NEW YORK. Jika melihat perjalanan pasar bursa Amerika Serikat (AS) dalam 12 bulan terakhir tahun ini, dapat dikatakan bahwa 2008 merupakan tahun terburuk yang pernah dialami Wall Street. Pada penutupan hari Jumat pekan lalu, Dow Jones Industrial Average sudah melorot 35,8%. Sementara, Nasdaq Composite Index ikut anjlok 42,3%. Sedangkan indeks acuan S&P 500 telah melorot 40,6% pada penutupan Jumat kemarin. Dengan demikian, dalam seminggu belakangan, indeks Dow Jones sudah merosot 0,7%, sementara Standard & Poors 500 kehilangan 1,7% dan Nasdaq turun 2,2%.Indeks acuan AS S&P 500 telah melorot 40,6% pada penutupan Jumat kemarin.
Dari angka tersebut, dapat diketahui, bursa mengalami gejolak hebat yang tingkat keparahannya nyaris sama dengan kejadian tahun 1931 silam. Pada waktu itu, bursa mengalami tekanan hingga 47,1%, yang merupakan penurunan tahunan terburuk yang pernah terjadi. Pangkal permasalahan ini bermuara pada kredit perumahan AS yang akhirnya turut menyeret terjadinya resesi perekonomian global. Tengok saja, di Negeri Paman Sam itu, tingginya angka gagal kredit juga berdampak pada seluruh sektor yang ada, mulai perbankan hingga otomotif. Alhasil, banyak karyawan yang kehilangan pekerjaan dan semakin terpangkasnya daya beli konsumen AS. Para pengamat pasar sepakat bilang, kejadian yang terjadi saat ini tidak pernah dialami sebelumnya. Apalagi, krisis kali ini turut menyeret perusahaan-perusahaan besar untuk direstrukturisasi atau diakuisisi seperti Bear Stearns, AIG, Washington Mutual, Merrill Lynch dan Lehman Brothers. Penurunan ekonomi global sudah membuat bank-bank sentral seluruh dunia untuk memangkas suku bunga acuannya. Tujuannya tak lain untuk menggairahkan kembali perekonomian negaranya masing-masing. Pada awal bulan ini, the Federal Reserve (the Fed) kembali memotong suku bunganya mendekati angka nol dan mencanangkan sejumlah kebijakan baru untuk memerangi resesi. Langkah yang diambil the Fed tersebut, menurut para analis, memberikan optimisme baru ke pasar karena menunjukkan kepedulian bank sentral untuk memperlancar alur jalan kredit. Berharap pada Obama Tahun baru yang bakal datang beberapa hari lagi, diharapkan akan membawa penyegaran baru. Terutama setelah presiden terpilih AS Barack Obama resmi mengemban tugasnya pada 20 Januari mendatang. Apalagi, beberapa program stimulus Obama dan tim ekonomi yang dipilihnya juga disambut baik oleh pasar. Obama juga diharapkan benar-benar merealisasikan program anggaran belanja di beberapa sektor, termasuk di dalamnya infrastruktur, untuk mendukung upaya the Fed.
Minggu lalu, wakil presiden AS terpilih Joe Biden mengatakan, pemerintahan baru yang terbentuk saat ini sedang merundingkan kesepakatan baru dengan Kongres Demokrat yang bertujuan untuk menciptakan 3 juta lapangan kerja baru dengan anggaran sekitar US$ 775 miliar atau mungkin lebih. "2009, jika berjalan sesuai rencana, akan menjadi tahun transisi dari tahun bencana menjadi tahun perbaikan secara bertahap," kata Michael Sheldon,
chief market strategist RDM Financial di Westport, Connecticut. Sheldon juga mengatakan, "Melihat tahun depan, data perekonomian sepertinya masih terus melemah. Meski demikian, pertanyaannya adalah: Berapa besar dana yang harus dibebankan, dan berapa lama hal ini akan berlangsung?"
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie