JAKARTA. Menteri Keuangan Republik Indonesia Agus Martowardojo memprediksi rasio loan to Gross Domestic Product (GDP) menjadi 26%. Hal ini ia ungkapkan dalam acara Buka Puasa Bersama Anggota Ikatan Bankir Indonesia (IBI) dan Persatuan Perbankan Swasta Nasional (Perbanas). "Pada akhir 2010 posisi loan to GDP akan berada di posisi 27,8%. ini sudah turun drastis dibandingkan tahun 2001 yang mencapai 83%," ujarnya. Agus bilang penurunan ini adalah efek dari penguatan rupiah dan kemampuan mengelola moneter dan fiskal dengan baik. "Ini harus dipertahankan," tambahnya. Terkait Defisit APBN, Agus mengungkapkan hal ini bukan merupakan masalah sebab hal tersebut tidak melanggar UU Keuangan Negara di mana defisit anggaran pemerintah maksimal 3%. Dalam APBNP defisit anggaran kita 2,1% dan dalam APBN 2011 defisit ini akan ditekan menjadi 1,7%. "Defisit ini merupakan hal yang wajar sebab pemerintah memberikan insentif dan stimulus untuk menggerakkan sektor riil karena kondisi makro yang belum bagus betul. Kalau sudah bagus nanti kita buat surplus," pungkasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
2011, rasio loan to GDP 26%
JAKARTA. Menteri Keuangan Republik Indonesia Agus Martowardojo memprediksi rasio loan to Gross Domestic Product (GDP) menjadi 26%. Hal ini ia ungkapkan dalam acara Buka Puasa Bersama Anggota Ikatan Bankir Indonesia (IBI) dan Persatuan Perbankan Swasta Nasional (Perbanas). "Pada akhir 2010 posisi loan to GDP akan berada di posisi 27,8%. ini sudah turun drastis dibandingkan tahun 2001 yang mencapai 83%," ujarnya. Agus bilang penurunan ini adalah efek dari penguatan rupiah dan kemampuan mengelola moneter dan fiskal dengan baik. "Ini harus dipertahankan," tambahnya. Terkait Defisit APBN, Agus mengungkapkan hal ini bukan merupakan masalah sebab hal tersebut tidak melanggar UU Keuangan Negara di mana defisit anggaran pemerintah maksimal 3%. Dalam APBNP defisit anggaran kita 2,1% dan dalam APBN 2011 defisit ini akan ditekan menjadi 1,7%. "Defisit ini merupakan hal yang wajar sebab pemerintah memberikan insentif dan stimulus untuk menggerakkan sektor riil karena kondisi makro yang belum bagus betul. Kalau sudah bagus nanti kita buat surplus," pungkasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News