KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Tahun 2024 diprediksi menjadi pesta bagi pasar kripto. Setidaknya terdapat tiga faktor utama yang akan memeriahkan industri aset digital tersebut. Chief Executive Officer (CEO) Triv Gabriel Rey mengatakan, banyak katalis positif untuk aset kripto terutama Bitcoin di tahun 2024.
Pertama yaitu sentimen dari persetujuan Bitcoin ETF Spot yang berpotensi meramaikan transaksi kripto. Seperti diketahui, tenggat waktu atau
deadline terakhir bagi Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) untuk menyetujui ataupun menolak ialah tanggal 10 Januari 2024. SEC harus memberikan putusan akhir terkait perizinan 12 Bitcoin ETF yang telah beredar termasuk pengajuan dari Blackrock dan Grayscale.
Menurut Gabriel, kemungkinan SEC akan menyetujui perdagangan Bitcoin ETF. Salah satu indikasi disetujuinya Bitcoin ETF adalah kehadiran Blacrock sebagai Manajer Investasi (MI) yang memiliki reputasi besar dalam dunia investasi.
Baca Juga: Potensi Bullish Pasar Kripto di 2024, Berikut Faktor Pendukungnya Kedua, lanjut Gabriel, pasar kripto akan terangkat sentimen Bitcoin Halving yang diperkirakan jatuh pada April 2024.
Ketiga, perkiraan The Fed yang mulai menurunkan suku bunga pada Maret 2024 berpotensi menarik kembali minat investasi kripto. “Melihat katalis-katalis tersebut, Saya rasa target Bitcoin ke level harga US$100 di tahun 2024 cukup bisa dicapai. Seperti siklus sebelumnya saat suku bunga turun, maka aset berisiko seperti saham dan kripto dipastikan akan naik,” kata Gabriel kepada Kontan.co.id, Kamis (28/12). Financial Expert Ajaib Kripto Panji Yudha melihat, semester pertama tahun 2024 akan cukup padat dengan serangkaian berita dan peristiwa penting menanti. Utamanya pasar menunggu informasi terkait inflasi dan suku bunga acuan Amerika Serikat. Saat ini, kebijakan suku bunga The Fed sedang dalam perjalanan menuju perubahan arah. Dalam empat dari lima pertemuan terakhir, Federal Reserve memutuskan untuk mempertahankan suku bunga pada kisaran 5,25% - 5,50% termasuk pada FOMC terakhir tahun 2023, setelah melakukan serangkaian kenaikan suku bunga acuan sebanyak 11 kali dalam dua tahun terakhir. Panji mengamati, pelaku pasar antusias dengan kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin mulai pada Maret 2024, dengan probabilitas sekitar 74,80% menurut FedWatch Tool CME. “Situasi ini menggambarkan bahwa periode kenaikan suku bunga mungkin sudah berada di ujungnya, sehingga menimbulkan optimisme di pasar keuangan terkait dengan perubahan kebijakan The Fed sehingga akan berdampak positif ke pasar kripto,” ungkap Panji dalam riset, Selasa (26/12).
Baca Juga: Catat 3,2 Juta Pengguna di 2023, Tokocrypto Optimistis Pasar Kripto Bullish di 2024 Panji menambahkan, pasar kripto turut menantikan keputusan dari Komisi Sekuritas dan Bursa AS terkait serangkaian aplikasi Exchange-Traded Fund (ETF) Bitcoin spot. Keputusan ini diyakini dapat memengaruhi cara investor berinteraksi dengan Bitcoin, sehingga membuka pintu akses yang lebih teratur untuk berinvestasi pada aset digital tersebut. Komunitas kripto tentunya juga menantikan peristiwa dari
halving Bitcoin yang diproyeksikan akan terjadi pada 2024. Bitcoin
halving hanya terjadi sekitar 4 tahun sekali, dengan imbalan (
reward)
mining satu blok Bitcoin akan dibagi dua setiap 210.000 blok hingga mencapai batas maksimum 21 juta. Halving pertama terjadi pada 28 November 2012, imbalan penambang kala itu yang awalnya 50 BTC dikurangi menjadi 25 BTC. Selanjutnya, di
halving kedua terjadi pada 9 Juli 2016 ketika
block reward dipotong dari 25 BTC menjadi 12,5 BTC. Terakhir,
halving bitcoin terjadi pada 11 Mei 2020 lalu, yakni dari 12,5 BTC menjadi 6,25 BTC. Saat ini Bitcoin menuju ke siklus Halving keempat yang diharapkan akan terjadi pada April 2024 dengan
reward para
mining yang akan dikurangi menjadi 3,125 BTC.
Baca Juga: 8 Pelajaran Berharga dari Warren Buffett untuk Investasi di 2024 Jika diperhatikan, Gabriel mengamati, sejak periode 2011-2021 BTC terdapat sebuah pola yang menarik terhadap pergerakan harga Bitcoin. Jika dilihat siklusnya, Bitcoin menguat ketika setahun sebelum
halving, di tahun terjadinya
halving dan setahun setelah terjadinya
halving. CEO Tokocrypto Yudhono Rawis mengatakan, peristiwa
halving secara tidak langsung juga berdampak pada jumlah Bitcoin yang beredar. Biasanya harga akan mengalami kenaikan pesat satu tahun setelah
halving, sehingga diprediksi puncak kenaikan harga BTC bakal terjadi pada tahun 2025. Di samping itu, potensi penurunan suku bunga The Fed akan membuat investor lebih berani beralih ke kripto karena dianggap mampu menawarkan peluang keuntungan lebih tinggi daripada aset konvensional. Serta, potensi
bullish pasar kripto berasal dari meningkatnya adopsi kripto oleh institusi keuangan tradisional, yang pada dasarnya dipengaruhi oleh upaya pengajuan ETF kripto oleh manajemen aset besar di AS. Yudho menganalisis, apabila ETF Bitcoin spot akan disetujui diperkirakan kapitalisasi pasar Bitcoin bisa menyentuh US$ 1 triliun. Hal tersebut pada akhirnya dapat mendorong harga BTC ke atas US$ 50.000 atau setara Rp 770 juta, bahkan bisa melebihi angka tertingginya sepanjang masa di angka US$ 68.000 yang sekitar Rp 1 miliar pada November 2021 lalu.
Baca Juga: Ini Sejumlah Faktor yang Membuat Tren Bullish Pasar Kripto Akan Berlanjut di 2024 Industri Kripto Domestik Dari dalam negeri, Yudho menilai, faktor selanjutnya sebagai penggerak pasar kripto meliputi regulasi. Menurut dia, regulasi dalam pengaturan dan pengawasan perdagangan aset kripto akan menentukan tren pasar kripto ke depan. Industri kripto di Indonesia sedang memasuki masa transisi peralihan pengawasan dan pengaturan aset kripto dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Regulasi kripto oleh OJK dapat membuka kesempatan bagi berkembangnya industri aset digital secara lebih luas. "Ketika industri kripto berada di bawah pengawasan OJK, legitimasi sektor ini di Indonesia diharapkan meningkat secara signifikan. Di samping itu, kami juga menghargai upaya Bappebti yang telah memajukan industri ini dengan cepat dalam satu hingga dua tahun terakhir,” sebut Yudho dalam keterangan yang dibagikan, Rabu (27/12). Yudho berharap industri kripto di Indonesia dapat tumbuh lebih baik lagi. Sebab nilai transaksi kripto di Indonesia terpantau merosot dibandingkan beberapa tahun terakhir. Nilai transaksi kripto di Indonesia pada Januari - Oktober 2023 mencapai Rp 104,9 triliun dengan jumlah investor sebanyak 18,06 juta. Angka transaksi tersebut turun sekitar 63% YoY dibandingkan total transaksi pada Januari-Oktober 2022 tercatat sebesar Rp 279,8 triliun. Gabriel menyoroti, perihal penurunan transaksi di pasar kripto lokal berkaitan dengan perlakuan pajak yang tinggi. Tingginya pajak per transaksi yang berkisar 0,21% membuat
trading di
exchange lokal menjadi lebih tinggi daripada
exchange luar negeri, sehingga ini mengakibatkan
user memindahkan dananya ke
exchange luar negeri. “Sebenarnya hal ini (pajak transaksi) sudah disuarakan berkali-kali oleh pelaku industri seperti Triv dan Asosiasi. Kami berharap sebagai pelaku di industri ini agar pemerintah memperhatikan dan menurunkan pungutan pajak pada aset kripto di kisaran idealnya 0,1%, sehingga dapat menggenjot transaksi pada
exchange lokal,” imbuh Gabriel.
Baca Juga: Warren Buffett Lebih Pilih 2 Aset Ini Dibanding Bitcoin, Apakah Itu? Adapun sejak awal tahun 2023, Bitcoin (BTC) telah menunjukkan kenaikan lebih dari 160%ytd ke level kisaran saat ini US44.000. Selain BTC, alternative coin (Altcoin) seperti Solana (SOL) dan Cardano (ADA) juga terpantau naik signifikan masing-masing sebesar 956%ytd ke level harga US$105.36 dan Cardano naik 163%ytd ke level harga kisaran US$0.6489. Sementara Ethereum (ETH) harganya naik sekitar 100%ytd ke level harga US$2.401. Panji menuturkan bahwa BTC sukses mengakhiri periode pasar yang lesu pada tahun sebelumnya, dan menghasilkan optimisme yang tinggi dalam pasar kripto yang diyakini akan tetap kuat hingga tahun 2024-2025.
Kenaikan harga aset kripto saat ini dapat dikaitkan dengan inovasi industri kripto yang semakin terkait dengan sistem keuangan global, dan menuju arah regulasi kripto yang semakin terstruktur. Inovasi di bidang teknologi blockchain memunculkan narasi dan tren baru dalam ekosistem kripto, seperti Bitcoin Ordinal, Artificial Intelligence, Social Finance (SocialFi), dan Real World Asset (RWA). Kalau Gabriel menilai, sentimen persetujuan Bitcoin ETF Spot merupakan salah satu faktor lonjakan harga BTC di sepanjang tahun ini. Banyak orang telah berlomba mulai membeli Bitcoin demi menyambut Bitcoin ETF pertama di Amerika saat ini. “Harapannya Bitcoin ETF sama seperti Gold ETF yang membuat aliran dana ke Gold ETF kala itu mencapai US$1 miliar dalam 3 hari, yang merupakan rekor tertinggi selama 18 tahun dan emas mengalami
bull run selama bertahun-tahun,” ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati