KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Warren Buffett dikenal sebagai salah satu investor paling sukses di dunia, dan salah satu strategi investasi favoritnya adalah berinvestasi pada saham yang memberikan dividen. Meski begitu, ia tetap menolak untuk memberikan dividen kepada pemegang saham Berkshire Hathaway (NYSE: BRK-A) (NYSE: BRK-B), perusahaannya sendiri. Mengutip
247wallst.com, Buffett percaya bahwa ia lebih tahu bagaimana menghasilkan pengembalian yang lebih baik daripada para pemegang saham yang berinvestasi bersamanya.
Pandangan ini mungkin terdengar arogan, namun statistik membuktikan bahwa ia mungkin benar.
Baca Juga: Ini yang Dilakukan Warren Buffett saat Pasar Saham Bergejolak Sejak mengambil alih posisi ketua Berkshire Hathaway pada tahun 1964, Buffett telah mencatatkan pengembalian keseluruhan sebesar 4.384.748% hingga akhir tahun 2023. Angka ini setara dengan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk sebesar 19,8%. Sebagai perbandingan, indeks S&P 500 hanya mampu memberikan pengembalian sebesar 31.233%, atau sekitar setengah dari tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh Buffett, yakni 10,2%. Tahun lalu, Buffett mengumpulkan sekitar US$6 miliar dalam bentuk dividen, namun pada tahun ini jumlahnya sedikit menurun. Setelah menjual sebagian besar saham Apple (NASDAQ: AAPL) dan beberapa saham lainnya, Buffett diproyeksikan menerima sekitar US$5,2 miliar dari dua lusin saham yang memberikan dividen dalam portofolionya. Dari jumlah tersebut, tiga saham berikut menyumbang sekitar setengah dari total dividen, atau sekitar US$2,6 miliar.
Baca Juga: Rusia Diam-diam Beralih ke India untuk Amankan Pasokan Elektronik Penting Bank of America (BAC)
Meskipun Buffett menjual sekitar 15% sahamnya di Bank of America (NYSE: BAC), bank ini tetap menjadi pemberi dividen terbesar di portofolio Berkshire Hathaway. Dengan 883 juta saham yang dimilikinya, Buffett akan menerima sekitar $918 juta dalam bentuk dividen tahunan dari Bank of America. Jumlah ini tentu bukan penghasilan yang buruk hanya dengan mempertahankan saham tersebut. Buffett telah menjadi pemegang saham jangka panjang Bank of America sejak ia pertama kali membeli sahamnya pada tahun 2007, tepat sebelum krisis keuangan global. Namun, meskipun menjadi pemegang saham utama, Buffett kerap mengkritik cara bank-bank Amerika dikelola.
Baca Juga: Pesulap Terkenal Ini Bagikan Trik Gandakan Portofolionya Hingga 276% Dalam beberapa kesempatan, ia menyebutkan bahwa bank-bank Jepang, yang juga dimiliki oleh Berkshire Hathaway, lebih ramah terhadap pemegang saham dibandingkan dengan bank-bank di Amerika Serikat. Keputusan Buffett untuk menjual sebagian saham Bank of America dan mempertahankan posisi kas yang besar bisa menjadi tanda kekhawatirannya terhadap kondisi ekonomi dan industri keuangan saat ini. Langkah serupa pernah diambilnya menjelang krisis perbankan pada tahun 2008, ketika ia juga menyimpan kas dalam jumlah besar.
Occidental Petroleum (OXY)
Occidental Petroleum (NYSE: OXY) tidak hanya menjadi salah satu saham terbesar di portofolio Buffett, tetapi juga merupakan sumber dividen besar lainnya. Buffett saat ini memiliki 255 juta saham Occidental, yang nilainya mencapai US$14,1 miliar atau setara dengan 27% kepemilikan di perusahaan minyak dan gas ini. Selain itu, ia juga memiliki opsi untuk membeli 83,9 juta saham tambahan dengan harga US$5 miliar. Secara total, Buffett mengendalikan lebih dari 29% saham Occidental Petroleum, menjadikannya salah satu investasi terbesarnya.
Baca Juga: Value Investor Ini Rekomendasikan 4 Saham yang Kurang Diperhatikan Tapi Layak Dibeli Namun, pendapatan dividen yang ia terima dari saham biasa Occidental hanya berjumlah US$225 juta. Sebagian besar dari dividen yang lebih besar berasal dari saham preferen. Pada tahun 2019, Occidental membutuhkan dana untuk mengakuisisi Anadarko Petroleum, dan Buffett meminjamkan US$10 miliar kepada perusahaan tersebut dengan imbalan 100.000 saham preferen yang memberikan dividen 8%. Meskipun sebagian dari saham preferen ini telah ditebus oleh Occidental, Buffett masih memiliki sekitar US$8,49 miliar saham preferen yang memberikan dividen tambahan sebesar US$679,2 juta. Dengan demikian, total pendapatan dividen dari Occidental mencapai US$903,8 juta setiap tahun.
Coca-Cola (KO)
Perusahaan minuman raksasa, Coca-Cola (NYSE: KO), menempati posisi ketiga sebagai penyumbang dividen terbesar di portofolio Buffett. Setiap tahunnya, Coca-Cola mengirimkan US$776 juta dalam bentuk cek dividen kepada Buffett.
Baca Juga: Saham yang Baru Diakumulasi Warren Buffett Harganya Merosot, Sudah Saatnya Membeli? Dengan total tiga perusahaan, yakni Bank of America, Occidental Petroleum, dan Coca-Cola, Buffett mengumpulkan US$2,6 miliar dari pendapatan pasif berupa dividen setiap tahunnya. Buffett mulai berinvestasi di Coca-Cola pada tahun 1980-an setelah sebelumnya sempat berinvestasi di PepsiCo (NASDAQ: PEP). Sejak saat itu, ia telah menjadi pemegang saham terbesar Coca-Cola, dengan 400 juta saham yang ia miliki, atau setara dengan 9,3% dari perusahaan tersebut. Meskipun tidak lagi aktif membeli atau menjual saham Coca-Cola, Buffett memilih untuk mempertahankan investasinya dalam jangka panjang. Karakteristik produk Coca-Cola yang cenderung diminati konsumen dalam kondisi ekonomi apa pun menjadikannya sebagai salah satu saham defensif terbaik dalam portofolio Buffett.
Editor: Handoyo .