KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) akan menghadapi tantangan berat bagi kinerja keuangannya di 2019. Pasalnya beberapa sumber pendapatan perusahaan tidak berkontribusi dan beberapa sumber pendapatan baru masih pada tahap konstruksi. Direktur Utama Rukun Raharja Djauhar Maulidi mengatakan, di akhir tahun 2018 ini saja, perusahaan memprediksi hanya akan mencatat laba sekitar US$ 8,5 juta. “Tahun depan laba malah diprediksi hanya US$ 3 juta,” katanya pada Rabu (5/11). Salah satu sumber pendapatan perusahaan yakni dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) kini tidak menjadi pembeli gas dari Rukun Raharja. Akibatnya perusahaan kehilangan potensi pendapatan sebesar US$ 100 juta per tahun. Memang perusahaan menyiapkan sebesar US$ 36 juta untuk belanja modal tahun depan. Tetapi seluruh belanja modal yang kebanyakan digunakan untuk pengembangan bisnis baru itu belum bakal berkontribusi bagi pendapatan perusahaan di 2019. “Bahkan di 2020 bisnis kami belum normal, baru 2021 kembali berjalan normal dengan potensi laba sebesar US$ 9 juta,” tambah Djauhar. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
2019 bakal jadi tahun yang berat bagi Rukun Raharja (RAJA)
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) akan menghadapi tantangan berat bagi kinerja keuangannya di 2019. Pasalnya beberapa sumber pendapatan perusahaan tidak berkontribusi dan beberapa sumber pendapatan baru masih pada tahap konstruksi. Direktur Utama Rukun Raharja Djauhar Maulidi mengatakan, di akhir tahun 2018 ini saja, perusahaan memprediksi hanya akan mencatat laba sekitar US$ 8,5 juta. “Tahun depan laba malah diprediksi hanya US$ 3 juta,” katanya pada Rabu (5/11). Salah satu sumber pendapatan perusahaan yakni dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) kini tidak menjadi pembeli gas dari Rukun Raharja. Akibatnya perusahaan kehilangan potensi pendapatan sebesar US$ 100 juta per tahun. Memang perusahaan menyiapkan sebesar US$ 36 juta untuk belanja modal tahun depan. Tetapi seluruh belanja modal yang kebanyakan digunakan untuk pengembangan bisnis baru itu belum bakal berkontribusi bagi pendapatan perusahaan di 2019. “Bahkan di 2020 bisnis kami belum normal, baru 2021 kembali berjalan normal dengan potensi laba sebesar US$ 9 juta,” tambah Djauhar. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News