4 Kebiasaan Orang Tua Ini Bisa Membuat Anak Tumbuh Menjadi Pribadi yang Narsis



MOMSMONEY.ID - Ada banyak penelitian yang mencoba mencari tahu asal mula kepribadian narsistik.

Mengutip Alodokter, narsistik adalah kondisi ketika seseorang merasa dirinya lebih baik dari orang lain sehingga butuh dikagumi dan mendapatkan perhatian lebih.

Penelitian menunjukkan bahwa kepribadian narsistik itu diciptakan dan bukan bawaan lahir. Terdapat faktor-faktor tertentu yang bisa mengubah seorang anak menjadi sosok yang narsis, salah satunya adalah cara orang tua dalam membesarkan mereka.


Sebagai bahan evaluasi untuk Anda, berikut 4 kebiasaan orang tua yang bisa membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang narsis sebagaimana dilansir dari Learning Mind.

Baca Juga: 4 Tanda Kulit Membutuhkan Eksfoliasi, Yuk Catat!

1. Terlalu tinggi menilai anak

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang sering mendapatkan penilaian yang terlalu tinggi dari orang tuanya cenderung mendapatkan skor yang lebih tinggi dalam tes narsisme.

Contoh dari penilaian tersebut yaitu anak sering diberi tahu oleh orang tuanya bahwa mereka lebih baik daripada anak-anak lain atau mereka pantas mendapatkan sesuatu yang ekstra dalam hidup.

Pada dasarnya, anak-anak akan percaya dengan mudah ketika orang tuanya memberi tahu bahwa mereka lebih istimewa daripada anak yang lain.

Meskipun alasan orang tua melakukan hal tersebut adalah untuk membantu meningkatkan harga diri anak, faktanya menilai anak terlalu tinggi dapat meningkatkan level narsisme alih-alih rasa percaya diri mereka.

Perlu Anda catat bahwa anak-anak yang harga dirinya dibangun dari waktu ke waktu dengan cara yang benar cenderung bahagia terhadap identitas mereka.

Sementara itu, anak-anak yang harga dirinya dibangkitkan secara artifisial dengan penilaian yang terlalu tinggi akan berpikir bahwa mereka lebih baik dari yang lain.

Jadi, tingkatkanlah harga diri anak dengan menunjukkan lebih banyak kehangatan emosional dibandingkan menilai mereka secara berlebihan.

2. Memuji kecerdasan anak alih-alih kemampuannya

Ada berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa memberikan pujian yang berlebihan atas kecerdasan anak dapat mengarah pada kepribadian narsistik.

Penelitian mengungkapkan bahwa memuji anak untuk hal-hal yang sebenarnya tidak perlu mereka kerjakan dengan keras bisa meningkatkan narsisme.

Selain itu, kebiasaan tersebut juga bisa menurunkan motivasi dan kepuasan anak. Semakin sering orang tua memuji anak tanpa alasan yang pasti, maka semakin besar kemungkinan anak untuk berprestasi rendah.

Studi menyimpulkan bahwa anak-anak yang secara konsisten diberi tahu bahwa mereka pintar cenderung lebih rentan terhadap kemunduran daripada anak-anak yang dipuji atas upaya mereka.

Dr. Dweck selaku penulis utama dari studi tersebut mengungkapkan bahwa memuji kecerdasan anak-anak akan mendorong mereka untuk merangkul perilaku yang merugikan diri sendiri seperti mengkhawatirkan kegagalan dan menghindari risiko.

Sebaiknya, ajarkanlah anak Anda tentang nilai dari berusaha. Ini akan mendorong dan meningkatkan motivasi anak untuk berbuat lebih baik.

3. Hanya memerhatikan anak ketika mereka mencapai sesuatu

Beberapa anak tumbuh dalam lingkungan yang mana mereka hanya diberikan cinta ketika berhasil mencapai sesuatu. Akibatnya, anak memiliki rasa identitas yang sangat rentan dan harga diri yang rendah.

Saat anak memiliki harga diri yang rendah, itu akan berdampak pada perilaku mereka di sekitar teman sebayanya. Anak mungkin akan merasa besar diri di hadapan orang lain dan merasa seolah-olah harus merendahkan orang lain agar dirinya terlihat lebih baik.

Jika orang tua hanya menghujani cinta kepada anak saat mereka melakukan hal-hal yang baik dan membanggakan, anak pun akan merasa gagal dan diabaikan saat mereka tidak berhasil meraih sesuatu.

Tentu, perlakuan orang tua yang demikian akan menempatkan anak pada keadaan pikiran yang sangat tidak stabil. Anak pun cenderung tidak merasa bangga dengan pencapaian yang telah mereka dapatkan.

Lama-kelamaan, anak hanya akan merasa aman ketika mereka dalam kondisi terbaik yang mana hal ini mengarah pada kecenderungan narsistik. Dan, anak akan percaya bahwa mereka hanya layak dicintai oleh orang tuanya ketika mereka memiliki prestasi.

4. Tidak memvalidasi perasaan anak

Anak-anak yang tidak diberikan validasi yang cukup selama tahun-tahun perkembangan mereka rentan tumbuh dengan kecenderungan narsistik.

Secara alami, setiap individu membutuhkan validasi dari orang tua untuk membentuk identitas dan kepribadian.

Jika seorang anak tidak menerima validasi dan dukungan yang memadai dari orang tuanya, ia cenderung akan menekan emosi negatif yang datang dari pengabaian orang tuanya alih-alih menghadapi kebenaran.

Kemungkinan, anak juga akan mengembangkan konsep diri yang tidak realistis sebagai mekanisme koping.

Begitu mereka dewasa, anak cenderung membutuhkan kekaguman terus-menerus dan mendambakan perhatian yang tidak mereka terima dari orang tuanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ana Risma