JAKARTA. Tidak semua bankir bisa tersenyum lebar memamerkan kinerja tahun 2008. Beberapa bank justru membukukan penurunan laba bersih yang tajam. Dua bank yang menderita penurunan laba di tahun 2008 adalah PT CIMB Niaga Tbk. dan PT BNI Tbk. Kedua bank ini bernasib seperti PT Bank Danamon Tbk. Pekan lalu, Danamon telah mengumumkan laba bersihnya di 2008 sebesar Rp 1,5 triliun, turun 28% dari laba bersihnya di tahun 2007. Laporan keuangan bulanan CIMB Niaga ke Bank Indonesia (BI) yang belum diaudit memperlihatkan anjloknya perolehan laba bersih. Laba bersih CIMB Niaga sepanjang tahun 2008 hanya Rp 342,07 miliar, lebih rendah 55% dibandingkan laba di tahun 2007, yaitu Rp 763,4 miliar. Padahal, pada 2008 CIMB Niaga masih berhasil membukukan pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 13,3% dari Rp 2,57 triliun menjadi Rp 2,92 triliun. Sayang, pendapatan operasional di luar bunga turunan tipis dari Rp 531,7 miliar di tahun 2007 menjadi Rp 405,7 miliar pada 2008. Tapi yang menggerus laba CIMB Niaga adalah lonjakan di hampir semua pos pengeluaran. Yang paling mencolok adalah beban operasional yang membengkak 31% dari Rp 2,22 triliun pada 2007 menjadi Rp 2,91 triliun pada 2008. Akibatnya, laba usaha CIMB Niaga pun terkikis 53,2% dari Rp 881,5 miliar menjadi Rp 412,3 miliar. Merujuk pada pencapaian kinerja per November 2008, BNI juga akan mengalami nasib serupa. Pada November 2008, BNI baru membukukan laba bersih Rp 1,5 triliun. Ini berarti anjlok 31% dari Rp 2,2 triliun pada November 2007. Provisi naik tajam Rupa-rupanya, Bank BNI mengalami penurunan pendapatan bunga dari Rp 15,1 triliun menjadi Rp 14,8 triliun. Beruntung, bank pelat merah ini berhasil menciutkan beban bunga sehingga pendapatan bunga bersihnya masih bisa naik tipis dari Rp 8,3 triliun menjadi Rp 8,8 triliun. Namun, pendapatan Bank BNI memang tergerogoti oleh beban operasional yang naik. Terutama biaya pencadangan aktiva produktif yang meningkat dari Rp 1,3 triliun menjadi Rp 3,9 triliun. Artinya, beban ini naik 123%. Sayang, hingga berita ini diturunkan, manajemen BNI belum bisa dihubungi untuk memberikan penjelasan mengenai pemicu lonjakan provisi tersebut. Tapi, analis CIMB-GK Securities Mulya Chandra dalam risetnya telah memperkirakan, bank-bank akan mengalami peningkatan risiko kredit akibat krisis yang berlangsung saat ini. Akibatnya, bank-bank harus menyisihkan lebih banyak dana untuk pencadangan kredit macet. Menurut Analis Madani Sekuritas Ibnu Anjar ada dua hal yang jadi pemicu turunnya kinerja bank. Pertama, beban bank meningkat pesat. "Apalagi sejak terjadi perang bunga deposito," ujar Ibnu.
2008, Laba CIMB Niaga dan BNI Anjlok
JAKARTA. Tidak semua bankir bisa tersenyum lebar memamerkan kinerja tahun 2008. Beberapa bank justru membukukan penurunan laba bersih yang tajam. Dua bank yang menderita penurunan laba di tahun 2008 adalah PT CIMB Niaga Tbk. dan PT BNI Tbk. Kedua bank ini bernasib seperti PT Bank Danamon Tbk. Pekan lalu, Danamon telah mengumumkan laba bersihnya di 2008 sebesar Rp 1,5 triliun, turun 28% dari laba bersihnya di tahun 2007. Laporan keuangan bulanan CIMB Niaga ke Bank Indonesia (BI) yang belum diaudit memperlihatkan anjloknya perolehan laba bersih. Laba bersih CIMB Niaga sepanjang tahun 2008 hanya Rp 342,07 miliar, lebih rendah 55% dibandingkan laba di tahun 2007, yaitu Rp 763,4 miliar. Padahal, pada 2008 CIMB Niaga masih berhasil membukukan pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 13,3% dari Rp 2,57 triliun menjadi Rp 2,92 triliun. Sayang, pendapatan operasional di luar bunga turunan tipis dari Rp 531,7 miliar di tahun 2007 menjadi Rp 405,7 miliar pada 2008. Tapi yang menggerus laba CIMB Niaga adalah lonjakan di hampir semua pos pengeluaran. Yang paling mencolok adalah beban operasional yang membengkak 31% dari Rp 2,22 triliun pada 2007 menjadi Rp 2,91 triliun pada 2008. Akibatnya, laba usaha CIMB Niaga pun terkikis 53,2% dari Rp 881,5 miliar menjadi Rp 412,3 miliar. Merujuk pada pencapaian kinerja per November 2008, BNI juga akan mengalami nasib serupa. Pada November 2008, BNI baru membukukan laba bersih Rp 1,5 triliun. Ini berarti anjlok 31% dari Rp 2,2 triliun pada November 2007. Provisi naik tajam Rupa-rupanya, Bank BNI mengalami penurunan pendapatan bunga dari Rp 15,1 triliun menjadi Rp 14,8 triliun. Beruntung, bank pelat merah ini berhasil menciutkan beban bunga sehingga pendapatan bunga bersihnya masih bisa naik tipis dari Rp 8,3 triliun menjadi Rp 8,8 triliun. Namun, pendapatan Bank BNI memang tergerogoti oleh beban operasional yang naik. Terutama biaya pencadangan aktiva produktif yang meningkat dari Rp 1,3 triliun menjadi Rp 3,9 triliun. Artinya, beban ini naik 123%. Sayang, hingga berita ini diturunkan, manajemen BNI belum bisa dihubungi untuk memberikan penjelasan mengenai pemicu lonjakan provisi tersebut. Tapi, analis CIMB-GK Securities Mulya Chandra dalam risetnya telah memperkirakan, bank-bank akan mengalami peningkatan risiko kredit akibat krisis yang berlangsung saat ini. Akibatnya, bank-bank harus menyisihkan lebih banyak dana untuk pencadangan kredit macet. Menurut Analis Madani Sekuritas Ibnu Anjar ada dua hal yang jadi pemicu turunnya kinerja bank. Pertama, beban bank meningkat pesat. "Apalagi sejak terjadi perang bunga deposito," ujar Ibnu.