2017, bankir bidik kredit valas tumbuh dobel digit



JAKARTA. Para bankir optimistis permintaan kredit valuta asing (valas) bakal tumbuh dobel digit sampai akhir tahun ini. Penopang pertumbuhan kredit valas diyakini bersumber dari pulihnya permintaan dari sektor korporasi.

Sejatinya, permintaan kredit valas sudah pulih di kuartal I lalu. Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penyaluran kredit mata uang asing tumbuh 7,53% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 638,7 triliun per Maret 2017. Pertumbuhan ini mengakhiri kelesuan kredit valas yang turun 3,75% pada Maret 2016.

Hari Siaga, Sekretaris Perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengatakan, sebanyak 65% kredit valas disalurkan ke segmen korporasi non BUMN. Sedangkan 20% kepada korporasi BUMN, ujar Hari kepada KONTAN, Senin (29/5).Sampai kuartal 1 2017, BRI mencatat kenaikan kredit valas sebesar 18% menjadi Rp 62 triliun.


Herry Sidharta, Wakil Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI) mengatakan, pihaknya menargetkan kredit valas tumbuh 13% sampai 15% di tahun ini. Pendorongnya adalah sektor manufaktur, kelistrikan, transportasi dan komunikasi, ujar Herry.

Senada, Bank Mandiri menargetkan kredit valas naik dua digit di 2017. Rohan Hafas, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri bilang, sektor korporasi yang menerima pembiayaan terbesar adalah pertambangan dan migas. Melalui ekspansi di dua sektor utama itu, Mandiri berharap bisa tumbuh hingga dua digit, ujar Rohan.

Sebagai gambaran, di kuartal I-2017, Bank Mandiri mencatat penyaluran kredit valas sebesar Rp 89,1 triliun atau tumbuh 6,3% yoy.

Parwati Surjaudaja, Direktur Utama OCBC NISP memptediksi, pertumbuhan kredit valas berkisar antara 10% sampai 15% di akhir tahun. Kredit bermasalah akan dijaga diangka 2%, ujar Parwati.

Menurut Parwati, pihaknya menyalurkan kredit valas kepada nasabah korporasi yang membutuhkan pembiayaan dalam kegiatan ekspor impor. Gambaran saja, kredit valas perbankan dikuasai bank besar BUKU III dan BUKU IV hingga 84% dari total kredit valas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie