4 Tips Memilih Pesantren yang Tepat dan Aman untuk Anak, Orangtua Perlu Tahu



KONTAN.CO.ID -  Pesantren atau boarding school adalah salah satu bentuk pendidikan yang cukup diminati oleh masyarakat. 

Hal tersebut tidak lepas dari kualitas lembaga pendidikan pesantren yang terus membaik dari zaman ke zaman. Selain itu, mindset masyarakat terhadap dunia pesantren juga telah berubah.

Pada pandangan masyarakat dahulu, memasukkan anak ke pesantren menjadi semacam hukuman apabila anaknya nakal. 


Saat ini pemilihan pesantren sebagai tempat tumbuh kembang anak menjadi kesadaran masyarakat karena beberapa alasan, misal kebutuhan akan pembelajaran integratif antara ilmu agama dan umum yang semakin meninggi, kesibukan orang tua sehingga tidak bisa mengawasi pembelajaran anak secara maksimal, ataupun ketidakmampuan orangtua untuk memberikan bekal keilmuan yang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman.

Baca Juga: Lowongan Besar-Besaran BUMN ASDP Indonesia Ferry 2023, Simak Posisi yang Dibuka

Menjelang masuk tahun ajaran baru, beberapa orang tua merasa gelisah tentang bagaimana memilih pesantren yang tepat untuk anaknya. 

Wajar saja, terlebih pada orangtua yang belum mengenal dunia pesantren dengan baik. Kegelisahan tersebut diperparah dengan berita negatif seputar pesantren, misal terkait kebiasaan penyakit kulit, kekerasan di dunia pesantren, ajaran terorisme, atau hal lainnya.

Gandhung Fajar Panjalu Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) UM Surabaya mengatakan, nilai positif yang didapatkan ketika anak masuk pesantren sangatlah banyak.

“Kedisiplinan untuk beribadah dan belajar tepat pada waktunya menjadi salah satu poin utama. Selain itu, kemandirian dan kemampuan untuk bersosialisasi dengan kawan juga menjadi nilai yang ditanamkan,”ujar Fajar, dikutip dari situs UM Surabaya.

Fajar membagikan sejumlah tips untuk orang tua tentang bagaimana memilih pesantren yang tepat untuk anak seperti berikut ini.

1. Diskusikan dengan anak

Berdiskusi dengan anak terkait rencana pendidikan, termasuk rencana memilih pesantren, menjadi hal yang penting.

Selain untuk mengukur kemampuan anak, juga untuk memastikan bahwa anak memiliki kemauan untuk menempuh pembelajaran di pesantren. 

Apabila anak merasa tidak nyaman dengan pesantren tempat ia belajar maka akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajarnya kelak.

2. Memilih pesantren dengan keunggulan yang diharapkan

Beberapa pesantren memiliki keunggulan yang berbeda. Misalnya pesantren dengan penguatan pada ilmu nahwu sharaf, tahfidz, kemampuan bahasa asing, bahkan beberapa pesantren modern memiliki keunggulan bidang sains dan entrepreneur

Ada pula pesantren yang memiliki keunggulan dari aspek finansial, misalnya pemberian beasiswa bagi santri yang memenuhi syarat tertentu. 

Aspek keunggulan ini dapat dicari infonya melalui website, informasi alumni, maupun pemerhati pesantren.

Baca Juga: Cek Kuota SNBP ITB Tahun 2023 dan Peminatnya Tahun Lalu, Siswa Wajib Catat

3. Melakukan survei ke pesantren yang diminati

Sebelum memilih pesantren sebagai tempat belajar anak, terlebih dahulu kunjungi lembaga tersebut untuk melihat secara langsung fasilitas dan proses pembelajaran yang dimiliki.

Pastikan pesantren tersebut memiliki fasilitas pembelajaran yang layak, juga kamar tidur dan ruang mandi yang memadai dengan jumlah santri. 

“Utamakan yang memiliki kamar mandi dengan air mengalir alias tidak tertampung terlalu lama, sehingga meminimalisir potensi penyakit kulit yang biasanya dialami para santri,”imbuh Fajar lagi.

4. Pilih pesantren dengan pelayanan lengkap

Pelayanan yang dimaksud mulai dari pelayanan pendidikan, kesehatan, hingga pengembangan minat-bakat. Pada pelayanan bidang pendidikan, pilih pesantren yang telah mengintegrasikan kurikulum pendidikan formal dan pendidikan non-formal.

Fajar menegaskan, pemilihan ini tidak dapat diabaikan mengingat ijazah formal menjadi dokumen prasyarat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.

Pelayanan kesehatan berkaitan dengan jaminan bahwa nantinya anak akan mendapatkan pelayanan terbaik jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan semisal sakit.

“Sementara pelayanan pengembangan minat-bakat berkaitan dengan penyaluran hobi yang positif di luar perkuliahan misal ekstra kurikuler olahraga, kebahasaan, dan sebagainya,”pungkas Fajar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News