2011, ekspor tekstil diprediksi mencapai US$ 13 miliar



sJAKARTA. Ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) dari Indonesia sepanjang Januari-Oktober 2011 sudah mencapai US$ 10,9 miliar atau mendekati total realisasi ekspor tahun lalu. Di sisi lain, impor tekstil dan produk tekstil juga menunjukkan peningkatan yang konsisten.Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat, mengatakan, ekspor tekstil hingga akhir tahun diperkirakan bisa mencapai US$ 13,1 miliar. Sedangkan realisasi ekspor tahun lalu sebesar US$ 11,2 miliar.Negara tujuan ekspor tekstil dan produk tekstil masih didominasi oleh Amerika Serikat. Meskipun negaranya tengah dilanda krisis ekonomi, namun daya beli masyarakat masih cukup baik. Bahkan kontribusi ekspor ke Amerika Serikat juga mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 37% menjadi 39% dari total ekspor pada tahun ini.Negara tujuan ekspor terbesar ke dua adalah Uni Eropa. Krisis ekonomi hanya terjadi di beberapa negara dan masyarakat belum mengurangi belanja pakaian. Ekspor ke Uni Eropa masih terjaga dan mengalami pertumbuhan tipis. Selanjutnya, Jepang menjadi tujuan ekspor terbesar ke tiga dengan porsi 15% dari total ekspor. "Tahun ini ekspor TPT ke Jepang meningkat hingga 67%," jelas Ade, Senin (28/11).Di sisi lain, impor tekstil dan produk tekstil juga terus mengalami kenaikan. Data survei di pelabuhan impor yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa impor pakaian jadi sepanjang Januari-Oktober mencapai US$ 136,66 juta atau naik 35,06% dibanding periode yang sama tahun lalu.Data tersebut hanya dari impor pakaian jadi, sedangkan impor tekstil dan produk tekstil secara keseluruhan jauh lebih besar. Ade memperkirakan impor tekstil dan produk tekstil tahun ini mencapai US$ 8 miliar naik dari tahun lalu yang sebesar US$ 6,9 miliar. "Sebagian besar impor yang dilakukan merupakan bahan baku tekstil yang akan di reekspor lagi," katanya.Ketua Harian Asosiasi Pemasok Garmen dan Aksesori Indonesia (APGAI), Suryadi Sasmita, mengatakan, impor pakaian jadi paling banyak berasal dari China. Peningkatan impor terjadi karena sebagian impor yang tadinya ilegal telah berubah menjadi legal karena bea masuk sudah nol persen akibat perdagangan bebas. Selain itu, sebagian pengusaha di dalam negeri juga beralih mengimpor dari China karena biaya produksi di dalam negeri makin mahal karena berbagai hal seperti upah minimum karyawan dan tarif listrik yang naik. "Satu sampai dua tahun ke depan tren impor akan naik terus," kata Suryadi.Industri di dalam negeri terus mendapatkan tekanan karena biaya ekonomi tinggi. Akhirnya, banyak pengusaha yang memilih mengimpor pakaian jadi karena harga yang lebih kompetitif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini