2009, BRI Targetkan Kredit Komoditas Rp 2 triliun



JAKARTA. PT BRI Tbk optimistis, harga-harga komoditas khususnya crude palm oil (CPO) akan kembali rebound pada tahun depan. Tak heran, BRI berani pasang target penyaluran kredit ke sektor komoditas ditahun 2009 sebesar Rp 2 triliun.

Direktur Komersial BRI Sudaryanto Sudargo mengatakan, harga komoditas saat ini sudah kembali naik di pasar dunia. "Jadi besar kemungkinan di tahun depan akan kembali membaik," tuturnya kemarin (25/11). Oleh sebab itu, lanjutnya, BRI masih akan terus berkomitmen untuk memberikan kredit ke sektor komoditas.

Menanggapi kasus yang terjadi di beberapa perusahaan komoditas seperti Tripanca, Sudaryanto mengatakan bahwa hal tersebut masih dalam ambang kewajaran. "Kasus Tripanca hanya masalah missmatch saja," tambahnya. Bahkan ia mengatakan, Tripanca sebenarnya tidak memiliki masalah besar karena mereka mempunyai stok komoditas juga aset yang besar. Artinya, BRI tinggal menunggu waktu Tripanca akan mengembalikan utangnya. 


Sekadar informasi, pengucuran kredit BRI yang nyangkut di Tripanca sebenarnya cukup besar yaitu senilai Rp 250 miliar. Namun, angka tersebut terhitung kecil jika dibandingkan dengan bank-bank lain seperti Bank Mega yang sebesar Rp 507,6 miliar dan Deutche Bank yang sebesar Rp 648 miliar. 

Ketidak kawatiran BRI ini bukan tanpa beralasan. Pasalnya, BRI telah menyiapkan pencadangan juga untuk kredit-kredit mereka ke sektor komoditas. Pencadangan tersebut sampai saat ini sudah sebesar Rp 1 triliun.

Alasan pencadangan tersebut antara lain BRI juga menyalurkan pinjaman ke para petani individual juga. “Petani individual inilah yang banyak bermasalah. Sedangkan petani yang masuk dalam plasma tak banyak mengalami masalah,” jelasya.

Bagi petani yang bermasalah, saat ini BRI telah melakukan restrukturisasi utang sehingga kemungkinan besar tahun depan sudah berjalan normal seluruhnya.

Catatan saja, hingga akhir Oktober kemarin, BRI sudah menyalurkan kredit komoditas dengan perincian: sekitar Rp 1,7 triliun untuk sektor korporasi dan kurang lebih Rp 1triliun untuk sektor mikro dan retail.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie