KONTAN.CO.ID - Setiap hari, selalu ada perkembangan berita tentang virus corona baru. Di antara semua informasi yang beredar, ada beberapa kontroversi yang menyertainya. Kontroversi virus corona bahkan datang dari para peneliti, lo. Nah, berikut dua kontroversi virus corona yang harus Anda tahu: Masker wajah
Kontroversi virus corona yang pertama adalah tentang penggunaan masker wajah sebagai salah satu protokol kesehatan. Mengutip
Australian Times, ada perdebatan di antara para peneliti mengenai efektivitas masker untuk mencegah penyebaran virus corona. Laporan multidisipliner yang Royal Society kumpulkan menyebutkan, masker wajah berkontribusi untuk mencegah penyebaran virus corona. Namun, pemakaiannya harus secara luas di mana jaga jarak tidak memungkinkan untuk dilakukan. Baca Juga:
Gawat! Kesehatan gigi dan mulut menurun saat pandemi Virus Corona Penelitian kecil yang terkait masker wajah menunjukkan, anak-anak yang menggunakan masker dan terinfeksi virus corona tidak menularkan virus ke keluarga. Namun,
Australian Times mengatakan, sains adalah suatu hal yang kompleks. Masker tidak akan mengehentikan penggunanya dari menghirup partikel
airborne kecil dari virus corona. Penelitian terbaru melaporkan, menggunakan masker juga memberikan rasa aman yang salah. Penggunanya bisa saja mengabaikan protokol penting lainnya. Meski demikian, banyak peneliti yang meminta Royal Society untuk memberikan lebih banyak bukti terkait laporannya tentang efektivitas penggunaan masker. Meski bukti terpercaya masih kurang, para peneliti mengimbau agar tetap menggunakan masker dan menerapkan protokol kesehatan lain sebagai upaya pencegahan. Sistem imun Para ahli imun bekerja keras menentukan imunitas seperti apa untuk virus corona. Menurut
Australian Times, banyak penelitian yang berfokus pada “
neutralising antibodies” yang diproduksi oleh B-cells. B-cells berkaitan dengan protein penting dan mencegah infeksi secara langsung. Baca Juga:
Virus Corona bisa sebabkan kerusakan otak? Ini laporannya Hasil penelitian menunjukkan, “
neutralising antibodies” tetap tinggi setelah beberapa minggu tubuh seseorang terinfeksi virus corona, kemudian berkurang. Penelitian dari China memperlihatkan, “
neutralising antibodies” jauh berkurang setelah dua hingga tiga bulan terinfeksi. Hal tersebut menimbulkan keraguan, apakah seseorang perlu mendapat perlindungan jangka panjang melawan serangan virus corona. Jika penelitian tersebut akurat, maka butuh penelitian lain untuk meyakinkan hasil yang sudah didapat.
Itu menimbulkan implikasi, apakah memungkinkan untuk memproduksi vaksin dengan imunitas yang tahan lama. Saat banyak peneliti yang percaya antibodi adalah kunci sistem imun, peneliti lain berargumen sel imun bernama T-cells juga terlibat. Sel ini bisa diprogram untuk melawan virus yang sama atau mirip di masa depan. Hasil penelitian menunjukkan, T-cells bekerja pada pasien Covid-19. Respons imun terhadap virus corona adalah hal yang kompleks. Perlu penelitian lebih lanjut terkait antibodi dan T-cells untuk mengetahui seberapa tahan lama imunitas itu dan bagaimana perbedaan komponen dari imunitas virus corona saling berhubungan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News