KONTAN.CO.ID - Pemerintah Korea Utara pada hari Rabu (16/10) mengatakan, sekitar 1,4 juta pemuda mendaftar untuk bergabung dengan pasukan militer dalam sepekan terakhir. Ketegangan antara dua Korea belakangan ini sepertinya jadi salah satu pemicu tingginya angka pendaftar ke militer Korea Utara. Kantor berita nasional Korea Utara,
KCNA, mengabarkan bahwa para pemuda yang mendaftar mencakup mahasiswa dan pengurus liga pemuda. Seluruhnya telah menandatangani petisi untuk bergabung dengan tentara.
Melalui petisi tersebut, para pemuda juga bertekad untuk berjuang dalam perang suci untuk menghancurkan musuh dengan senjata revolusi. "Jika perang pecah, ROK (Korea Selatan) akan terhapus dari peta. Karena mereka menginginkan perang, kami bersedia mengakhiri keberadaan mereka," tulis
KCNA dalam laporannya hari Rabu.
Baca Juga: Ubah Konstitusi, Korea Utara Tetapkan Korea Selatan Sebagai Negara Musuh Memiliki Jutaan Tentara Cadangan
KCNA pada akhir tahun 2023 melaporkan bahwa sedikitnya 800.000 warga Korea Utara mengajukan diri untuk bergabung dengan militer dengan tujuan untuk melawan Amerika Serikat. Menurut data dari Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS), Korea Utara memiliki 1,28 juta tentara aktif, dengan sekitar 600.000 di antaranya adalah tentara cadangan. Korea Utara juga disebut memiliki 5,7 juta tentara cadangan dari kalangan Garda Merah Pekerja/Petani yang termasuk dalam unit tidak bersenjata.
Baca Juga: Korea Utara Mengobarkan Api Ketegangan, Jalan dan Rel Penghubung Korsel Dihancurkan Tonton: Korea Utara Ancam Serangan Mengerikan Jika Drone Selatan Terbang di Atas Pyongyang Lagi Meningkatnya Ketegangan di Semenanjung Korea
Militer Korea Utara terlihat semakin sibuk sejak pekan lalu, tepatnya saat mereka menuduh Korea Selatan mengirim pesawat tak berawak ke Pyongyang dan menyebarkan selebaran anti-Korea Utara. Awal pekan ini Korea Utara menyatakan siap melancarkan serangan langsung dari perbatasan jika tetangganya terus memberikan gangguan keamanan. Pada hari Selasa (15/10), militer Korea Utara meledakkan jalan raya dan jalur kereta api antar-Korea di sisi perbatasannya. Sebaliknya, pihak Korea Selatan terlihat lebih tenang. Kementerian Pertahanan di Seoul hanya memperingatkan bahwa jika Korea Utara menimbulkan kerugian pada keselamatan warga Korea Selatan, hari itu akan menjadi "akhir rezimnya".