2014, penjualan migas Medco turun 15,2%



JAKARTA. PT Medco Energi Internasional Tbk (Medco) mencatat penjualan minyak dan gas US$ 701 juta sepanjang 2014 alias turun 15,2% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$ 827 juta. Merosotnya penjualan Medco ini disebabkan dua hal, yaitu turunnya produksi minyak dan anjloknya harga minyak dunia.

Akhir 2014, produksi minyak dan gas bumi Medco sebesar 56.000 barel setara minyak per hari (boepd) atau turun dari periode tahun sebelumnya yang mencapai 62.000 boepd. Catatan saja, salah satu penyebab turunnya produksi ini, salah satunya gara-gara Medco mengembalikan blok Sembakung ke PT Pertamina di bulan Desember 2013.

Sementara realisasi harga minyak mentah tahun 2014, Medco mencatat harga rata-rata realisasi sebesar US$ 97,83 per barrel atau lebih rendah 9,6% dibandingkan tahun 2013. Cuma, Medco mengklaim, berkat strategi efisiensi, penurunan harga minyak bisa diantisipasi sejak semester II tahun lalu.


Segmen eksplorasi dan produksi minyak dan gas masih menjadi kontributor utama penjualan Medco. Nilainya mencapai US$ 750 juta atau berkontribusi menyumbang sekitar 93,4% dari total penjualan dan pendapatan usaha.

Dari nilai penjualan tersebut, Medco mencatat laba kotor dan laba operasi masing-masing sebesar US$ 271 juta dan US$ 161 juta. Pendapatan sebelum beban bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) 2014 tercatat sebesar US$ 259 juta atau lebih rendah dibandingkan posisi 2013 yang sebesar US$ 351 juta.

Strategi efisiensi

Meskipun penjualan turun, kinerja Medco boleh dibilang belum hancur-hancuran. Berikut beberapa alasan Medco. Pertama, pendapatan dari jualan gas. Medco tercatat mampu mengerek pendapatan dari gas yang diperoleh dari negosiasi ulang beberapa kontrak penjualan gas domestik.

Harga rata-rata penjualan gas di tahun 2014 meningkat menjadi US$ 5,60 per million metric british thermal unit (mmbtu) atau naik 9,2% dari harga 2013. Alhasil, pendapatan Medco bisa sedikit tertolong karena meraup tambahan pendapatan hingga US$ 40 juta jika dibandingkan penjualan gas di masa periode 2013. Sekadar catata, satu ton gas alam cair (LNG) setara dengan 50,48 mmbtu.

Kedua, Medco berhasil menahan laju penurunan alami produksi minyak sumur tua sekitar 7%. Bila dibandingkan rata-rata penurunan alami normal produksi minyak di dunia sebesar 20%-25%, Medco mengklaim penahanan laju penurunan itu tergolong bagus.

Ketiga, strategi efisiensi perusahaan. Sejak 2013, Medco memang mulai fokus pada efisiensi. Buktinya, Medco mengklaim, akhir 2014, mampu menurunkan beban penjualan, umum, dan administrasi menjadi US$ 110 juta saja alias turun 5,8% dibandingkan 2013 yang masih US$ 117 juta. Contohnya, biaya kantor pusat bisa ditekan 25% lebih rendah dari 2013.

Medco juga berhasil menurunkan beban bunga utang dengan cara mempercepat pelunasan pinjaman bank dengan suku bunga yang tinggi. Sehingga, Medco bisa menjaga tingkat laba yang diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar US$ 10,1 juta di akhir 2014. Angka ini AS$2,5 juta lebih rendah dibandingkan tahun 2013 sebesar US$ 12,6 juta. Yang jelas, Medco juga berhasil menekan beban pendanaan dari US$ 77 juta di tahun 2013 menjadi US$ 71 juta di tahun 2014.

Pencapaian 2014

Sepanjang 2014, Medco berhasil menambah portofolio aset minyak dan gas di arena internasional lewat akuisisi empat blok eksplorasi di Papua Nugini, delapan blok di Tunisia, dan Block 56 di Oman. Ke delapan blok baru di Tunisia telah menambah produksi dan cadangan 2P migas Medco, masing-masing sebesar 2.800 BOEPD dan 11 MMBOE. Aset di Tunisia direncanakan akan menambah produksi hingga 16.000 BOEPD di tahun 2019 nanti.

Sementara itu, dalam pengembangan proyek utama, Medco akan menyelesaikan proyek hulu Senoro Gas dan proyek Kilang Donggi Senoro LNG (DSLNG) pertengahan tahun ini. Medco menargetkan, penyaluran gas dari Senoro Gas ke DSLNG sudah bisa dimulai bulan Juni 2015. Karena itu, pengiriman pertama kargo LNG bisa terlaksana bulan Oktober 2015. Kedua proyek tersebut akan memberikan kontribusi pendapatan yang signifikan kepada Perseroan mulai tahun 2015 ini.

Proyek utama selanjutnya adalah pengembangan Block A PSC di Aceh. Setelah penandatanganan Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) di bulan Januari 2015 dengan PT Pertamina (Perseroan) dengan harga jual gas yang disepakati pada US$ 9,45 per mmbtu, maka Medco beserta mitranya akan menyiapkan final investment decision (FID) di triwulan kedua tahun ini dan pengiriman pertama gas 58 billion british thermal unit (bbtu) per hari direncanakan di akhir tahun 2017.

Selain itu, Medco lewat PT Medco Power Indonesia, berhasil menyelesaikan pendanaan proyek panas bumi Sarulla sebesar US$ 1,2 milyar di 2014. Pendanaan tersebut bersal dari JBIC, ADB , dan beberapa bank komersial lainnya. Saat ini, konstruksi proyek tersebut sudah berjalan dan pengeboran  empat sumur produksi sedang dilakukan di dua lapangan panas bumi Sarulla. Proyek Sarulla berkapasitas 3 x 110 Mega Watt di Sumatera Utara menurut rencana selesai untuk unit 1 pada tahun 2016, yang akan diikuti oleh unit 2 dan 3 masing-masing tahun 2017 dan 2018.

"Perseroan senantiasa berada di jalur yang benar sepanjang tahun 2014, terus mengejar sasaran pertumbuhan jangka panjang serta penyelesaian beberapa proyek-proyek utama sesuai rencana," tutur Lukman Mahfoedz, Direktur Utama Medco lewat siaran pers, Senin (30/3).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Andri Indradie