3 Fokus BI dan pemerintah mengendalikan inflasi



JAKARTA. Laju inflasi di tahun ini berpotensi naik lantaran adanya kenaikan harga-harga yang diatur pemerintah (administered prices). Sebagai kompensasi kenaikan tersebut, Bank Indonesia (BI) melihat inflasi yang bersumber dari harga pangan yang bergejolak (volatile food) tahun ini harus benar-benar terjaga.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, administered prices sepanjang tahun lalu mencatat laju inflasi yang rendah sebesar 0,21%. Sementara volatile food mencatat laju inflasi yang cukup tinggi, sebesar 5,92%.

"Jadi 2017 mungkin administered prices akan tertekan maka volatile food perlu kami kendalikan. Kami akan kerja sama dengan pemerintah," kata Agus, Jumat (20/1).


Lebih lanjut menurut Agus, ada tiga hal yang akan menjadi fokus koordinasi antara BI dengan pemerintah terkait pengendalian inflasi tahun ini. Pertama, ketersediaan pasokan. Menurut Agus, jika pasokan tidak ada maka akan membuat harga naik, sekalipun dilakukan operasi pasar oleh pemerintah.

Kedua, distribusi pasokan yang lancar. Sebab, jika distribusi terhambat turut menyebabkan adanya wilayah-wilayah yang tidak mendapat pasokan sehingga menekan harga di wilayah itu. ketiga, antisipasi musim hujan panjang hingga virus tanaman.

"Kalau ada kekurangan pasokan kami tentu tidak ingin impor. Tetapi kita tidak boleh terlambat kalau ada kegagalan atau hama mesti impor," kata Agus.

Menurutnya, jika inflasi tahun ini tidak terjaga maka akan membuat stabilitas ekonomi domestik pun tidak terjaga. Padahal, selama dua tahun berturut-turut Indonesia berhasil menjaga stabilitasnya melalui inflasi yang rendah di tahun 2015 dan 2016 masing-masing sebesar 3,35% year on year (YoY) dan 3,02% YoY.

"Bahkan di 2016 ketika ada The Fed rate naik kondisinya jauh lebih baik dibanding 2013 ketika tappering," tambah dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia