2015, serapan utang luar negeri capai US$ 2,02 M



JAKARTA. Total serapan pinjaman utang luar negeri untuk pembiayaan proyek pemerintah sepanjang 2015 mencapai US$ 2,02 miliar. Jumlah tersebut hanya mencapai 62,5% dari rencana penarikan pinjaman US$ 3,23 miliar.

Wismana Adisuryabrata, Deputi Pendanaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengatakan, beberapa kendala minimnya serapan pinjaman antara lain, masih kurang matangnya persiapan proyek dalam dokumen detail engineering design (DED), keterlambatan pengadaan barang atau jasa, serta kendala pengadaan lahan.

"Ada juga kendala karena kesulitan prosedur dalam proses pencairan tahap pertama, seperti di proyek Kementerian Pertahanan," kata dia, Senin (18/4).


Asal tahu saja, nilai pinjaman proyek luar negeri pemerintah yang sedang berjalan atawa on going mencapai US$ 15,7 miliar dengan 156 proyek. Nah, dengan realiasasi penyerapan pinjaman pada 2015 sebesar US$ 2,02 miliar, maka total utang yang sudah dicairkan pemerintah mencapai US$ 7,01 miliar atau 46,1% dari nilai pinjaman proyek.

Wismana bilang, realisasi serapan proyek pinjaman pada tahun lalu rinciannya yakni, proyek infrastruktur senilai US$ 712 juta, proyek sektor energi sebesar US$ 199,3 juta, proyek bidang pendidikan sejumlah US$ 134,4 juta, di bidang pertahanan keamanan sebesar US$ 838,7 juta, serta sektor lainnya sebesar US$ 138,3 juta.

Adapun beberapa contoh serapan pinjaman proyek pembangunan antara lain, pembangunan jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan senilai US$ 11 juta, dan jalan tol Medan-Kualanamu sebesar US$ 17,9 juta. Serta, proyek doble track kereta api tahap I senilai Us$ 26,8 juta, dan proyek Pamsimas II senilai US$ 32,4 juta.

Sofyan Djalil, Menteri PPN/Kepala Bappenas dalam dokumen laporan realiasi pinjaman mengatakan, sejatinya realisasi serapan pada Kuartal-IV 2015 sebesar 62,5% sudah cukup tinggi atau naik dua kali lipat dari kuartal sebelumnya. Di mana, pada kuartal ketiga serapan pinjaman luar negeri hanya sebesar 37,2%.

Meski begitu, ia mengakui, serapan pinjaman tahun 2015 mengalami penurunan ketimbang realiasasi derapan utang luar negeri pada 2014 yang mencapai 75,6 dari target. "Hal ini antara lain disebabkan penurunan penyerapan pada beberapa instansi seperi Kementerian Pertahanan, Kementerian Agama, serta PT PLN," kata Sofyan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia