2010, Smelting Gresik Tingkatkan Kapasitas Produksi Pabrik



JAKARTA. PT Smelting Gresik akan meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 300.000 ton katoda tembaga pada awal 2010. Demikian diungkapkan Senior Manager Technical Service Section PT Smelting Gresik, Budi Priyono Handogo. "Kami akan meningkatkan produksi pada tahun depan karena ada kelebihan permintaan," ujar Budi di sela-sela acara seminar dan workshop Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia, Kamis (08/10).Menurut Budi, pada 2006, produksi Smelting Gresik hanya mencapai sekitar 270.000 ton katoda tembaga. Angka produksi itu merupakan langkah ekspansi kedua yang dilakukan oleh Smelting Gresik. Pada ekspansi pertama, produksi katoda tembaga baru mencapai 250.000 ton per tahun. "Produksi awal kita pada tahun 2000 hanya sebesar 200.000 ton katoda tembaga," jelas Budi.Nah, pada ekspansi ketiga kali ini, Smelter Gresik berharap bisa meningkatkan produksi katoda tembaga hingga 300.000 ton per tahun. Peningkatan produksi itu, bukan dengan cara membangun pabrik baru, melainkan dengan meningkatkan kapasitas terpasang pabrik.Setelah meningkatkan produksi tahap ketiga tersebut, menurut Budi, perusahaannya tidak akan meningkatkan produksi lagi. Sebab, ujarnya, jika akan meningkatkan produksi, maka Smelting Gresik harus membangun pabrik baru. "Kita tidak akan ekspansi lagi. Sebab, kalau itu dilakukan, biayanya dari mana?" imbuh Budi.PT Smelting Gresik merupakan perusahaan pemurnian bahan tambang. Saham PT Smelting Gresik dikempit oleh sejumlah perusahaan penanaman modal asing (PMA). Di antaranya, Mitsubishi Materials Corporations mengempit saham sebesar 60,5%, PT Freeport 25%, Mitsubishi Corporation 9,5% dan Nipon Mining Metal Co Ltd sekitar 5%.Saat ini, Smelting hanya memiliki 1 pabrik yang lokasinya di Manyar, Gresik, Jawa Timur. Sejumlah komoditi tambang yang diolah di pabrik Smelter Gresik, antara lain, tembaga, emas, perak dan logam. Komoditi itu dipasok dari sejumlah perusahaan tambang besar di Tanah Air. Di antaranya, PT Freeport dan PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) yang masing-masing memasok bahan baku ke pabrik Smelter Gresik sekitar 70% dan 30%. Budi menambahkan, ke depannya, prospek bisnis tembaga masing sangat menjanjikan. Kendati, harga katoda tembaga rawan 'diguncang' krisis. Sebelum krisis keuangan global melanda dunia, harga katoda tembaga pernah menembus US$ 8.000 per ton. Namun, ketika krisis meletus pada akhir tahun lalu, harga katoda tembaga turun menjadi US$ 3.000 per ton. "Saat ini harga Katoda tembaga sudah mulai pulih kembali di harga US$ 5.000 per ton," tutur Budi.Menurut catatan Budi, katoda tembaga yang diproduksi Smelting Gresik diserap pasar domestik mencapai 50% dan untuk pasar ekspor sebesar 50% dari kapasitas terpasang pabrik. Khusus untuk ekspor, Budi bilang, pasar Asia cukup menjanjikan. Banyak negara-negara di kawasan Asia yang memesan tembaga dari Indonesia. Apalagi, hanya Indonesia yang memiliki tambang tembaga di kawasan Asia. Untuk pasar ekspor, Smelting Gresik melempar produknya Malaysia, Thailand, Taiwan, dan Singapura."Sedangkan untuk konsumen domestik ada 4 hingga 5 pabrik kabel yang memesan. Tapi yang paling banyak, hanya 3 pabrik besar yaitu Tembaga Mulia Semanan , Gajah Tunggal Kabel, dan City Cable Karya Sumiden Indonesia," terang Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dikky Setiawan