KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Investree Radhika Jaya (Investree) optimistis produk syariah yang baru saja dirilis bakal diminati oleh masyarakat. Tahun ini, perusahaan teknologi finansial (fintech) tersebut menargetkan pembiayaan yang disalurkan bisa mencapai Rp 200 miliar. Co Founder & CEO Investree Adrian Gunadi mengatakan, masih terdapat beberapa pekerjaan rumah agar pamor produk pembiayaan syariah bisa semakin terangkat. Di antaranya, imbuh dia, sosialisasi dan komunikasi yang masif kepada pemberi pinjaman maupun peminjam dengan adanya produk fintech lending berbasis syariah. Lalu dengan adanya fatwa fintech financing syariah yang akan dikeluarkan Dewan Syariah Nasional (DSN) dalam waktu dekat ini juga diharapkan mendorong perkembangan bisnis ini. "Pasarnya masih sangat terbuka lebar, kami proyeksi produk syariah bisa berkontribusi 20% dari target keseluruhan Rp 1 triliun," ujar Adrian kepada Kontan.co.id, Selasa (30/1). Adapun yang menjadi pembeda dalam produk syariah ini yakni berasal dari sisi akad. Seperti misalnya, Akad Al Qardh untuk pemberian dana talangan. Sedangkan, Akad Wakalah Bil Ujrah untuk penunjukan lender sebagai wakil dalam melakukan penagihan invoice untuk mendapatkan ujrah atau imbal hasil atas jasa penagihan yang dibayarkan oleh borrower. "Yield atau return yang ditawarkan produk syariah sama seperti konvensional yakni 16% per tahun. Ini yang akan jadi daya tarik masyarakat," imbuh Adrian. Sekadar tahu, sejak dilakukan uji coba layanan pada November 2017 sampai Januari 2018, Investree sudah menyalurkan pembiayaan syariah sebesar Rp 2,7 miliar dengan jumlah borrower sebanyak 313 orang dan lender mencapai 1.340 orang. Dari sisi munculnya pemain baru, Adrian mengaku tak khawatir menimbulkan persaingan yang sengit. Dia bilang hal ini justru akan saling melengkapi untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat terutama pelaku UKM. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
2018, Investree yakin pembiayaan produk syariah mencapai Rp 200 miliar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Investree Radhika Jaya (Investree) optimistis produk syariah yang baru saja dirilis bakal diminati oleh masyarakat. Tahun ini, perusahaan teknologi finansial (fintech) tersebut menargetkan pembiayaan yang disalurkan bisa mencapai Rp 200 miliar. Co Founder & CEO Investree Adrian Gunadi mengatakan, masih terdapat beberapa pekerjaan rumah agar pamor produk pembiayaan syariah bisa semakin terangkat. Di antaranya, imbuh dia, sosialisasi dan komunikasi yang masif kepada pemberi pinjaman maupun peminjam dengan adanya produk fintech lending berbasis syariah. Lalu dengan adanya fatwa fintech financing syariah yang akan dikeluarkan Dewan Syariah Nasional (DSN) dalam waktu dekat ini juga diharapkan mendorong perkembangan bisnis ini. "Pasarnya masih sangat terbuka lebar, kami proyeksi produk syariah bisa berkontribusi 20% dari target keseluruhan Rp 1 triliun," ujar Adrian kepada Kontan.co.id, Selasa (30/1). Adapun yang menjadi pembeda dalam produk syariah ini yakni berasal dari sisi akad. Seperti misalnya, Akad Al Qardh untuk pemberian dana talangan. Sedangkan, Akad Wakalah Bil Ujrah untuk penunjukan lender sebagai wakil dalam melakukan penagihan invoice untuk mendapatkan ujrah atau imbal hasil atas jasa penagihan yang dibayarkan oleh borrower. "Yield atau return yang ditawarkan produk syariah sama seperti konvensional yakni 16% per tahun. Ini yang akan jadi daya tarik masyarakat," imbuh Adrian. Sekadar tahu, sejak dilakukan uji coba layanan pada November 2017 sampai Januari 2018, Investree sudah menyalurkan pembiayaan syariah sebesar Rp 2,7 miliar dengan jumlah borrower sebanyak 313 orang dan lender mencapai 1.340 orang. Dari sisi munculnya pemain baru, Adrian mengaku tak khawatir menimbulkan persaingan yang sengit. Dia bilang hal ini justru akan saling melengkapi untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat terutama pelaku UKM. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News