JAKARTA. Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) memperkirakan pertumbuhan industri rotan dan kayu hingga akhir tahun ini hanya sebesar 10%. Asmindo memprediksi perekonomian Amerika Serikat dan Eropa masih akan terpuruk dalam dua tahun ke depan dan itu akan menyulitkan pelaku industri furnitur rotan dan kayu untuk bertahan tanpa bantuan dari pemerintah. "Untuk tumbuh 10% sudah bagus dan kami tidak yakin omzet industri rotan bisa mencapai US$ 200 juta," kata Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan (Asmindo) Ambar Tjahyono di Jakarta, Senin (3/9). Pelaku industri kerajinan kayu, menurut Ambar, selama ini harus berjuang sendiri tanpa bantuan dari pemerintah. "Industri kerajinan kayu selama ini seperti anak tiri, tidak ada bantuan apa pun dari Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan. Kami harus berjuang sendiri," ujarnya. Sementara industri furnitur rotan, lanjut Ambar, meski disubsidi tetap belum ada jaminan pasokan bahan baku yang memadai. Untuk itu, pemerintah perlu menjembatani kerja sama antara industri bahan baku rotan dan industri kerajinan rotan. "Pemerintah bisa membeli hasil industri bahan baku rotan dan menyalurkannya ke pengrajin rotan sehingga tidak ada lagi masalah pasokan," tuturnya. Ambar menambahkan, tidak hanya masalah bahan baku, industri kerajinan rotan nasional juga dihadapkan pada persaingan yang semakin ketat di tengah derasnya serangan produk-produk rotan sintetis dari plastik. "Di Cirebon, Jawa Barat, sudah ada tujuh pabrik rotan sintetis yang beroperasi dan membuat daya saing produk kerajinan rotan melemah. Untuk investor asing yang masuk seharusnya diarahkan ke luar Jawa," tandasnya. (Erlangga Djumena/Kompas.com)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
2012, Industri rotan hanya tumbuh 10%
JAKARTA. Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) memperkirakan pertumbuhan industri rotan dan kayu hingga akhir tahun ini hanya sebesar 10%. Asmindo memprediksi perekonomian Amerika Serikat dan Eropa masih akan terpuruk dalam dua tahun ke depan dan itu akan menyulitkan pelaku industri furnitur rotan dan kayu untuk bertahan tanpa bantuan dari pemerintah. "Untuk tumbuh 10% sudah bagus dan kami tidak yakin omzet industri rotan bisa mencapai US$ 200 juta," kata Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan (Asmindo) Ambar Tjahyono di Jakarta, Senin (3/9). Pelaku industri kerajinan kayu, menurut Ambar, selama ini harus berjuang sendiri tanpa bantuan dari pemerintah. "Industri kerajinan kayu selama ini seperti anak tiri, tidak ada bantuan apa pun dari Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan. Kami harus berjuang sendiri," ujarnya. Sementara industri furnitur rotan, lanjut Ambar, meski disubsidi tetap belum ada jaminan pasokan bahan baku yang memadai. Untuk itu, pemerintah perlu menjembatani kerja sama antara industri bahan baku rotan dan industri kerajinan rotan. "Pemerintah bisa membeli hasil industri bahan baku rotan dan menyalurkannya ke pengrajin rotan sehingga tidak ada lagi masalah pasokan," tuturnya. Ambar menambahkan, tidak hanya masalah bahan baku, industri kerajinan rotan nasional juga dihadapkan pada persaingan yang semakin ketat di tengah derasnya serangan produk-produk rotan sintetis dari plastik. "Di Cirebon, Jawa Barat, sudah ada tujuh pabrik rotan sintetis yang beroperasi dan membuat daya saing produk kerajinan rotan melemah. Untuk investor asing yang masuk seharusnya diarahkan ke luar Jawa," tandasnya. (Erlangga Djumena/Kompas.com)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News