KONTAN.CO.ID - WUHAN. Hampir satu juta orang di pinggiran kota Wuhan - kota pusat China tempat virus corona pertama kali tercatat - terkena kebijakan lockdown atau penguncian. Mengutip
BBC, penduduk distrik Jiangxia telah diperintahkan untuk tinggal di dalam rumah atau kompleks mereka selama tiga hari, setelah terdeteksi empat kasus Covid-19 tanpa gejala. China menjalankan strategi "nol Covid", termasuk pengujian massal, aturan isolasi yang ketat, dan penguncian lokal.
Hal ini mengakibatkan kematian yang jauh lebih sedikit daripada di banyak negara lain. Akan tetapi, strategi tersebut menghadapi penentangan yang meningkat karena dampaknya terhadap bisnis. Di Wuhan, kota berpenduduk 12 juta orang, pengujian rutin menemukan dua kasus tanpa gejala dua hari lalu. Dua kasus lagi ditemukan melalui pelacakan kontak, dan tak lama setelah perintah penguncian dikeluarkan.
Baca Juga: WHO Diminta Mengkaji Kembali Teori Kebocoran Lab Terkait Asal Mula Covid-19 CNN melaporkan, menurut pernyataan pemerintah, tempat hiburan termasuk bar, bioskop dan kafe internet, klinik kecil dan pasar produk pertanian ditutup. Selain itu, makan di restoran dan pertemuan besar, pertunjukan hingga konferensi ditangguhkan. Semua tempat ibadah juga ditutup dan kegiatan keagamaan dilarang. Sementara lembaga bimbingan belajar dan tempat-tempat wisata menghentikan operasi. Selain itu, semua transportasi umum, dari bus hingga layanan kereta bawah tanah, ditangguhkan, dan penduduk didesak untuk tidak meninggalkan distrik kecuali benar-benar diperlukan. Pihak berwenang juga mengidentifikasi empat lingkungan berisiko tinggi di mana penduduk dilarang meninggalkan rumah mereka. Empat lingkungan lainnya ditetapkan sebagai berisiko sedang, yang berarti penduduk tidak dapat meninggalkan kompleks mereka. "Langkah-langkah itu bertujuan untuk lebih mengurangi arus orang, menurunkan risiko infeksi silang dan mencapai nol-Covid yang dinamis dalam waktu sesingkat mungkin," demikian bunyi pernyataan pemerintah Wuhan seperti yang dikutip dari
CNN. Mengutip
BBC, Wuhan menjadi terkenal di seluruh dunia pada awal 2020 sebagai tempat pertama para ilmuwan mendeteksi virus corona baru. Kota ini juga merupakan kota pertama yang dikenai tindakan pembatasan yang keras. Pada saat itu, dunia yang lebih luas dikejutkan oleh penguncian yang ketat. Namun, banyak kota dan negara segera dipaksa untuk memberlakukan tindakan serupa di wilayah mereka sendiri.
Baca Juga: Wabah Covid-19 Semakin Meluas, Beijing Perluas Kebijakan Kerja dari Rumah Kemudian, China dikenal sebagai kisah sukses Covid, dengan pembatasan dicabut jauh lebih awal daripada di banyak negara lain. Kondisi itu telah berubah lagi, di mana China mengejar strategi "nol Covid" yang menghasilkan penguncian lokal yang sering dilakukan, daripada mencoba hidup dengan virus seperti di sebagian besar negara lain. Bulan lalu, Shanghai - ibu kota keuangan raksasa China dengan hampir 25 juta penduduk - akhirnya keluar dari penguncian ketat selama dua bulan, meskipun penduduk beradaptasi dengan "normal baru" dari pengujian massal yang sering dilakukan. Semakin banyak perusahaan China dan lini produksi pabrik mempertahankan sistem loop tertutup untuk mengikuti tujuan menghilangkan Covid sepenuhnya. Untuk menjaga bagian-bagian ekonomi tetap terbuka, karyawan telah diberitahu untuk tinggal sementara di tempat kerja mereka untuk meminimalkan kontak antara pekerjaan dan rumah. Awal pekan ini, para ilmuwan mengatakan ada "bukti kuat" bahwa pasar makanan laut dan satwa liar Huanan di Wuhan menjadi pusat wabah Covid-19. Dua studi peer-review memeriksa kembali informasi dari wabah awal di kota. Salah satu studi menunjukkan bahwa kasus paling awal yang diketahui berkerumun di sekitar pasar itu. Yang lain menggunakan informasi genetik untuk melacak waktu wabah.
Baca Juga: China Perangi Wabah Covid-19 di Seluruh Negeri, Shaanxi Masuki Keadaan Masa Perang Ini menunjukkan ada dua varian yang diperkenalkan ke manusia pada November atau awal Desember 2019.
Bersama-sama, para peneliti mengatakan bukti ini menunjukkan bahwa virus itu ada pada mamalia hidup yang dijual di pasar Huanan pada akhir 2019. Mereka mengatakan itu ditularkan ke orang-orang yang bekerja atau berbelanja di sana dalam dua "peristiwa tumpahan" terpisah, di mana manusia tertular virus dari hewan. Salah satu peneliti yang terlibat, ahli virologi Prof David Robertson dari Universitas Glasgow, mengatakan kepada BBC News bahwa dia berharap penelitian tersebut akan "memperbaiki catatan palsu bahwa virus itu berasal dari laboratorium". China telah mengalami lebih dari 2,2 juta kasus dan 14.720 kematian sejak pandemi dimulai pada 2019, menurut Universitas Johns Hopkins Amerika.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie