JAKARTA. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (Bank Jatim) Tbk berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 26,19 triliun sepanjang tahun 2014 kemarin. Angka ini tumbuh 18,61% dibandingkan dengan realisasi penyaluran kredit perseroan sepanjang 2013 yang sebesar Rp 22,98 triliun. Direktur Utama Bank Jatim, Hadi Sukrianto menuturkan, kontribusi terbesar penyumbang pertumbuhan kredit berasal dari kredit konsumer mencapai 61,74%. Penyaluran kredit konsumer pada bank dengan kode emiten BJTM ini sepanjang tahun 2014 mencapai Rp 16,71 triliun. Angka ini naik sebesar 19,14% secara tahunan. Penyumbang pertumbuhan kredit perseroan berikutnya adalah kredit komersial yang porsinya mencapai 19,77%. Penyaluran kredit komersial Bank Jatim sepanjang 2014 setara dengan Rp 5,18 triliun. Angka ini tumbuh 22,53% dibandingkan tahun 2013. Komposisi pertumbuhan kredit Bank Jatim berikutnya adalah kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dengan porsi mencapai 16,41% atau setara dengan Rp 4,30 triliun. Angka ini tumbuh sebesar 12,38% secara tahunan. Dari komposisi tersebut, kata Hadi, pertumbuhan terbesar terjadi di kredit konsumer ada pada Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan total penyaluran kredit mencapai Rp 1,3 triliun sepanjang 2014. Angka ini tumbuh 26,71% dibandingkan penyaluran KPR BJTM pada 2013. Selain itu, kredit sektor konsumer yang juga mengalami peningkatan pertumbuhan adalah kredit multiguna yang mencapai Rp 14,85 triliun. Angka ini naik sebesar 19,20% dibandingkan periode 2013. Sementara itu, pada kredit komersial, pertumbuhan kredit sindikasi mendominasi dengan total kredit mencapai Rp 1,17 triliun. Angka ini naik 44,59% secara tahunan. Adapun pada kredit UMKM, pertumbuhan terbesar diraih oleh Kredit Pundi Kencana yang mencapai Rp 796 miliar atau naik 55,22% dibandingkan periode tahun 2013. Perbaikan NPL Pertumbuhan kredit tersebut juga diimbangi dengan perbaikan kualitas kredit atau rasio kredit bermasalah (non performing loan/ NPL). Posisi NPL Bank Jatim per 31 Desember 2014 menjadi 3,31% atau turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 3,44%. “Perbaikan kualitas kredit merupakan upaya Bank Jatim sepanjang 2014 melalui mekanisme strategi penagihan dan koordinasi terkait klaim asuransi,” jelas Hadi dalam paparan kinerja Bank Jatim di Jakarta, Rabu (11/3). Pertumbuhan penyaluran kredit ini mendorong peningkatan aset yang dimiliki BJTM. Total aset Bank Jatim per akhir Desember 2014 mencapai Rp 37,99 triliun. Angka ini tumbuh 14,98% dibandingkan dengan capaian aset Bank Jatim pada akhir tahun 2013 yang sebesar Rp 33,04 triliun. Kinerja Bank Jatim tercermin dari rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan yang sebesar 22,17%, return on asset (RoA) sebesar 3,52%, return on equity (RoE) sebesar 18,98%, Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional di level 69,63% dan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) di level 6,90%. “Untuk NIM memang turun dari posisi akhir Desember 2013 yang sebesar 7,14% menjadi 6,90%, karena mahalnya biaya dana yang harus dikeluarkan sepanjang tahun 2014,” ucap Hadi. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
2014, Bank Jatim salurkan kredit Rp 26,19 triliun
JAKARTA. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (Bank Jatim) Tbk berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 26,19 triliun sepanjang tahun 2014 kemarin. Angka ini tumbuh 18,61% dibandingkan dengan realisasi penyaluran kredit perseroan sepanjang 2013 yang sebesar Rp 22,98 triliun. Direktur Utama Bank Jatim, Hadi Sukrianto menuturkan, kontribusi terbesar penyumbang pertumbuhan kredit berasal dari kredit konsumer mencapai 61,74%. Penyaluran kredit konsumer pada bank dengan kode emiten BJTM ini sepanjang tahun 2014 mencapai Rp 16,71 triliun. Angka ini naik sebesar 19,14% secara tahunan. Penyumbang pertumbuhan kredit perseroan berikutnya adalah kredit komersial yang porsinya mencapai 19,77%. Penyaluran kredit komersial Bank Jatim sepanjang 2014 setara dengan Rp 5,18 triliun. Angka ini tumbuh 22,53% dibandingkan tahun 2013. Komposisi pertumbuhan kredit Bank Jatim berikutnya adalah kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dengan porsi mencapai 16,41% atau setara dengan Rp 4,30 triliun. Angka ini tumbuh sebesar 12,38% secara tahunan. Dari komposisi tersebut, kata Hadi, pertumbuhan terbesar terjadi di kredit konsumer ada pada Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan total penyaluran kredit mencapai Rp 1,3 triliun sepanjang 2014. Angka ini tumbuh 26,71% dibandingkan penyaluran KPR BJTM pada 2013. Selain itu, kredit sektor konsumer yang juga mengalami peningkatan pertumbuhan adalah kredit multiguna yang mencapai Rp 14,85 triliun. Angka ini naik sebesar 19,20% dibandingkan periode 2013. Sementara itu, pada kredit komersial, pertumbuhan kredit sindikasi mendominasi dengan total kredit mencapai Rp 1,17 triliun. Angka ini naik 44,59% secara tahunan. Adapun pada kredit UMKM, pertumbuhan terbesar diraih oleh Kredit Pundi Kencana yang mencapai Rp 796 miliar atau naik 55,22% dibandingkan periode tahun 2013. Perbaikan NPL Pertumbuhan kredit tersebut juga diimbangi dengan perbaikan kualitas kredit atau rasio kredit bermasalah (non performing loan/ NPL). Posisi NPL Bank Jatim per 31 Desember 2014 menjadi 3,31% atau turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 3,44%. “Perbaikan kualitas kredit merupakan upaya Bank Jatim sepanjang 2014 melalui mekanisme strategi penagihan dan koordinasi terkait klaim asuransi,” jelas Hadi dalam paparan kinerja Bank Jatim di Jakarta, Rabu (11/3). Pertumbuhan penyaluran kredit ini mendorong peningkatan aset yang dimiliki BJTM. Total aset Bank Jatim per akhir Desember 2014 mencapai Rp 37,99 triliun. Angka ini tumbuh 14,98% dibandingkan dengan capaian aset Bank Jatim pada akhir tahun 2013 yang sebesar Rp 33,04 triliun. Kinerja Bank Jatim tercermin dari rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan yang sebesar 22,17%, return on asset (RoA) sebesar 3,52%, return on equity (RoE) sebesar 18,98%, Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional di level 69,63% dan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) di level 6,90%. “Untuk NIM memang turun dari posisi akhir Desember 2013 yang sebesar 7,14% menjadi 6,90%, karena mahalnya biaya dana yang harus dikeluarkan sepanjang tahun 2014,” ucap Hadi. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News