JAKARTA. Toyota dan Daihatsu akan mulai memasarkan Agya dan Ayla pekan depan. Duo model tersebut menjadi produk perdana Program Mobil Murah dan Ramah Lingkungan (LCGC) yang dicanangkan pemerintah sejak dua tahun lalu."Saya pikir, kedua merek ini bisa produksi sekitar 4.000 unit per bulan. Jadi sampai akhir tahun kira-kira mencapai 20.000 unit," jelas Budi Darmadi, Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian kepada KompasOtomotif, di FX Mal, Jakarta Selatan, hari ini (5/9/2013).Pemasaran Agya dan Ayla sempat tertunda hampir setahun, sejak diperkenalkan pada Indonesia International Motor Show (IIMS), September 2012 lalu. Kini, semua regulasi dan aturan main telah diterbitkan pemerintah. Setiap merek yang berniat ikut serta dalam program ini cukup memenuhi persyaratan yang ditentukan.Kerugian Negara Di sisi lain, LCGC disiapkan dengan menawarkan insentif pada pelaku industri otomotif, yakni pembebasan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) 10 persen. Meski berhasil menarik beberapa merek untuk menambah investasi di Indonesia, tapi tetap saja keputusan ini mengakibatkan negara berpotensi kehilangan pemasukan dari PPnBM."Mungkin lebih tepatnya disebut 'opportunity loss', karena ini menjadi bagian dari perkembangan regional. Pertanyaannya, mau bikin sendiri atau ambil dari Thailand atau Malaysia," ujar Budi.Kendati kehilangan pemasukan 10 persen dari PPnBM, tapi ada keuntungan lain yang justru nilainya lebih besar. Seperti alih teknologi dari prinsipal karena harus memenuhi syarat 80 persen kandungan lokal dalam lima tahun. Artinya, sejumlah komponen yang belum diproduksi, seperti mesin, transmisi, dan poros (axle) wajib dilokalisasi."Kita dapat lapangan kerja, pendapatan dari PPN (Pajak Penambahan Nilai) untuk pemerintah pusat, dan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) untuk daerah. Nilainya bisa berlipat ganda karena diproduksi lokal," beber Budi.Yongkie Sugiarto, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menambahkan, program LCGC dipastikan tidak akan mengurangi pendapatan pemerintah dari otomotif. Justru pemasukan negara bisa lebih besar jika semua produsen yang berminat sudah mulai memasarkan produknya ke pasar. "Tidak ada yang namanya 'potential loss' yang ada justru 'potential gain', karena keuntungan berlipat diperoleh Indonesia dari program ini, dari hulu ke hilir industri otomotif nasional," tutup Yongkie. (Kompas.com)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
20.000 unit Agya dan Ayla siap dipasarkan
JAKARTA. Toyota dan Daihatsu akan mulai memasarkan Agya dan Ayla pekan depan. Duo model tersebut menjadi produk perdana Program Mobil Murah dan Ramah Lingkungan (LCGC) yang dicanangkan pemerintah sejak dua tahun lalu."Saya pikir, kedua merek ini bisa produksi sekitar 4.000 unit per bulan. Jadi sampai akhir tahun kira-kira mencapai 20.000 unit," jelas Budi Darmadi, Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian kepada KompasOtomotif, di FX Mal, Jakarta Selatan, hari ini (5/9/2013).Pemasaran Agya dan Ayla sempat tertunda hampir setahun, sejak diperkenalkan pada Indonesia International Motor Show (IIMS), September 2012 lalu. Kini, semua regulasi dan aturan main telah diterbitkan pemerintah. Setiap merek yang berniat ikut serta dalam program ini cukup memenuhi persyaratan yang ditentukan.Kerugian Negara Di sisi lain, LCGC disiapkan dengan menawarkan insentif pada pelaku industri otomotif, yakni pembebasan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) 10 persen. Meski berhasil menarik beberapa merek untuk menambah investasi di Indonesia, tapi tetap saja keputusan ini mengakibatkan negara berpotensi kehilangan pemasukan dari PPnBM."Mungkin lebih tepatnya disebut 'opportunity loss', karena ini menjadi bagian dari perkembangan regional. Pertanyaannya, mau bikin sendiri atau ambil dari Thailand atau Malaysia," ujar Budi.Kendati kehilangan pemasukan 10 persen dari PPnBM, tapi ada keuntungan lain yang justru nilainya lebih besar. Seperti alih teknologi dari prinsipal karena harus memenuhi syarat 80 persen kandungan lokal dalam lima tahun. Artinya, sejumlah komponen yang belum diproduksi, seperti mesin, transmisi, dan poros (axle) wajib dilokalisasi."Kita dapat lapangan kerja, pendapatan dari PPN (Pajak Penambahan Nilai) untuk pemerintah pusat, dan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) untuk daerah. Nilainya bisa berlipat ganda karena diproduksi lokal," beber Budi.Yongkie Sugiarto, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menambahkan, program LCGC dipastikan tidak akan mengurangi pendapatan pemerintah dari otomotif. Justru pemasukan negara bisa lebih besar jika semua produsen yang berminat sudah mulai memasarkan produknya ke pasar. "Tidak ada yang namanya 'potential loss' yang ada justru 'potential gain', karena keuntungan berlipat diperoleh Indonesia dari program ini, dari hulu ke hilir industri otomotif nasional," tutup Yongkie. (Kompas.com)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News