2017, harga emas bakal semakin mentereng



JAKARTA. Rally harga emas terus berlanjut. Mengutip Bloomberg, Rabu (19/10) pukul 15.34 WIB, harga emas kontrak pengiriman Desember 2016 di Commodity Exchange naik 0,11% jadi US$ 1.264,30 per ons troi. Dalam sepekan, si kuning melambung 0,83%.

Analis Finex Berjangka Nanang Wahyudin mengungkapkan, saat ini sebenarnya banyak sentimen positif yang menopang harga emas. Tapi di saat yang sama, sentimen negatif juga membayangi. Saat ini, tekanan dari dollar AS meningkat seiring hangatnya isu kenaikan suku bunga The Fed. Terlebih AS mencetak inflasi September sebesar 0,3%, sesuai konsensus.

"Hanya saja USD sudah overvalued sehingga emas bisa rebound," jelas Nanang.


Selain itu, pasar mulai jenuh melihat isu kenaikan suku bunga The Fed. Kemarin, probabilitas kenaikan Fed funds rate turun jadi cuma 63%, dari hari sebelumnya yang mencapai 66%. Tambah lagi, data ekonomi China kembali memburuk.

Pasar pun kembali mengincar emas yang dianggap sebagai safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi global. Cuma harga emas sulit naik lebih tinggi karena masalah permintaan.

"Permintaan dari China, India dan negara emerging market lain tertahan di paruh pertama 2016," tambah Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst Asia Tradepoint Futures Menurut World Gold Council, permintaan emas India di kuartal II-2016 anjlok 18% menjadi 131 ton dibanding periode yang sama di 2015.

Permintaan dari Negeri Tirai Bambu juga merosot 14% jadi 183,7 ton. Padahal kedua negara ini merupakan konsumen terbesar emas dunia. "Maka dengan bercampurnya sentimen di pasar global, harga emas sudah wajar di kisaran US$ 1.250–US$ 1.265 per ons troi," tegas Nanang.

Harga tertahan

Jika The Fed jadi menaikkan suku bunga di akhir tahun, peluang si kuning kembali ke US$ 1.300 per ons troi mengempis. Apalagi kini pasar menilai kesempatan Donald Trump terpilih jadi Presiden AS tergolong mustahil.

Alhasil, emas sulit melaju. Beban ditambah dari prediksi Harmony Gold Mining, salah satu produsen emas terbesar di dunia asal Afrika Selatan, yang menyebut produksi global membengkak. Di mana tiap kuartal, produksi emas global naik 10%. Tapi kenaikan ini masih dapat dinetralisir oleh perkiraan konsumsi emas Tiongkok pada 2020 akan mencapai 1.200 ton.

Padahal tahun lalu, konsumsinya hanya 986 ton. Ini membuat Dick Poon, General Manager Heraeus Metals Hong Kong, memprediksi emas akan melanjutkan penguatan ke US$ 1.400 per ons troi di 2017. Perekonomian global yang masih gamang membuat emas perkasa.

Konferensi London Bullion Market Association yang sedang berlangsung di Singapura juga memprediksi harga emas di 2017 siap naik ke US$ 1.347,40 per ons troi. "Tapi untuk Kamis (20/10) saya perkirakan harga emas akan koreksi," jabar Deddy.

Dari sisi teknikal harian terlihat, harga bergerak di bawah MA 50, 100 dan 200, mendukung penurunan. Ini sejalan dengan garis MACD yang berada di area negatif dan berpola downtrend. Begitu juga dengan relative strength index (RSI) level 34 yang mengarah turun.

Hanya saja stochastic masih di level 77 dan mendukung kenaikan. Deddy menganalisa harga emas hari ini akan bergerak di kisaran US$ 1.258,60–US$ 1.276,4 per ons troi. Sedangkan Nanang memprediksi sepekan ke depan rentang pergerakan emas di US$ 1.250–US$ 1.281 per ons troi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie