus dicermati. Menurut Reza, PP Properti bakal menjadi salah satu IPO yang menarik. Soalnya, PP Properti memiliki induk usaha yang sudah mumpuni dan berkinerja bagus. "Terlebih, itu anak usaha BUMN. Sektor properti masih belum akan redup," ujar dia. Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra mengingatkan, ada potensi pelemahan rupiah. Hal itu bisa menekan kinerja beberapa perusahaan yang memiliki eksposur utang dalam dollar AS. "Jangan lupa mencermati profil utang perusahaan dan struktur manajemen," kata dia. Menurut dia, IPO Rumahsakit Mitra Keluarga akan diminati investor. Hal ini berkaca dari kesuksesan IPO industri sejenis, Siloam International Hospitals (SILO). "Demand di sektor ini masih besar, Mitra Keluarga cukup prospektif," ujar Aditya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Uji Agung Santosa