2009, Pasar Mobil Terancam Anjlok



JAKARTA. Para produsen mobil mengkhawatirkan kondisi pasar tahun 2009. Berbagai rencana yang akan dijalankan pemerintah, termasuk pajak progresif, akan membuat penjualan mobil terancam.

Joko Trisanyoto, Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM), mengatakan nasib penjualan mobil pada 2009 akan ditentukan oleh pemerintah. "Pasar mobil ditargetkan mencapai 11 juta unit pada 2011, sayangnya baru mau menembus angka 600.000 unit saja sudah diganggu," katanya, Selasa (16/7).

Menurut Joko, ada beberapa kebijakan pemerintah yang dapat merusak pasar mobil. Misalnya penerapan pajak progresif alias peningkatan pajak bagi pemilik mobil lebih dari satu dengan identitas sama. Kenaikan pajak balik nama dari 10% menjadi 20% membuat harga mobil akan lebih tinggi.


Selain pemerintah, kata Joko, Bank Indonesia (BI) juga ikut menentukan nasib penjualan mobil. Jika permintaan International Monetary Fund(IMF) agar BI menaikkan suku bunganya menjadi 10,5% pada kuartal pertama, maka penjualan bakal lebih rendah dari 2008. Namun, jika kenaikan itu terjadi pada kuartal kedua, Joko memprediksi pasar akan sedikit tertolong. "Sialnya penjualan akan sama," tegasnya.

Hal senada juga diungkapkan Amelia Tjandra. Direktur Pemasaran PT Astra Daihatsu Motor (ADM) ini bilang, jika BI menaikkan suku bunga pasar mobil akan terancam. Saat ini 80% pembelian mobil dilakukan lewat kredit. "Pasar mobil ke depan terlihat suram," paparnya.

Kondisi ini kian diperparah oleh naiknya harga bahan baku yang berlaku sejak awal tahun lalu. Beberapa produsen, kata Amelia, mengakalinya dengan menaikkan harga mobil. Tapi ternyata tetap belum mampu menutup kenaikan biaya produksi. Jadi, kata Amelia, tahun depan harga mobil mungkin akan naik lagi.

Sementara Direktur Pemasaran PT Ford Motor Indonesia Davy Tulian mengatakan kenaikan pajak yang akan dilakukan pemerintah akan mengancam mobil completely built up (CBU). Mobil impor kembali akan lebih mahal ketimbang completely knock down (CKD). "Sebaiknya pemerintah juga melindungi importir," tegasnya.

Joko memprediksi, jika kenaikan berbagai macam pajak benar-benar terjadi, konsumen mobil premium akan beralih ke mobil standar. Persoalan berikutnya, apakah produsen mobil yang standar itu mampu memenuhi kenaikan permintaan. "Kalau tidak, penjualan mobil juga tidak akan tertolong," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test