2012 bukan tahun emas perdagangan efek?



JAKARTA. Krisis global memberikan sentimen negatif untuk kondisi pasar saham lokal. Bisa jadi tahun ini bukan tahun emas bagi sekuritas yang memiliki bisnis perantara perdagangan efek. Pasalnya, total transaksi yang ada di beberapa sekuritas menyusut dari triwulan pertama hingga triwulan ketiga tahun ini.

PT Mandiri Sekuritas ini misalnya, total transaksi yang dilayani perusahaan triwulan pertama tahun ini tercatat sebesar Rp 17,67 triliun. Pada triwulan II nilainya menyusut menjadi Rp 15,64 triliun dan menyusut lagi di triwulan ketiga menjadi Rp 14,18 triliun.

Sementara total transaksi yang dilayani perusahaan per Oktober lalu hanya Rp 6,54 triliun, anjlok Rp 3,51 triliun jika dibandingkan dengan Oktober 2011. Alhasil, pendapatan yang diperoleh divisi bisnis ini juga kian mengecil.


Triwulan III tahun ini, Mandiri Sekuritas memperoleh pendapatan dari komisi perdagangan efek Rp 90,1 miliar, turun 35% dibanding periode yang sama tahun lalu. Untungnya, komisi perdagangan efek per Oktober lalu Rp 9,23 miliar, naik 9% dibanding Oktober 2011.

Layanan transaksi marjin (fasilitas pembiayaan) perusahaan ini juga kurang moncer. Jika 2011 manajemen mampu memberikan pinjaman Rp 200 miliar setiap harinya, maka tahun ini manajemen hanya mampu memberikan pinjaman Rp 100 miliar per hari.

Hasilnya, Kuartal III tahun ini, pendapatan transaksi marjin yang diperoleh sebesar Rp 45,06 miliar, turun 20% dibanding periode sama tahun sebelumnya. Sementara per Oktober lalu, pendapatan yang diperoleh Rp 3,90 miliar," turun 16% year on year (yoy).

Ridwan Pranata, Head of Equity Retail Mandiri Sekuritas mengaku, kurang pastinya kondisi market membuat para investor mundur. "Hal itu juga mengakibatkan mereka menjadi sangat berhati - hati karena menggunakan fasilitas pembiayaan dalam kondisi saat ini sangat berisiko," ujarnya.

Di sisi lain, manajemen juga memilih bermain aman dalam situasi yang tidak pasti seperti saat ini. Ridwan menuturkan, transaksi marjin itu sendiri sebenarnya menggerus modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) perusahaan. "Jadi, saat ini kami memang kurang agresif memaksimalkan transaksi marjin," tegasnya.

Benar saja, berdasarkan penelusuran KONTAN, Februari lalu total transaksi di Mandiri Sekuritas Rp 7,24 triliun, naik Rp Rp 2,11 triliun dibanding bulan sebelumnya. Tapi, di saat yang bersamaan, rata - rata MKBD perusahaan Rp 143,50 miliar, turun 148,86 miliar dibanding Januari.

Tapi, manajemen yakin total transaksi di perusahaannya akan meningkat. Soalnya, selain banyaknya prediksi perekonomian global tahun depan akan membaik, manajemen memang sedang giat mengembangkan bisnis ritel, khususnya untuk transaksi efek. Tahun depan, manajemen akan mendirikan 30 galeri info online trading di seluruh kantor cabang Mandiri Group.

Manajemen juga berencana mendirikan beberapa cabang baru di delapan kota, dan sejauh ini persiapan cabang baru di Balikpapan dan Padang yang paling oke. Sayang, manajemen enggan mengungkapkan besaran anggaran yang dialokasikan untuk pembangunan ini.

BNI Securities juga memiliki transaksi marjin demi mengoptimalkan total transaksi yang dilayani perusahaan. Beberapa keringanan untuk para nasabah juga sudah dilakukan demi memikat hati nasabah. "Suka ada yang bargaining dari nasabah yang punya duit banyak. Jika ada yang nawar seperti itu, paling kami berikan potongan bunga 0,5%," ujar Jimmy Nyo, Direktur Utama Sekuritas, beberapa waktu lalu.

Danareksa Sekuritas juga masih melayani transaksi efek yang kurang stabil. Per kuartal III tahun ini, manajemen melayani transaksi efek Rp 30,79 triliun, turun 14,59 dibanding periode sama tahun sebelumnya. Akibatnya, pendapatan perusahaan dari komisi transaksi efek sebesar Rp 75,42 miliar. Padahal, periode yang sama tahun sebelumnya, manajemen sukses meraup pendapatan Rp 91,43 miliar.

Perusahaan juga tidak memiliki layanan transaksi marjin seperti beberapa sekuritas lain. Sayang, manajemen enggan memberikan konfirmasi seputar hal itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri