KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu anak usaha tertua Bakrie Group, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) berupaya memperkecil porsi utang yang masih membebani perusahaan. Langkah ini dilakukan dengan melakukan proses restrukturisasi utang perusahaan yang dimiliki. Pengurangan utang tersebut, ditujukan agar perusahaan bisa lebih lincah, juga untuk menjaga
balance sheet keuangan dan bottomline perusahaan. Pada 2018, BNBR berencana menyelesaikan utang setidaknya kepada dua kreditur besar. Bila rencana tersebut berjalan lancar, maka BNBR telah merestrukturisasi 80% utang perusahaan.
"Tahun ini proses sudah berjalan. Target kami dua kreditur besar untuk 2018. Kalau dua itu berhasil, bisa berkurang 80% dari total tiga kreditur besar," terang Amri Aswono Putro, Direktur Keuangan BNBR usai
public expose di Bakrie Tower, Jakarta, Jumat (15/12). Lebih jauh, dia menyatakan skema restrukturisasi utang tersebut yakni dengan obligasi wajib konversi (OWK). Dimana utang tersebut nantinya, akan ditukar dengan saham perusahaan atau
equity, sehingga, BNBR bisa mengurangi beban bunga yang timbul dari utang sebelumnya. "Kami sedang bernegosiasi proses restrukturisasi. Dari utang kami minta ubah menjadi
equity atau modal. Kalau sudah jadi equity kan tidak ada unsur bunga lagi," imbuhnya. Dalam laporan keuangan kuartal III-2017 disebutkan nama-nama kreditur BNBR. Utang jangka panjang dengan mata uang asing diantaranya seperti Mitshubishi Corporation, Jepang sebesar Rp 1,94 triliun dan Eurofa Capital Investment Inc, Singapura sebesar Rp 1,39 triliun. Selain itu, utang jangka pendek dengan mata uang asing yaitu Credit Suisse AG Singapura Rp 175,69 miliar, Fountain City Investment Ltd, Marshall Islands Rp 30,36 miliar, Winn Metals Corporation Rp 22,43 miliar, Daley Capital Ltd Rp 10,79 miliar, dan utang lain-lain Rp 13,03 miliar. Kepercayaan diri melakukan restrukturisasi pada 2018, tak terlepas dari keberhasilan restrukturisasi yang dilakukan pada 2017. Sekadar mengingatkan, pada 2017 ini BNBR melakukan konversi utang menjadi saham dan menerbitkan OWK. Utang yang dikonversi jadi OWK adalah utang Credit Suisse AG cabang Singapura dan utang Daley Capital Limited. Jumlah utang tersebut masing-masing senilai US$ 70,43 juta dan US$ 7,48 juta.
Sekadar mengingatkan, utang kepada Credit Suisse sejatinya mencapai US$ 92,13 juta. Tapi, utang sebesar US$ 21,7 juta dilunasi secara tunai. Per 15 Maret 2017, BNBR sudah melunasi porsi tersebut. "Tahun ini, kami sudah selesaikan sekitar Rp 1 triliun," kata Amri. BNBR sebelumnya menerbitkan 55,75 juta saham biasa seri D tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (non-HMETD), dengan nilai nominal Rp 50 per saham atawa 0,05% dari total modal ditempatkan dan disetor. BNBR juga menerbitkan saham baru tanpa HMETD sebanyak 20,74 miliar saham. Jumlah itu setara 15,46% modal ditempatkan dan disetor penuh. Saham BNBR yang tercatat di Bursa Efek Indonesia berjumlah 113,54 miliar saham. Penerbitan OWK tersebut dinilai akan mengurangi beban keuangan BNBR. Sekaligus juga untuk menyeimbangkan neraca keuangan BNBR. Oleh karena itu, penerbitan OWK pada 2018 dinilai akan memperbaiki kinerja perusahaan. "Ini merupakan langkah maju, dan merupakan tahapan akhir restrukturisasi. Mudah-mudahan 2018 bisa tuntas," terang Gafur Sulistyo Umar, Direktur Utama BNBR dalam kesempatan yang sama. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia