JAKARTA. Pembeli properti Singapura asal Indonesia hingga kuartal II 2014 sebanyak 179 orang. Jumlah ini menyusut dibanding tahun-tahun sebelumnya yang bisa mencapai ribuan orang. Menurut hasil riset Knight Frank Indonesia, setahun lalu jumlah pembeli Indonesia tercatat masih mencapai 896 orang atau sekitar 21,65% dari total pembeli asing atau kelompok tiga besar. Mereka membeli properti kondominium. Sementara Tiongkok sejumlah 1.495 pembeli (36,13%), dan Malaysia 1.291 pembeli (31,20%). Sementara pada tahun 2012, terdapat 1.511 orang (23,98%) yang memborong properti di Negeri Singa tersebut. Setahun sebelumnya, jumlah pembeli lebih banyak lagi, yakni 1.794 orang (23,58%). Associate Director Consultancy and Research Knight Frank Indonesia, Hasan Pamudji, menyebutkan, penyusutan jumlah pembeli disebabkan kebijakan pengetatan yang diterapkan pemerintah Singapura sebagai langkah untuk mendinginkan pasar properti. Pengetatan tersebut berupa kenaikan bea meterai, dan pajak progresif. "Selain terjadi penyusutan jumlah pembeli, preferensi properti yang dibeli pun mengalami pergeseran. Jika dulu orang Indonesia lebih meminati properti di distrik 9 hingga distrik 10, atau dekat pusat bisnis Orchard Road, kini berpaling ke distrik-distrik di wilayah selatan. Pasalnya, harga properti di distrik 9-10 sudah terlalu tinggi," kata Hasan, Rabu (8/10) seperti dikutip dari Kompas.com. Dia melanjutkan, orang-orang Indonesia tertarik membeli properti di wilayah selatan Singapura karena ada perluasan pembangunan mass rapid transit (MRT Line) hingga 2030 mendatang. Di wilayah ini, harga properti yang ditawarkan masih terhitung kompetitif, namun potensi pertumbuhannya sangat tinggi. Terutama untuk kondominium kelas menengah. (Hilda B Alexander)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pembeli properti Singapura asal Indonesia menurun.
JAKARTA. Pembeli properti Singapura asal Indonesia hingga kuartal II 2014 sebanyak 179 orang. Jumlah ini menyusut dibanding tahun-tahun sebelumnya yang bisa mencapai ribuan orang. Menurut hasil riset Knight Frank Indonesia, setahun lalu jumlah pembeli Indonesia tercatat masih mencapai 896 orang atau sekitar 21,65% dari total pembeli asing atau kelompok tiga besar. Mereka membeli properti kondominium. Sementara Tiongkok sejumlah 1.495 pembeli (36,13%), dan Malaysia 1.291 pembeli (31,20%). Sementara pada tahun 2012, terdapat 1.511 orang (23,98%) yang memborong properti di Negeri Singa tersebut. Setahun sebelumnya, jumlah pembeli lebih banyak lagi, yakni 1.794 orang (23,58%). Associate Director Consultancy and Research Knight Frank Indonesia, Hasan Pamudji, menyebutkan, penyusutan jumlah pembeli disebabkan kebijakan pengetatan yang diterapkan pemerintah Singapura sebagai langkah untuk mendinginkan pasar properti. Pengetatan tersebut berupa kenaikan bea meterai, dan pajak progresif. "Selain terjadi penyusutan jumlah pembeli, preferensi properti yang dibeli pun mengalami pergeseran. Jika dulu orang Indonesia lebih meminati properti di distrik 9 hingga distrik 10, atau dekat pusat bisnis Orchard Road, kini berpaling ke distrik-distrik di wilayah selatan. Pasalnya, harga properti di distrik 9-10 sudah terlalu tinggi," kata Hasan, Rabu (8/10) seperti dikutip dari Kompas.com. Dia melanjutkan, orang-orang Indonesia tertarik membeli properti di wilayah selatan Singapura karena ada perluasan pembangunan mass rapid transit (MRT Line) hingga 2030 mendatang. Di wilayah ini, harga properti yang ditawarkan masih terhitung kompetitif, namun potensi pertumbuhannya sangat tinggi. Terutama untuk kondominium kelas menengah. (Hilda B Alexander)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News