JAKARTA. Manajemen PT PLN (Persero) menjamin pasokan listrik di seluruh Indonesia untuk masa Lebaran dari H-10 hingga H + 10 aman. Apalagi pada masa tersebut, permintaan listrik oleh industri bisa dipastikan turun. Namun, masih ada 14 wilayah yang masuk kategori siaga atau beroperasi tanpa ada cadangan. "Siaga yang dimaksud bukan kekurangan daya, tapi pasokan dan kebutuhannya pas sehingga tidak ada cadangan," kata Direktur Operasi Jawa Bali PLN, I Gusti Ngurah Adnyana, Jumat (3/8).Adapun 14 wilayah tersebut mencakup beberapa wilayah di Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi. Di Sumatra, antara lain Sumatra Barat bagian utara (Sumbagut), Tanjung Pinang, Sumbagsel. Di Kalimantan, antara lain Pontianak, Singkawang, Barito, Sampit, Pangkalan Bun dan Mahakam. Sementara di Sulawesi, daerah yang beroperasi tanpa cadangan diantaranya Minahasa, Palu dan Gorontalo.PLN memperkirakan daya kapasitas terpasang pada H-10 hingga H+10 mencapai 28.200 megawaat (MW). Sedangkan daya mampu pasokannya mencapai 25.014 MW dan beban puncak sebesar 23.526. Sehingga, selama kurun waktu tersebut, PLN masih memiliki cadangan daya sebesar 1.488 mw. Sedangkan untuk H-3 hingga H+3, Ngurah memperkirakan ada penurunan beban puncak sehingga menjadi 19.997 MW. Sedangkan kemampuan memasok tetap. Dengan demikian, cadangan daya PLN bertambah sebesar 5.017 MW. "Cadangan makin besar dan beban puncak menurun karena memang ketika Lebaran, industri dan pabrik-pabrik tidak beroperasi," papar dia.Untuk wilayah Jakarta, beban puncak saat Lebaran diperkirakan turun hingga 40%. Menurut Purnomo Willy, Manajer Distribusi PLN Disjaya, pada hari biasa, beban puncak wilayah Jakarta mencapai 5.000 MW-5.500 MW, namun pada saat Lebaran hanya sekitar 3.400 MW- 3.700 MW.Seperti terjadi setiap tahun, selama Lebaran PLN boleh merasa aman akan pasokannya. Soalnya, hampir semua industri meliburkan karyawan mereka atau memberlakukan cuti bersama dalam waktu yang cukup lama. Maka tidak aneh, kalau beban puncak listrik turun. Di wilayah interkoneksi Jawa Bali, misalnya, beban puncak dalam kondisi normal mencapai 17.800 MW, namun saat Lebaran, beban tersebut hanya mencapai 12.300 MW.Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat, membenarkan bahwa rata-rata pabrik tekstil dan produk tekstil (TPT) menghentikan operasi pabrik mereka untuk waktu yang cukup lama. "Rata-rata mereka berhenti beroperasi antara lima hingga 10 hari," katanya. Maklum, pelaku industri TPT sudah menggenjot produksi beberapa bulan sebelum Lebaran. "Total penurunan konsumsi listrik industri TPT tersebut cukup besar, bisa mencapai 500-1000 MW," kata Ade.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
14 Wilayah harus siap byar-pet di masa Lebaran
JAKARTA. Manajemen PT PLN (Persero) menjamin pasokan listrik di seluruh Indonesia untuk masa Lebaran dari H-10 hingga H + 10 aman. Apalagi pada masa tersebut, permintaan listrik oleh industri bisa dipastikan turun. Namun, masih ada 14 wilayah yang masuk kategori siaga atau beroperasi tanpa ada cadangan. "Siaga yang dimaksud bukan kekurangan daya, tapi pasokan dan kebutuhannya pas sehingga tidak ada cadangan," kata Direktur Operasi Jawa Bali PLN, I Gusti Ngurah Adnyana, Jumat (3/8).Adapun 14 wilayah tersebut mencakup beberapa wilayah di Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi. Di Sumatra, antara lain Sumatra Barat bagian utara (Sumbagut), Tanjung Pinang, Sumbagsel. Di Kalimantan, antara lain Pontianak, Singkawang, Barito, Sampit, Pangkalan Bun dan Mahakam. Sementara di Sulawesi, daerah yang beroperasi tanpa cadangan diantaranya Minahasa, Palu dan Gorontalo.PLN memperkirakan daya kapasitas terpasang pada H-10 hingga H+10 mencapai 28.200 megawaat (MW). Sedangkan daya mampu pasokannya mencapai 25.014 MW dan beban puncak sebesar 23.526. Sehingga, selama kurun waktu tersebut, PLN masih memiliki cadangan daya sebesar 1.488 mw. Sedangkan untuk H-3 hingga H+3, Ngurah memperkirakan ada penurunan beban puncak sehingga menjadi 19.997 MW. Sedangkan kemampuan memasok tetap. Dengan demikian, cadangan daya PLN bertambah sebesar 5.017 MW. "Cadangan makin besar dan beban puncak menurun karena memang ketika Lebaran, industri dan pabrik-pabrik tidak beroperasi," papar dia.Untuk wilayah Jakarta, beban puncak saat Lebaran diperkirakan turun hingga 40%. Menurut Purnomo Willy, Manajer Distribusi PLN Disjaya, pada hari biasa, beban puncak wilayah Jakarta mencapai 5.000 MW-5.500 MW, namun pada saat Lebaran hanya sekitar 3.400 MW- 3.700 MW.Seperti terjadi setiap tahun, selama Lebaran PLN boleh merasa aman akan pasokannya. Soalnya, hampir semua industri meliburkan karyawan mereka atau memberlakukan cuti bersama dalam waktu yang cukup lama. Maka tidak aneh, kalau beban puncak listrik turun. Di wilayah interkoneksi Jawa Bali, misalnya, beban puncak dalam kondisi normal mencapai 17.800 MW, namun saat Lebaran, beban tersebut hanya mencapai 12.300 MW.Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat, membenarkan bahwa rata-rata pabrik tekstil dan produk tekstil (TPT) menghentikan operasi pabrik mereka untuk waktu yang cukup lama. "Rata-rata mereka berhenti beroperasi antara lima hingga 10 hari," katanya. Maklum, pelaku industri TPT sudah menggenjot produksi beberapa bulan sebelum Lebaran. "Total penurunan konsumsi listrik industri TPT tersebut cukup besar, bisa mencapai 500-1000 MW," kata Ade.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News