KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bitcoin semakin diakui sebagai aset digital utama. Di tengah lonjakan harga yang menembus level US$100.000 pada awal 2025 dan gelombang investasi institusional dari perusahaan seperti Strategy dan Metaplanet Jepang, banyak orang mulai bertanya-tanya: Bagaimana cara menambang Bitcoin dari rumah? Dari sisi regulasi, pemerintahan Presiden Donald Trump yang kembali berkuasa di AS menunjukkan sikap yang lebih ramah terhadap kripto. Ada wacana pelonggaran regulasi oleh SEC dan dukungan terhadap penambangan domestik. Sementara itu, di Eropa, regulasi MiCA (Markets in Crypto-Assets) mulai berlaku dan memberikan kepastian hukum bagi investor maupun penambang ritel.
1. Lottery Mining: Modal Minim, Risiko Tinggi, Imbalan Tak Terduga
Bagi pemula atau yang memiliki anggaran terbatas, lottery mining bisa menjadi titik awal. Metode ini menggunakan perangkat berkekuatan rendah dengan peluang yang sangat kecil namun imbalan besar jika beruntung. Contohnya, pada Juli 2024, seorang penambang tunggal dengan hanya 3 TH/s berhasil menambang satu blok Bitcoin, mendapatkan 3,192 BTC senilai lebih dari US$200.000. Meski secara statistik peluang itu sangat kecil, kejadian ini benar-benar terjadi lewat platform Solo CKPool. Perangkat populer untuk lottery mining antara lain:- Bitaxe HEX: Berdaya 3 TH/s, harga sekitar US$600, dapat dipasangkan dengan Raspberry Pi.
- GekkoScience R909: USB miner berkapasitas 1,5 TH/s, disukai oleh komunitas hobiis.
2. ASIC Mining: Solo Mining dengan Perangkat Khusus
ASIC mining adalah pilihan bagi yang serius dan bersedia berinvestasi lebih. ASIC (Application-Specific Integrated Circuit) dirancang khusus untuk menambang Bitcoin dengan efisiensi tinggi. Salah satu model teranyar di 2025 adalah Antminer S21 Hydro, yang mampu menghasilkan hingga 400 TH/s dengan efisiensi listrik yang lebih baik dibanding generasi sebelumnya. Namun, potensi keuntungan tetap terbatas jika hanya menggunakan satu unit. Dengan jaringan Bitcoin mencapai 500 EH/s, satu unit hanya menyumbang sekitar 0,00008% dari total hashrate global. Untuk meningkatkan peluang, Anda butuh lebih dari 20 unit ASIC — setara lebih dari 8 PH/s — yang mungkin memberi peluang menemukan satu blok per tahun. Tapi tantangannya besar:- Biaya awal tinggi
- Kebutuhan akan sistem pendingin atau imersi
- Konsumsi listrik besar
3. Pool Mining: Bergabung dalam Kekuatan Kolektif
Sebagian besar penambang rumahan di 2025 memilih bergabung dengan mining pool. Ini adalah pendekatan paling praktis untuk mendapatkan hasil konsisten tanpa tergantung pada keberuntungan semata. Dalam mining pool, kekuatan komputasi Anda digabungkan dengan ribuan penambang lain. Ketika pool berhasil menemukan blok, hadiah dibagi secara proporsional berdasarkan kontribusi hashrate masing-masing peserta. Contoh pool besar saat ini:- Foundry USA
- Antpool
- ViaBTC
- F2Pool
- FPPS (Full Pay Per Share): Pembayaran tetap untuk setiap share yang valid.
- PPLNS (Pay Per Last N Shares): Pembayaran hanya ketika pool menemukan blok, tetapi imbalannya bisa lebih tinggi secara jangka panjang.
- Daftar ke pool pilihan Anda
- Arahkan miner ASIC Anda ke server pool
- Masukkan alamat dompet Bitcoin Anda
- Pantau hasil lewat dasbor pool
4. Cloud Mining: Menambang Tanpa Perangkat
Jika Anda tidak ingin repot dengan perangkat keras, kebisingan, atau tagihan listrik, cloud mining bisa menjadi solusi. Konsepnya sederhana: Anda menyewa daya hash dari penyedia layanan cloud mining. Mereka mengoperasikan perangkat keras di pusat data, dan Anda menerima bagian dari hasil tambang sesuai kontrak. Platform cloud mining populer di 2025:- NiceHash
- BitDeer
- ECOS
- Banyak penyedia tidak transparan atau bahkan menipu.
- Biaya layanan dan pemeliharaan bisa menggerus profit.
- Anda tidak mengontrol perangkat secara langsung.
- Tidak punya akses ke listrik murah atau ruang untuk peralatan
- Ingin cara pasif berpartisipasi dalam ekosistem mining
- Melihat ini lebih sebagai spekulasi daripada sumber penghasilan